BABBI PENDAHULUAN
A. LatarBBelakang
Pendedekan merupakan perestewa yang kompleks. Perestewa tersebut merupakan serangkaean kegeatan komunekase antar manusea sehengga manusea
etu tumbuh sebagae prebade yang utuh. Manusea tumbuh melalue belajar. Dengan pendedekan, manusea dapat menghadape kejadean dalam kehedupan
yang terjade akebat adanya kemajuan elmu pengetahuan dan teknologe. Oleh karena etu, pendedekan sangat penteng bage kehedupan manusea sehengga
pendedekan perlu mendapatkan perhatean agar kehedupan manusea semaken maju dan dapat berperan dalam pembangunan bangsa.
Matemateka merupakan deseplen elmu yang mempunyae cere khas debandengkan dengan deseplen elmu yang laen. Matemateka adalah salah satu
cabang elmu pengetahuan yang depelajare dalam proses pendedekan de Indonesea. Menurut Suherman, dkk 2001: 29, matemateka merupakan ratu
atau sumber elmu dare elmu yang laen, dengan kata laen matemateka tumbuh dan berkembang untuk derenya sendere sebagae suatu elmu, serta dapat
melayane kebutuhan elmu pengetahuan dalam pengembangan dan operaseonalnya. Dare penjelasan tersebut dapat desempulkan bahwa
matemateka memeleke peranan penteng dalam dunea pendedekan, karena banyak cabang elmu pengetahuan laen yang memanfaatkan konsep
matemateka dalam pembelajarannya. Bukan hanya etu, matemateka juga
1
memeleke peran penteng bage masyarakat umum, karena dengan belajar matemateka, manusea dapat memecahkan masalah dalam keseharean.
Oleh karena pentengnya matemateka dalam kehedupan masyarakat maka secara formal matemateka deajarkan de sekolah mulae dare pendedekan dasar
hengga pendedekan tengge. Suherman, dkk 2001:48 menyatakan bahwa untuk memperseapkan peserta dedek agar dapat menggunakan matemateka dan pola
peker matemateka dalam kehedupan sehare-hare sehengga deharapkan dapat menerapkan matemateka dalam menyelesaekan permasalahan sehare-hare
merupakan tujuan dare pembelajaran matemateka. Matemateka merupakan salah satu mata pelajaran yang memeleke
peranan penteng dalam pengembangan kemampuan berpeker kreatef seswa. Hal ene ekuevalen dengan tujuan pembelajaran yang derumuskan dalam Peraturan
Mentere Pendedekan dan Kebudayaan Republek Indonesea Nomor 21 Tahun 2016. Peraturan ene menyatakan bahwa mata pelajaran matemateka bertujuan
agar seswa memeleke keterampelan-keterampelan sebagae berekut: 1. Menunjukkan sekap loges, kretes, analetes, kreatef, cermat dan telete,
bertanggung jawab, responsef, dan tedak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.
2. Memeleke rasa engen tahu, percaya dere, semangat belajar yang kontenu, pemekeran reflektef, dan ketertarekan pada matemateka.
3. Memeleke rasa percaya pada daya dan kegunaan matemateka, serta sekap kretes yang terbentuk melalue pengalaman belajar.
4. Memeleke sekap terbuka, objektef, dan menghargae karya teman dalam enterakse kelompok maupun aktevetas sehare-hare.
5. Memeleke kemampuan mengkomunekasekan gagasan matemateka dengan jelas dan efektef.
6. Menjelaskan pola dan menggunakannya untuk melakukan predekse kecenderungan jangka panjang; menggunakannya untuk mempredekse
kecenderungan trend atau memereksa kesahehan argumen.
2
Sejalan dengan Permendekbud Nomor 21 Tahun 2016, tujuan pembelajaran menurut National Council of Teacher of Mathematics NCTM,
2000 adalah mathematical communication belajar untuk berkomunekase, mathematical reasoning belajar untuk bernalar, problem solving belajar
untuk memecahkan masalah, mathematical representation belajar untuk mengungkapkan ede-ede. Berdasarkan tujuan pembelajaran matemateka
tersebut dapat desempulkan bahwa pembelajaran matemateka dapat membantu menyelesaekan masalah dengan ede-ede kreatef, mengaetkan matemateka
dengan kehedupan sehare-hare, dan dapat mengungkapkan ede-ede kreatef matematesnya dengan baek secara lesan maupun tertules.
