DesainBPenelitian KeterbatasanBPenelitian Data sebelum perlakuan Data setelah perlakuan

15+602 = 37,5 dan Si =60-156 = 7,5. Kriteria dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini TabelB6.BKriteriaBMotivasiBBelajarBMatematika Interval Nilai Kriteria Mi + 1,5Si X ≤ Mi + 3Si 60 X ≤ 75 Sangat Tinggi Mi + 0,5Si X ≤ Mi + 1,5Si 50 X ≤ 60 Tinggi Mi – 0,5Si X ≤ Mi + 0,5Si 40 X ≤ 50 Sedang Mi – 1,5Si X ≤ Mi – 0,5Si 30 X ≤ 40 Rendah Mi – 3Si ≤ X ≤ Mi – 1,5Si 15 ≤ X ≤ 30 Sangat Rendah Keterangan: Mi = skor maksimal + skor minimal2 Si = skor maksimal – skor minimal6 X = total skor aktual Skor yang diberikan terhadap pernyataan-pernyataan dalam angket motivasi belajar matematika diberi dengan ketentuan adalah 1 Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 1 = tidak pernah, 2 = jarang, 3 =kadang-kadang, 4 = sering, 5 = selalu; 2 Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 5 = tidak pernah, 4 = jarang, 3 = kadang-kadang, 2 =sering, 1 = selalu.

G. DesainBPenelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent- Gmoups Pmetest-Posttest Design. McMillan Schumacher 2010:272 menjelaskan dalam desain terdapat dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen K E dan kelas kontrol K K . Masing-masing kelas sampel diberikan perlakuan yang berbeda dan diberikan pmetest dan posttest. Pada kelas eksperimen diberikan model Team Accelemated Instmuction dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. TabelB7.BDesainBPenelitianBdenganBPretest-Postest Control Group Design KelompokB Pretest Treatment Posttest 55 K E T E1 X E T E2 K K T K1 X K T K2 Keterangan: K E : Kelompok eksperimen K K : Kelompok kontrol T E1 : soal pmetest yang diberikan pada kelas eksperimen T K1 : soal pmetest yang diberikan pada kelas kontrol T E2 : soal posttest yang diberikan pada kelas eksperimen T K2 : soal posttest yang diberikan pada kelas kontrol X E : perlakuan kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran Team Accelemated Instmuction X K : perlakuan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional

H. ValiditasBInstrumen

Instrumen pmetest dan posttest yang digunakan harus valid. Suharsini Arikunto 2010:211 menjelaskan definisi validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu intrumen. Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat ukur ini mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi instrumen mengacu pada sejauh mana item instrumen mencakup keseluruhan situasi yang akan diukur. Validitas isi instrumen tes dapat diketahui dari kesesuaian instrumen tes tersebut dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Instrumen yang valid diperoleh dari beberapa proses yang dimulai dari penyusunan instrumen berdasarkan kajian teori kemudian pengajuan validasi instrumen kepada dosen berpengalaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Heri Retnawati 2016:18 bahwa v aliditas isi ditentukan menggunakan kesepakatan ahli. Kesepakatan ahli bidang studi atau sering disebut dengan domain yang 55 diukur menentukan tingkatan validitas isi content melated. Untuk mengetahui kesepakatan dosen ahli, digunakan indeks validitas yang salah satunya diusulkan oleh Aiken berikut ini V = ∑ s n c−1 dengan V = indeks kesepakatan rater mengenai validitas butir s = skor yang ditetapkan s = r – l r = skor ketegori pilihan rater l = skor terendah dalam kategori penyekoran n = banyaknya rater c = banyaknya kategori yang dapat dipilih rater Dari hasil perhitungan indeks V, suatu butir atau perangkat dapat dikategorikan berdasarkan indeknya. Jika indeksnya kurang atau sama dengan 0,4 dikatakan validitasnya kurang, 0,4-0,8 dikatakan validitasnya sedang, dan jika lebih besar dari 0,8 dikatakan sangat valid. Berdasarkan perhitungan indeks V , diperoleh rata-rata V instrumen kreatif sebesar 0,92 sehingga masuk kedalam kategori sangat valid sedangkan V instrumen motivasi sebesar 0,91 sehingga masuk kedalam kategori sangat valid. Hasil perhitungan indeks V disajikan pada tabel dibawah ini. TabelB8.BHasilBPerhitunganBIndeksBVBInstrumenBBerpikirBKreatif Buti r Rater 1 Rater 2 Rater 3 s 1 s 2 s 3 Σ s V 1 4,67 4,67 4,67 3,67 3,67 3,67 11,01 0,9175 2 5 4,67 4,67 4 3,67 3,67 11,34 0,945 3 4,33 4,67 4,67 3,33 3,67 3,67 10,6 7 0,8891 TabelB9.BHasilBPerhitunganBIndeksBVBInstrumenBMotivasiBBelajar Rater 1 Rater 2 Rater 3 s 1 s 2 s 3 Σ s V 4,64 5 4,33 3,6 4 4 3,3 3 10,9 7 0,914 1 57

