Higher Order Thinking Skills

24 e. Evaluasi Pada tahap terakhir ini, pendidik mengamati pemahaman peserta didik tentang konsep baru yang diterapkan. Melalui evaluasi diri, peserta didik dapat mengetahui kemajuan dan kekurangan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut juga dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pendidik mengenai penerapan proses, apakah berjalan baik, cukup baik ataukah masih kurang Wena, 2008. Pada pembelajaran Learning Cycle 5E yang merupakan bagian dari pendekatan konstruktivistik ini, pendidik tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan peserta didik dibantu untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan lebih memahami jalan pikiran peserta didik dalam belajar. Strategi pembelajaran siklus dapat dilihat pada Gambar 3 Wena, 2008. Gambar 3. Strategi Pembelajaran Learning Cycle 5E

5. Higher Order Thinking Skills

Gunawan 2003 mendefinisikan Higher Order Thinking Skills atau keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai proses berpikir yang mengharuskan 1 Tahap Pembangkitan Minat 2 Tahap Eksplorasi 3 Tahap Penjelasan 4 Tahap Elaborasi 5 Tahap Evaluasi 25 peserta didik memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru. Sebagai contoh adalah ketika peserta didik menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensintesis, melakukan hipotesis dan analisis dan akhirnya peserta didik sampai pada suatu kesimpulan. Higher Order Thinking Skills merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk mencapai tujuan yaitu mencapai tujuan yaitu memperoleh pengetahuan yang meliputi tingkat berpikir analisis, sintesis, evaluatif dan kemampuan memecahkan masalah pada situasi baru Rofiah, et al., 2013. Higher Order Thinking Skills meliputi aspek berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan memecahkan masalah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk melakukan analisis, menciptakan dan menggunakan kriteria secara objektif dan melakukan evaluasi data. Berpikir kreatif dipandang sebagai kemampuan untuk menggunakan struktur berpikir yang rumit untuk menghasilkan ide yang baru dan orisinal. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan untuk berpikir secara kompleks dan mendalam untuk memecahkan suatu masalah Gunawan, 2003. Resnick dalam Arrends 2008 mendefinisikan Higher Order Thinking Skills sebagai berikut: a. Higher Order Thinking Skills bersifat non-algoritmik. Artinya, jalur tindakan tidak sepenuhnya ditetapkan sebelumnya. 26 b. Higher Order Thinking Skills cenderung bersifat kompleks. Urutan atau langkah-langkahnya keseluruhan tidak dapat dilihat hanya dari satu sisi pandangan tertentu. c. Higher Order Thinking Skills sering mendapatkan multiple solution banyak solusi, masing-masing dengan keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Bukan merupakan solusi tunggal. d. Higher Order Thinking Skills melibatkan nuanced judgement pertimbangan dan interpretasi. e. Higher Order Thinking Skills melibatkan multiple criteria banyak kriteria, yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. f. Higher Order Thinking Skills sering melibatkan urcentainty ketidakpastian. Tidak semua yang berhubungan dengan tugas yang ditangani telah diketahui. g. Higher Order Thinking Skills melibatkan self-regulation pengaturan diri dalam proses berpikir. Seorang individu tidak dapat dipandang berpikir tingkat tinggi apabila ada orang lain yang membantu di setiap tahap. h. Higher Order Thinking Skills melibatkan imposing meaning penggalian makna, menentukan struktur dalam sesuatu yang tampak tidak beraturan. i. Higher Order Thinking Skills bersifat effortful membutuhkan banyak usaha. Berpikir tingkat tinggi membutuhkan pekerjaan mental yang terlibat dalam elaborasi dan judgement yang dituntut di dalamnya. Higher Order Thinking Skills dikembangkan dari Taxonomy Bloom dan Revised Taxonomy Anderson Krathwohl, 2010. Dalam taxonomy Bloom yang kemudian direvisi oleh Anderson dan Krathwohl, terdapat tiga aspek dalam dimensi 27 proses kognitif yang menjadi bagian dari Higher Order Thinking Skills yaitu aspek menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Sedangkan aspek mengingat, memahami dan mengaplikasi digolongkan sebagai Lower Order Thinking Skills LOTS Sutrisno, 2011. Adapun kategori-kategori Higher Order Thinking Skills dalam dimensi proses kognitif yang dikembangkan oleh Anderson dan Krathwohl adalah sebagai berikut: a. Menganalisis Menganalisis merupakan proses memecah suatu materi menjadi bagian- bagian kecil dan mendeteksi bagaimana bagian-bagian tersebut terkait satu sama lain dan terkait pada keseluruhan struktur atau tujuan. Proses ini melibatkan aktivitas membedakan differentiating, mengorganisasikan organizing dan menghubungkan attributing Anderson Krathwohl, 2010. b. Mengevaluasi Mengevaluasi merupakan proses membuat penilaian berdasarkan pada kriteria dan standar tertentu. Proses ini melibatkan aktivitas mengecek checking dan mengkritisi critiquing Anderson Krathwohl, 2010. c. Mencipta Mencipta merupakan proses menggabungkan elemen-elemen untuk membentuk suatu keseluruhan yang baru dan bertalian secara logis atau membuat produk yang original. Proses ini melibatkan aktivitas menghasilkan generating, merencanakan planning dan memproduksi producing Anderson Krathwohl, 2010. 28

6. Materi Asam Basa

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100