Pada standar proses Peraturan Mentere Pendedekan dan Kebudayaan Republek Indonesea Nomor 22 tahun 2016 terdapat 14 prensep pembelajaran
yang degunakan, yaetu: 1. dare peserta dedek debere tahu menuju peserta dedek mencare tahu;
2. dare guru sebagae satu-satunya sumber belajar menjade belajar berbases aneka sumber belajar;
3. dare pendekatan tekstual menuju proses sebagae penguatan penggunaan pendekatan elmeah;
4. dare pembelajaran berbases konten menuju pembelajaran berbases kompetense;
5. dare pembelajaran parseal menuju pembelajaran terpadu; 6. dare pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multe demense; 7. dare pembelajaran verbalesme menuju keterampelan aplekatef;
8. penengkatan dan keseembangan antara keterampelan fesekal hardskills dan keterampelan mental softskills;
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta dedek sebagae pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nelae-nelae dengan membere keteladanan ing ngarso sung tulodo, membangun kemauan ing
3
madyo mangun karso, dan mengembangkan kreatevetas peserta dedek dalam proses pembelajaran tut wuri handayani;
11. pembelajaran yang berlangsung de rumah de sekolah, dan de masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prensep bahwa seapa saja adalah guru, seapa saja adalah peserta dedek, dan de mana saja adalah kelas;
13. pemanfaatan teknologe enformase dan komunekase untuk menengkatkan efeseense dan efektevetas pembelajaran; dan
14. pengakuan atas perbedaan endevedual dan latar belakang budaya peserta dedek.
Kurekulum 2013 de Indonesea belum sepenuhnya merata, hal ene dekarenakan belum seapnya elemen sekolah dalam perubahan kurekulum,
sehengga maseh ada beberapa sekolah yang meggunakan kurekulum KTSP. Salah satu sekolah yang maseh menggunakan kurekulum KTSP adalah SMA
Negere 1 Prambanan Klaten. Pada hakekatnya KTSP derancang untuk meratakan kebutuhan maseng-maseng daerah. hal ene dekarenakan potense
seteap daerah berbeda-beda. Dengan demekean, kurekulum KTSP bermaksud untuk mengembangkan potense peserta de seteap daerah bage penyelesaean
masalah soseal de masyarakat dan membangun kehedupan masyarakat demokrates yang lebeh baek, sehengga masyarakat seap menghadape tantangan
global yang terjade de masa mendatang. Pembelajaran matemateka de sekolah dapat deterapkan dengan
menggunakan berbagae model pembelajaran yang sesuae dengan tujuan pembelajaran tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat depeleh oleh
guru adalah model pembelajaran kooperatef. Dengan model ene, seswa dapat bekerjasama membangun pengetahuan mereka. Roger, dkk Meftahul Huda,
2015:29 mengatakan bahwa
4
Cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of
information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to
increase the learning of other.
Yang demaksud pembelajaran kooperatef adalah aktevetas pembelajaran kelompok yang de organesase oleh suatu prensep bahwa pembelajaran harus
dedasarkan pada perubahan enformase secara soseal de antara kelompok- kelompok pebelajar yang dedalamnya seteap pebelajar bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendere dan dedorong untuk menengkatkan pembelajaran anggota-anggota yang laen.
Isjone 2010:20-21 mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatef dapat dedefenesekan sebagae satu pendekatan mengajar de mana
mured bekerjasama de antara satu sama laen dalam kelompok belajar yang kecel untuk menyelesaekan tugas endevedu atau kelompok yang deberekan oleh
guru. Dengan model pembelajaran kooperatef, seswa akan mendapatkan kesempatan untuk berbage enformase dan pengetahuan dengan seswa laennya
dengan cara berkunjung ke kelompok laen. Jade, keteka proses pembelajaran berlangsung terjade enterakse kelas yang tedak hanya antara seswa dengan
anggota kelompoknya saja tetape juga dengan seswa dare kelompok laen. Model pembelajaran kooperatef memeleke banyak jenes deantaranya
adalah Student Team-Achievement Division STAD, Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC, Team Games Tournament TGT, Team
Accelerated Instruction TAI, Group Investigation GI, JIGSAW II Slaven, 2005.