I. TeknikBAnalisisBData

Untuk memperoleh bukti adanya keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI dan konvensional ditinjau dari motivasi belajar matematika dan berpikir kreatif matematika siswa serta kemudian membandingkan keefektifan di antara keduanya maka perlu dilakukan berbagai macam analisis. Analisis yang dilakukan sesuai dengan tujuan di atas dijabarkan seperti dibawah ini.

1. AnalisisBDeskriptif

Sebelum data dianalisis untuk menguji hipotesis, data perlu dideskripsikan terlebih dahulu. Data yang perlu dideskripsikan adalah hasil pmetest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Deskripsi data yang dilakukan berupa rata-rata, simpangan baku, nilai tertinggi dan nilai terendah dari data tersebut. Perhitungan rata-rata, variansi, dan simpangan baku menggunakan bantuan Program SPSS 16.0 fom Windows.

2. AnalisisBStatistikBUjiBInferensial

Teknik analisis statistik uji inferensial yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik uji multivariat. Analisis ini dilakukan untuk melihat adanya perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, terhadap dua variabel dependen yaitu kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar secara simultan. Uji multivariat pada penelitian ini menggunakan Hotelling’s Tmace dua populasi dengan 58 bantuan SPSS 16.0 fom windows. Data yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari pmetest dan posttest kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar. Setelah melakukan analisis statistik uji multivariat dengan, analisis dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan Hotelling’s Tmace satu populasi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui efektif atau tidaknya pembelajaran dengan model Team Accelemated Instmuction dan pembelajaran konvensional pada masing-masing variabel kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar secara simultan. Data yang dianalisis dengan Hotelling’s Tmace satu populasi adalah data yang diperoleh dari hasil posttest kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar setelah pembelajaran. Sebelum melakukan analisis uji multivariat, asumsi yang harus terpenuhi adalah uji asumsi normalitas dan homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Menurut Tabachnick Nurma Angkotasan, 2013:67 Uji normalitas multivariat merupakan perluasan dari uji normalitas univariat. Normalitas univariat digunakan sebagai pendekatan untuk mencapai distribusi populasi yang mendekati normal. Uji normalitas univariat dilakukan dengan menguji normalitas di setiap variabel. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono 2013: 79 bahwa statistik parametris bekerja berdasarkan asumsi bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis berdasarkan distribusi normal. 59 Pada penelitian ini, uji asumsi normalitas dilakukan menggunakan uji Kolmogmov-Smimnov dengan bantuan pmogmam SPSS 16 fom Windows. Hipotesis yang diajukan untuk mengukur normalitas data pada pengujian ini adalah sebagai berikut: H : Data dari populasi berdistribusi normal. H 1 : Data dari populasi tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujian yang digunakan untuk mengukur normalitas data dalam pengujian ini adalah H diterima data berdistribusi normal apabila nilai signifikansi lebih dari tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5, sebaliknya H diterima data tidak berdistribusi normal apabila nilai signifikansi kurang dari 5.

b. Uji Homogenitas Multivariat

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan matriks varians-kovarians skor hasil kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar siswa secara simultan atau secara multivariat menggunakan uji Box’s M dan kesamaan varians masing-masing variabel terikat menggunakan Levene’s Test dengan bantuan SPSS 16 fom windows untuk menentukan tingkat kehomogenan skor kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar siswa. Hipotesis yang diajukan untuk mengukur homogenitas multivariat data pada pengujian ini adalah sebagai berikut: 70 1 Uji homogenitas matriks kovarians skor pmetest kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol H : Matriks varians-kovarians pmetest antara kelas eksperimen Team Accelemated Instmuction dan kelas kontrol konvensional adalah homogen. H 1 : Matriks varians-kovarians pmetest antara kelas eksperimen Team Accelemated Instmuction dan kelas kontrol konvensional adalah tidak homogen. 2 Uji homogenitas matriks kovarians skor posttest kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol H : Matriks varians-kovarians posttest antara kelas eksperimen Team Accelemated Instmuction dan kelas kontrol konvensional adalah homogen. H 1 : Matriks varians-kovarians posttest antara kelas eksperimen Team Accelemated Instmuction dan kelas kontrol konvensional adalah tidak homogen. Kesimpulan diambil pada taraf signifikansi 5 dengan kriteria pengujiannya adalah jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H diterima dan H 1 ditolak data berasal dari populasi yang homogen, sebaliknya jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka data berasal dari populasi tidak homogen. Apabila data berdistribusi normal dan homogen maka dapat dilanjutkan uji kesamaan mean kedua kelas. 71

c. Uji Kesamaan MeanBKedua Kelas

Uji kesamaan mean ini digunakan untuk membuktikan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif yang sama sebelum diberi perlakuan. Uji kesamaan vektor mean ini dilakukan dengan uji Hotteling’s Tmace MANOVA. Untuk dapat melakukan uji kesamaan vektor mean antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan uji Hotteling’s Tmace MANOVA maka data-data yang diambil sebelum perlakuan ini harus memenuhi uji asumsi normalitas dan homogenitas. Hipotesis yang diajukan untuk mengukur kesamaan vektor mean data antara kedua kelas eksperimen pada pengujian ini adalah sebagai berikut: H : μ E 1 M μ E 1 BK = μ K 1 M μ K 1 BK , tidak terdapat perbedaan vektor mean antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa H 1 : μ E 1 M μ E 1 BK ≠ μ K 1 M μ K 1 BK , terdapat perbedaan vektor mean antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI dengan pembelajaran 72 konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa Keterangan: μ E 1 M = rata-rata motivasi belajar siswa kelas eksperimen μ E 1 BK = rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen μ K 1 M = rata-rata motivasi belajar siswa kelas kontrol μ K 1 BK = rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol Statistik uji : F = n 1 +n 2 − p−1 n 1 +n 2 −2 p T 2 dengan T 2 = n 1 n 2 n 1 +n 2 x 1 −x 2 S −1 x 1 −x 2 S = W 1 +W 2 n 1 +n 2 −2 W = [ ss 1 ss 12 ss 21 ss 2 ] Keterangan : T 2 = Hotelling Trace n 1 = besar sampel dari kelompok eksperimen 73 n 2 = besar sampel dari kelompok kontrol x 1 −x 2 = matriks rata-rata S −1 = invers matriks kovarian p = banyaknya variabel terikat S = matriks dispersi sampel W 1 = matriks jumlah kuadrat dalam kelompok eksperimen W 2 = matriks jumlah kuadrat dalam kelompok kontrol ss 1 = varians sample motivasi ss 2 = varians sampel berpikir kreatif ss 12 =ss 21 = kovarians sampel antara motivasi dan berpikir kreatif Kriteria pengujian yang digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya perbedaan vektor mean antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dalam pengujian ini adalah H ditolak apabila F hit 1 F 0,025 ; 2,64 =0,3013 atau F ¿¿ 0,025 ; 2,64 =3,967 F hit ¿ atau nilai sig. tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5.