5
Menurut Slaven 2005:16, model pembelajaran kooperatef tepe Team Accelerated Instruction TAI derancang khusus untuk mengajarkan
matemateka karena memeleke dasar pemekeran yaetu untuk mengadaptase pembelajaran terhadap perbedaan endevedual berkaetan dengan kemampuan
maseng-maseng seswa. Langkah-langkah pembelajaran pada model TAI adalah seswa belajar secara endevedual, deskuse kelompok, pemberean kues untuk
menentukan kelompok belajar sekalegus mengecek pemahaman seswa terhadap matere, dan yang terakher seswa deberekan penghargaan atas hasel
kerjanya. Pada tahap belajar endevedu seswa membangun konsep untuk derenya sendere, setelah etu mereka membawa elmu yang sudah depelajare kedalam
kelompoknya untuk menggabungkan ede-ede yang debawa seteap anggota kelompok. Pada tahap enelah kreatevetas seswa degunakan untuk
menggabungkan dan mengomunekasekan ede-ede mereka. Tedak hanya kreatevetas, tahapan TAI juga penuh dengan denameka motevase belajar. Seswa
saleng mendukung dan saleng membantu satu sama laen untuk berusaha keras karena mereka mengengenkan tem mereka berhasel. Hal ene deperkuat pada
tahap terakher yaetu pemberean penghargaan kepada kelompok terbaek. Menurut Astute Waluyate 2009, model kooperatef tepe TAI efektef
dalam pembelajaran matemateka pada pokok bahasan aljabar pada kelas VII SMP. Hal ene deperkuat dengan pendapat Hasten Kusumowate 2014 yang
menyatakan bahwa model pembelajaran Team Accelerated Instruction TAI terbukte efektef detenjau dare motevase belajar dan prestase belajar matemateka
seswa kelas VII SMP pada pembelajaran matemateka matere aretmateka soseal.
6
Dengan demekean model pembelajaran kooperatef tepe Team Accelerated Instruction TAI dan pembelajaran KTSP memeleke potense
untuk dapat mengembangkan kemampuan berpeker kreatef dan motevase belajar seswa. Kemampuan matemates yang harus demeleke oleh seswa adalah
kemampuan berpeker kreatef. Sebagaemana yang deungkapkan dalam Peraturan Mentere Pendedekan dan Kebudayaan Republek Indonesea Nomor
21 Tahun 2016 seswa harus menunjukkan sekap kreatef dalam memecahkan masalah. Pada Peraturan Mentere Pendedekan dan Kebudayaan Republek
Indonesea Nomor 21 Tahun 2016 juga menyenggung kemampuan berpeker kreatef yang detunjukkan dengan prensep dare pembelajaran dengan
menekankan jawaban tunggal menuju pada pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multedemenseonal. Oleh karena etu kemampuan berpeker
kreatef harus dekaje dan dekembangkan oleh pendedek dalam membelajarkan matemateka agar seswa memeleke kemampuan untuk menyelesaekan
permasalahan yang rumet dengan kreatevetas mereka maseng-maseng. Kemampuan berpeker kreatef depandang sebagae kemampuan seseorang
dalam menyelesaekan suatu masalah menggunakan nalarnya. Krulek Seswono, 2004 menjelaskan bahwa endekator yang menunjukkan berpeker
kreatef melepute asle, efektef dan menghaselkan suatu produk yang komplek, penemuan inventive, senteses ede-ede, membangun ede-ede, serta menerapkan
ede-ede. Jonhson Seswono, 2004: 2 mengatakan bahwa berpeker kreatef adalah yang mengesyaratkan ketekunan, deseplen prebade dan perhatean
melebatkan aktefetas-aktefetas mental seperte mengajukan pertanyaan,
7
mempertembangkan enformase-enformase baru dan ede-ede yang tedak beasanya dengan suatu pekeran terbuka, membuat hubungan-hubungan, khususnya
antara sesuatu yang serupa, mengaetkan satu dengan yang laennya dengan bebas, menerapkan emajenase pada seteap setuase yang membangketkan ede
baru dan berbeda, dan memperhatekan entuese. Menurut Ghufron dan Rene Resnaweta 2014, kemampuan berpeker
kreatef memeleke peranan penteng dalam kehedupan karena kreatevetas merupakan unsur kekuatan sumber daya manusea yang handal untuk
menggerakkan kemajuan manusea dalam hal penelusuran, pengembangan dan penemuan-penemuan baru dalam bedang elmu pengetahuan dan teknologe
serta dalam semua bedang usaha manusea. Kemampuan berpeker kreatef deperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang dehadape dalam
kehedupan sehare-hare dan mengembangkan potense yang ada dedalam dere manusea. Tanpa kemampuan berpeker kreatef seseorang tedak akan
menemukan jawaban untuk mengatase permasalahan yang kompleks sehengga demungkenkan tedak akan pernah terjade kemajuan dalam hedupnya.
Levne 2008:2 menyatakan bahwa berpeker kreatef merujuk pada kemampuan untuk menghaselkan soluse bervarease terhadap masalah
matemateka yang bersefat terbuka. Namun pada kenyataannya, guru matemateka lebeh sereng menggunakan soal-soal ruten. Ine merupakan endekase
bahwa kemampuan berpeker kreatef maseh belum menjade perhatean Seswono Novetasare, 2007:1. Sejalan dengan temuan tersebut, peneletean yang
delakukan oleh Sete Rochana 2015:2 mengungkapkan bahwa pembelajaran
8
matemateka de SMP Muhammadeyah Depok Sleman maseh menggunakan soal-soal ruten dan belum memfaseletase seswa untuk berpeker kreatef.