d. Uji Hipotesis

1 Hipotesis pemtama 74 H : μ 11 μ 21 ≤ 75 50 , model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI tidak efektif secara simultan ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa H 1 : μ 11 μ 21 75 50 , model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI efektif secara simultan ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa Dengan μ 11 : nilai posttest kemampuan berpikir kreatif dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI μ 21 : skor angket motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI setelah perlakuan Kriteria keputusan : H ditolak jika F hit F 0,05 ; 2,32 = ¿ 3,318. Satitstik uji : F = n − p n−1 p T 2 Dengan 75 T 2 =n X −μ S −1 X−μ S = [ s 11 s 12 s 21 s 22 ] Keterangan : T 2 = Hotelling Tmace n = besar sampel X −μ = matriks rata-rata S −1 = invers matriks kovarian p = banyaknya variabel terikat S = matriks dispersi sampel s 11 = varians sample motivasi s 22 = varians sampel berpikir kreatif s 12 =ss 21 = kovarian sampel antara motivasi dan berpikir kreatif 2 Hipotesis kedua H : μ 12 μ 22 ≤ 75 50 , model pembelajaran konvensional tidak efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa 75 H 1 : μ 12 μ 22 75 50 , model pembelajaran konvensional efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa Dengan μ 12 : nilai posttest kemampuan berpikir kreatif dengan model pembelajaran konvensional μ 22 : skor angket motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional setelah perlakuan Kriteria keputusan : H ditolak jika F hit F 0,05 ; 2,31 = ¿ 3,319. Satitstik uji : F = n − p n−1 p T 2 dengan T 2 =n X −μ S −1 X−μ S = [ s 11 s 12 s 21 s 22 ] Keterangan : T 2 = Hotelling Tmace n = besar sampel 77 X −μ = matriks rata-rata S −1 = invers matriks kovarian p = banyaknya variabel terikat S = matriks dispersi sampel s 11 = varians sample motivasi s 22 = varians sampel berpikir kreatif s 12 =ss 21 = kovarian sampel antara motivasi dan berpikir kreatif Apabila hasil hipotesis menunjukkan adanya keefektifan pada model pembelajaran Team Accelemated Instmuction TAI dan model pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar siswa maka dilanjutkan uji perbandingan keefektifan kedua model. 3 Hipotesis ketiga H : μ 11 μ 21 ≤ μ 12 μ 22 , model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI tidak lebih efektif secara simultan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa H 1 : μ 11 μ 21 μ 12 μ 22 , model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI lebih efektif secara simultan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional 78 ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa Dengan μ 11 : nilai posttest kemampuan berpikir kreatif dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI μ 12 : nilai posttest kemampuan berpikir kreatif dengan model pembelajaran konvensional μ 21 : skor angket motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI setelah perlakuan μ 22 : skor angket motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional setelah perlakuan Statistik uji : F = n 1 +n 2 − p−1 n 1 +n 2 −2 p T 2 dengan T 2 = n 1 n 2 n 1 +n 2 x 1 −x 2 S −1 x 1 −x 2 S = W 1 +W 2 n 1 +n 2 −2 79 W = [ ss 1 ss 12 ss 21 ss 2 ] Keterangan : T 2 = Hotelling Tmace n 1 = besar sampel dari kelompok eksperimen n 2 = besar sampel dari kelompok kontrol x 1 −x 2 = matriks rata-rata S −1 = invers matriks kovarian p = banyaknya variabel terikat S = matriks dispersi sampel W 1 = matriks jumlah kuadrat dalam kelompok eksperimen W 2 = matriks jumlah kuadrat dalam kelompok kontrol ss 1 = varians sample motivasi ss 2 = varians sampel berpikir kreatif ss 12 =ss 21 = kovarian sampel antara motivasi dan berpikir kreatif Kriteria pengujian yang digunakan untuk mengukur lebih efektif atau tidaknya model pembelajaran antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dalam pengujian ini adalah H ditolak apabila F hit F 0,05 ;2,64 =3,148 atau nilai sig. tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5. 80 BABBIV PEMBAHASAN

A. HasilBPenelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang dilakukan di SMA Negeri 1 Prambanan Klaten. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI di kelas XI IPA 5 dan model pembelajaran konvensional di kelas XI IPA 3 terhitung sejak hari Jumat 24 Februari 2017 sampai dengan Sabtu 18 Maret 2017. Data dalam penelitian ini terdiri dari data angket awal serta akhir motivasi belajar siswa dan data dari nilai pretest dan posttest berpikir kreatif siswa. Data penelitian yang dikumpulkan berasal dari tahapan-tahapan sebagai berikut. Penelitian diawali dengan pemberian soal pretest untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa yang masing- masing terdiri dari 3 butir soal essay. Penelitian diakhiri dengan pemberian soal posttest untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa yang masing-masing soal terdiri dari 3 butir soal essay. Adapun hasil pekerjaan siswa ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut: 1. Aspek Fluency Pada aspek Fluency, siswa telah mampu menuliskan jawaban secara lancar 2. Aspek Flexibility 80 GambarB1.BHasilBkerjaBsiswaBaspek fluency Pada aspek Flexibility, siswa telah mampu mengaitkan secara luwes suatu permasalahan 3. Aspek Originality Pada aspek Originality, siswa menggunakan cara tertentu atau memiliki jawaban tertentu yang benar Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh seorang observer, yaitu guru matematika SMA Negeri 1 Prambanan Klaten. Lembar observasi bertujuan untuk mengevaluasi keterlaksanaan setiap proses 81 GambarB2.BHasilBkerjaBsiswaBaspek flexibility GambarB3.BHasilBkerjaBsiswaBaspek Originality 1 GambarB4.BHasilBkerjaBsiswaBaspek originality 2 pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat. Berikut dskripsi pelaksanaan pembelajaran selama penelitian berlangsung.

1. DeskripsiBPembelajaran

Dalam penelitian ini materi yang digunakan adalah materi komposisi fungsi. Materi ini diajarkan di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI, sedangkan pada kelas kontrol diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.

a. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen

Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen XI IPA 5 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI. Sebelum dilaksanakan pembelajaran siswa terlebih dahulu diberi tes pretest untuk mengukur kemampuan awal berpikir kreatif siswa dan angket untuk mengukur motivasi awal belajar siswa. Lima pertemuan digunakan untuk mempelajari materi komposisi fungsi dan proses pembelajaran dilakukan berdasarkan RPP. Setelah dilakukan pembelajaran siswa diberi tes posttest untuk mengukur kemampuan akhir berpikir kreatif siswa dan angket untuk mengukur motivasi akhir belajar siswa. Secara keseluruhan, kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Keterlaksanaan pembelajaran kelas eksperimen dapat dilihat pada lembar 82 observasi keterlaksanaan pembelajaran pada lampiran 2.3 sd 2.7 pada halaman 140 sd 149. Persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI termasuk dalam kategori baik karena telah mencapai 89,22. Rekap penilaian keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 2.1 halaman 138. Pembelajaran diawali dengan menginformasikan tujuan dan motivasi kepada siswa tentang pentingnya mempelajari materi komposisi fungsi melalui beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian peneliti menyampaikan materi prasyarat apa yang harus dikuasai siswa sebelum mempelajari materi komposisi fungsi dengan teknik tanya jawab. Dalam pembelajaran TAI siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, 6 kelompok beranggotakan 4 siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 orang dengan kemampuan yang beragam. Pembagian siswa kedalam kelompok belajar didasarkan pada nilai yang diperoleh siswa melalui tahap tes penempatan. Nilai ini juga dapat diperoleh dari nilai ulangan harian sebelumnya atau dapat juga dari nilai kuis yang diperoleh pada pertemuan sebelumnya. Pembagian kelompok siswa dapat dilihat pada lampiran 2.13 halaman 160. Pada tahap berikutnya, siswa diberi LKS untuk dipelajari secara individu selama 15-20 menit. Pada saat siswa diminta untuk mempelajari materi secara individu, beberapa siswa keberatan dan memilih untuk mengobrol dengan teman sebangkunya. Namun, dengan penjelasan yang diberikan peneliti akhirnya tumbuh kemauan dalam diri siswa untuk belajar. 83 Setelah mempelajari dan mengerjakan LKS sesuai kemampuan siswa, kemudian siswa berkumpul dengan teman kelompoknya untuk berdiskusi mengenai kesulitan-kesulitan yang ditemui selama belajar individu. Peneliti mengawasi jalannya diskusi dan memberi bantuan jika ada siswa yang mengalami kesulitan. Ada 2 kegiatan dalam LKS ini, yaitu Kegiatan I yang berisi soal-soal pemahaman konsep dan jika kegiatan I seluruh siswa sudah menuntaskannya, baru diperbolehkan mengerjakan Kegiatan II yang berisi soal-soal kreatif. Hal ini dimaksudkan agar ada percepatan Accelerated dalam belajar kelompok. Beberapa kelompok bekerja secara aktif dan saling bekerja sama, tapi ada kelompok yang tidak berdiskusi melainkan mengerjakan LKS secara individu. Peneliti kemudian memberikan penjelasan mengenai pentingnya berdiskusi dalam kelompok belajar, dan siswa mulai memperbaikinya. Beberapa tahap tersebut didokumentasikan dan disajikan pada gambar 5, 6, 7 dan 8 berikut. Gambar 5. Siswa mengerjakan LKS secara individu Gambar 6. Siswa mengerjakan LKS secara kelompok 84 Gambar 7. Siswa menayakan LKS Gambar 8. Siswa Presentasi Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok, beberapa siswa mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi mereka di papan tulis yang kemudian dibahas bersama-sama. Pada tahap ini jika masih ada siswa yang belum mengerti, peneliti akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kemudian siswa dibimbing oleh peneliti untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi yang baru saja dipelajari, siswa diberi kuis untuk dikerjakan secara individu yang juga berfungsi untuk membentuk kelompok pada pertemuan berikutnya. Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan penghargaan berupa hadiah kepada dua kelompok yang memiliki poin kemajuan terbaik Gambar 9. Dua kelompok terbaik Gambar 10. Kelompok terbaik 85 Selama pembelajaran, siswa terlihat antusias dan aktif dalam setiap tahap yang dilakukan. Hal ini terlihat ketika siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan soal-soal pada LKS, ketika siswa berebut untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di papan tulis, dan ketika siswa bertanya kepada peneliti saat menemukan kesulitan dalam mengerjakan soal. Dalam pembagian kelompok, ada kelompok yang tidak berdiskusi melainkan bekerja secara individual hal itu dikarenakan siswa merasa tidak nyaman dalam kelompok tersebut. Untuk mengatasinya, peneliti membimbing kelompok tersebut dengan cara memberikan permasalahan yang menyangkut pendapat para siswa dan kemudian meminta mereka untuk mendiskusikannya. Secara keseluruhan diskusi kelompok berjalan dengan baik dan siswa berperan aktif.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol

Pelaksanaan pembelajaran kelas kontrol XI IPA 3 menggunakan model pembelajaran konvensional. Sebelum dilaksanakan pembelajaran siswa terlebih dahulu diberi tes pretest untuk mengukur kemampuan awal berpikir kreatif siswa dan angket untuk mengukur motivasi awal belajar siswa. Lima pertemuan digunakan untuk mempelajari materi komposisi fungsi dan proses pembelajaran dilakukan berdasarkan RPP. Setelah dilakukan pembelajaran siswa diberi tes posttest untuk mengukur kemampuan akhir berpikir kreatif siswa dan angket untuk mengukur motivasi akhir belajar siswa. 86 Secara keseluruhan, kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Keterlaksanaan pembelajaran kelas kontrol dapat dilihat pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran setiap pertemuan pada lampiran 2.8 sd 2.12 halaman 150 sd 159. Persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan model konvensional juga termasuk kategori baik yakni mencapai 93,34. Rekap penilaian keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 2.2 halaman 139. Pada tahap pendahuluan, peneliti menginformasikan tujuan dan memberikan apersepsi yaitu materi prasyarat yang telah dipelajari sebelumnya. Cara penyampaian apersepsi adalah dengan memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa mengingat kembali materi yang sudah dipelajari. Kemudian peneliti memberikan motivasi kepada siswa mengenai penerapan komposisi fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Tahap selanjutnya, peneliti menjelaskan materi, cara menemukan rumus, dan contoh soal lengkap dengan cara penyelesaiannya. Ketika peneliti menjelaskan materi beberapa siswa memperhatikan, namun ada juga yang ramai sendiri mengobrol dengan temannya. Setelah diingatkan untuk belajar, kelas sedikit lebih kondusif. Kemudian siswa dipersilakan untuk bertanya apabila menemui kesulitan. Peneliti memberikan waktu kepada siswa untuk mencatat dan memahami kembali apa yang sudah dijelaskan oleh peneliti. Selanjutnya, siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh peneliti. Siswa diperbolehkan berdiskusi dengan teman sebangkunya agar saling bertukar pikiran dan saling membantu 87 jika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Setelah selesai mengerjakan soal latihan, siswa dipersilakan untuk mengerjakan di papan tulis. Ada siswa yang maju dengan keinginan sendiri, ada juga yang menunggu ditunjuk. Setelah selesai menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis, siswa lain diminta untuk mengoreksi dan bertanya jika ada yang kurang jelas. Pada akhir pembelajaran, peneliti membimbing siswa dalam menyimpulkan konsep yang telah dipelajari. Selanjutnya siswa diberikan soal kuis untuk dikerjakan secara individu. Kuis diberikan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Setelah siswa selesai mengerjakan kuis, peneliti menginformasikan materi yang akan dipelajari pada petemuan selanjutnya dan meminta siswa untuk mempelajarinya di rumah.

2. DeskripsiBData

Deskripsi data ini adalah gambaran dari data yang diperoleh ketika penelitian dilakukan untuk mendukung pembahasan hasil penelitian. Dari gambaran data ini dapat dilihat kondisi sebelum dan setelah perlakuan pada kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol.

a. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa

Data mengenai motivasi belajar siswa diperoleh dari pengisian angket motivasi belajar yang dilakukan oleh setiap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Angket motivasi belajar matematika ini 88 diberikan sebelum dan setelah perlakuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan pembelajaran konvensional terhadap motivasi belajar matematika siswa. Data motivasi belajar siswa dari kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 10, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 133. TabelB10.BDeskripsiBDataBHasilBAngketBMotivasiBBelajarBSiswa Deskripsi Kelas TAI XI IPA 5 Kelas Kontrol XI IPA 3 Awal Akhir Awal Akhir Jumlah siswa n 34 34 33 33 Skor tertinggi teoretik 75 75 75 75 Skor terendah teoretik 35 35 35 35 Skor tertinggi 60 68 62 68 Skor terendah 36 42 38 43 Skor rata-rata 48, 6765 58,9705 48,606 56,545 Variansi 44,40731 40,0294 35,4337 34,0056 Simpangan baku 6,66388 6,32688 5,952622 5,83144 Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar matematika siswa pada kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan. Data kategorisasi motivasi belajar matematika siswa kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol sebelum dan setelah diberi perlakuan disajikan berturut-turut pada Tabel 11 dan Tabel 12, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.1 halaman 123. TabelB11.BKategorisasiBMotivasiBBelajarBSiswaBSebelumBPerlakuan Skor Kriteria TAIBXIBIPAB5 KontrolBXIBIPAB3 F F 60 X ≤ 75 Sangat Tinggi 1 3,03 50 X ≤ 60 Tinggi 16 47,05 12 36,37 40 X ≤ 50 Sedang 13 38,24 16 48,48 89 30 X ≤ 40 Rendah 5 14,71 4 12,12 15 ≤ X ≤ 30 Sangat Rendah TabelB12.BKategorisasiBMotivasiBBelajarBSiswaBSetelahBPerlakuan Skor Kriteria TAIBXIBIPAB5 KontrolBXIBIPAB3 F F 60 X ≤ 75 Sangat Tinggi 18 52,94 9 27,27 50 X ≤ 60 Tinggi 12 35,29 20 60,61 40 X ≤ 50 Sedang 4 11,77 4 12,12 30 X ≤ 40 Rendah 15 ≤ X ≤ 30 Sangat Rendah Berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas tampak bahwa motivasi belajar matematika siswa kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol mengalami peningkatan. Motivasi belajar siswa kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI sebelum perlakuan sebagian besar masuk dalam kriteria tinggi yakni mencapai 47,05. Setelah diberi perlakukan sebagian besar siswa kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI masuk dalam kriteria sangat tinggi yaitu mencapai 52,94. Motivasi belajar matematika siswa kelas kontrol sebelum perlakuan sebagian besar masuk dalam kriteria sedang yakni mencapai 48,48. Setelah diberi perlakukan sebagian besar siswa kelas kontrol masuk dalam kriteria tinggi yaitu mencapai 60,61.

b. Data Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa

Data hasil tes berpikir kreatif matematika siswa meliputi data pretest dan posttest. Data pretest merupakan hasil tes berpikir kreatif siswa kelas TAI dan kelas kontrol sebelum perlakuan yang bertujuan 90 untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kreatif siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Data posttest merupakan hasil tes berpikir kreatif siswa kelas TAI dan kelas kontrol setelah perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa disajikan pada Tabel 13, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 133. TabelB13.BDeskripsiBDataBHasilBTesBKemampuanBBerpikirBKreatif Deskripsi Kelas TAI XI IPA 5 Kelas Kontrol XI IPA 3 Pretest Posttest Pretest Posttest Jumlah siswa n 34 34 33 33 Nilai tertinggi teoretik 100 100 100 100 Nilai terendah teoretik Nilai tertinggi 63,89 97,22 47,22 97,22 Nilai terendah 22,22 55,56 11,11 38,89 Nilai rata-rata 34,72 79,82 36,45 76,26 Variansi 86,63 168,96 79,19 223,33 Simpangan baku 9,31 12,99 8,89 14,94 Berdasarkan data pada tabel di atas secara keseluruhan nilai posttest tertinggi yang dicapai siswa adalah 97,22 sedangkan nilai terendahnya adalah 38,89. Berdasakan kriteria ketuntasan hasil belajar, rata-rata hasil belajar siswa kedua kelas telah memenuhi standar ketuntasan minimal yaitu 75. Data mengenai persentase ketuntasan pretest dan posttest kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 14, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.2 halaman 128. TabelB14.BPersentaseBKetuntasanBPretestBdanBPosttest KeduaBKelas Kelas Pretest Posttest TAI Tidak ada siswa yang tuntas atau 0 24 siswa tuntas atau 70,59 Kontrol Tidak ada siswa yang tuntas atau 0 21 siswa tuntas atau 63,64 91 Berdasarkan perbandingan ketuntasan pretest dan posttest pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol. Dari hasil posttest pada kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI presentase siswa yang mememenuhi ketuntasan minimal mencapai 70,59 sedangkan pada kelas kontrol mencapai 63,64.