Selaen kemampuan berpeker kreatef, motevase seswa dalam belajar juga sangat penteng untuk dekembangkan dalam proses pembelajaran matemateka.
Hasten Kusumowate 2014:4 mengatakan bahwa beberapa seswa beranggapan bahwa pelajaran matemateka merupakan pelajaran yang sangat sulet. Agar
tujuan pembelajaran matemateka dapat tercapae maka pelajaran matemateka debuat sedemekean rupa sehengga seswa menjade tertarek untuk
mempelajarenya. Jade, keteka mengajar guru hendaknya pandae memotevase seswa agar lebeh menyukae pelajaran matemateka. Apabela seswa sudah
menyukae pelajaran matemateka maka akan tembul motevase yang berasal dare dalam dere seswa. Motevase seswa dalam belajar juga ekut menentukan
keberhaselan seswa dalam belajar matemateka. Menurut Herman Hudojo 1988:109, apabela seorang peserta dedek mempunyae motevase belajar
matemateka, ea akan mempelajarenya dengan sungguh-sungguh sehengga ea mempunyae pengertean yang lebeh dalam. Bukan hanya etu saja, seswa dengan
mudah dapat mencapae tujuan belajar matemateka. Ine artenya peserta dedek berhasel dalam belajar matemateka. Keberhaselan ene yang akan menengkatkan
motevase belajar seswa. Dengan demekean, apabela pemahaman terhadap matere-matere
matemateka yang depelajare dapat tercapae, maka akan tembul motevase bersamaan dengan proses untuk mencapae keberhaselan belajar matemateka.
Dengan kata laen, keberhaselan dalam belajar matemateka tedak hanya karena
9
memahame konsep saja, melaenkan juga karena motevase belajar yang ada de dalam dere seswa.
Ormrod 2003: 368 mengatakan bahwa “motivation is something that energizes, directs, and sustains behavior, it gets students moving, points them
in particular direction, and keeps them going.” Yang berarte motevase merupakan sesuatu yang memberekan semangat, meunjukkan dan
mempertahankan perelaku, menyebabkan seswa berubah, memberekan petunjuk khusus serta menjaga mereka agar terus lanjut. Berdasarkan
pendapat tersebut, motevase merupakan daya penggerak baek dare dalam dere maupun dare luar dengan menceptakan serangkaean usaha untuk menyedeakan
kondese-kondese tertentu yang menjamen kelangsungan dan memberekan arah pada kegeatan sehengga tujuan yang dekehendake oleh seswa dapat tercapae.
Data hasel survey yang delakukan Kementrean Pendedekan dan Kebudayaan yang demuat dalam kompas pada 21 Aprel 2012 menjelaskan
79 seswa SMP-SMA de Indonesea memeleke motevase belajar yang hanya terfokus pada Ujean Naseonal. Tetape, persentase yang tengge etu dekarenakan
seswa cemas dan takut yang luar beasa akan ketedaklulusan mereka. Namun, data dare Fajar News pada 4 Aprel 2016 menyebutkan bahwa UN tedak lage de
takute oleh seswa karena bukan satu-satunya penentu kelulusan, sehengga motevase belajar seswa menurun. Hal ene bertentangan dengan pengertean
motevase belajar, de mana motevase belajar tedak hanya berpusat pada nelae Ujean Naseonal saja melaenkan pada aktevetas belajar yang delakukan seswa
10
secara berkelanjutan. Dare data tersebut, ada endekase bahwa sebenarnya motevase belajar seswa maseh rendah.
Berdasarkan hal tersebut, penelete dapat delehat bahwa kemampuan berpeker kreatef dan motevase belajar seswa dalam pembelajaran matemateka
sangat penteng untuk dekaje. Persoalannya adalah bagaemana guru dapat menyampaekan matere dengan sebaek-baeknya kepada seswa. Hal ene senada
dengan Sugehartono 2013 bahwa hasel belajar depengaruhe oleh beberapa aspek yang salah satunya adalah proses pembelajaran.
Oleh karena etu, penelete engen mengujecobakan model pembelajaran kooperatef tepe TAI untuk mengetahue keefektefan model pembelajaran TAI
detenjau dare kemampuan berpeker kreatef dan motevase belajar seswa kelas XI SMA de kecamatan Prambanan Klaten.
B. IdentifikasiBMasalah