3. AnalisisBStatistkBUjiBInferensial

Data yang digunakan pada analisis statistik inferensial ini adalah data yang diperoleh dari kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol sebelum dan setelah perlakuan. Data sebelum perlakuan digunakan untuk menguji normalitas dan homogenitas data pada kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol sebelum perlakuan. Data setelah perlakuan digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis penelitian, yaitu mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

a. Data Sebelum Perlakuan

Data yang diperoleh sebelum perlakuan meliputi data hasil pengukuran motivasi belajar siswa dan kemampuan berpikir kreatif 92 dalam pembelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Beberapa uji yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1 Uji Normalitas Sebelum Perlakuan Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test dengan taraf signifikansi α = 5. Uji ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS 16 for gindows. Data berdistribusi normal jika Sig α. Langkah-langkah pengujiam: a Hipotesis i. H : Data motivasi awal berdistribusi normal. H 1 : Data motivasi awal tidak berdistribusi normal. ii. H : Data pretest berdistribusi normal. H 1 : Data pretest tidak berdistribusi normal. b Taraf signifikansi: α = 5 c Satistik Uji: One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan Program SPSS 16 for gindows. d Kriteria keputusan: H ditolak jika Sig. 0,05 e Perhitungan: Uji normalitas tampak pada Tabel 15 dan Tabel 16 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.4 halaman 134. TabelB15.BHasilBUjiBNormalitasBMotivasiBAwal Kelas Sig. Kesimpulan TAI 0,592 Data berdistribusi normal Konvensional 0,989 Data berdistribusi normal TabelB16.BHasilBUjiBNormalitasBPretest Kelas Sig. Kesimpulan TAI 0,262 Data berdistribusi normal Konvensional 0,315 Data berdistribusi normal f Kesimpulan: i. Karena Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data motivasi awal berdistribusi normal. 93 ii. Karena Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data pretest berdistribusi normal. 2 Uji Homogenitas Multivariat Sebelum Perlakuan Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka dilanjutkan uji homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi antar kelas yang dianalisis homogen. Untuk menguji homogenitas variansi digunakan uji Box’s M dengan bantuan Program SPSS 16 for gindows. Data homogen jika Sig α. Langkah-langkah pengujian: a Hipotesis H : Matriks varians-kovarians antara kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol sebelum perlakuan homogen H 1 : Matriks varians-kovarians antara kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol sebelum perlakuan tidak homogen b Taraf signifikansi: α = 5 c Satistik Uji: Box’s M dengan bantuan Program SPSS 16 for gindows d Kriteria keputusan: H ditolak jika Sig. 0,05 e Perhitungan: Uji homogenitas tampak pada Tabel 17 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.5 halaman 135. Tabel B 17. B Hasil B Uji B Homogenitas B Multivariat B Sebelum Perlakuan Box’sBM F df.1 df.2 Sig. 0,984 0,317 3 7,838 0,813 f Kesimpulan: 94 H diterima karena Sig.= 0,813 yang menyebabkan Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa matriks varians-kovarians antara kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol sebelum perlakuan homogen. 3 Uji Kesamaan Mean Kedua Kelas Sebelum Perlakuan Statistik uji Hotteling’s Trace MANOVA digunakan untuk melakukan uji kesamaan vektor mean antara dua kelompok dengan tujuan mengetahui sama atau tidaknya mean antara kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dengan kelas kontrol. Uji Hotteling’s Trace MANOVA dapat digunakan apabila asumsi normalitas dan homogenitas telah terpenuhi. Pada pembahasan mengenai uji asumsi normalitas dan homogenitas data awal sebelum perlakuan yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa data terdistribusi normal dan homogen. Oleh karena asumsi normalitas dan homogenitas data awal telah terpenuhi maka uji Hotteling’s Trace MANOVA dapat dilakukan dengan bantuan Program SPSS 16 for gindows. Data memiliki mean yang sama jika Sig α. Langkah-langkah pengujiam: a Hipotesis H : μ E 1 M μ E 1 BK = μ K 1 M μ K 1 BK , tidak terdapat perbedaan vektor mean antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dengan pembelajaran 95 konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa H 1 : μ E 1 M μ E 1 BK ≠ μ K 1 M μ K 1 BK , terdapat perbedaan vektor mean antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa b Taraf signifikansi: α = 5 c Satistik Uji: Hotteling’s Trace MANOVA dengan bantuan Program SPSS 16 for gindows d Kriteria keputusan: H ditolak jika F hit 013013 atau F hit 31967 dan Sig. 0,05 e Perhitungan: • Menentukan matriks W W 1 = [ ss 1 ss 12 ss 21 ss 2 ] = [ 13651331 6011388 6011388 28581796 ] W 2 = [ ss 1 ss 12 ss 21 ss 2 ] = [ 11331879 1701959 1701959 25501505 ] • Menentukan matriks S S = W 1 +W 2 n 1 +n 2 −2 = [ 13651331 6011388 6011388 28581796 ] + [ 11331879 1701959 1701959 25501505 ] 33 +33−2 ¿ 1 65 [ 2599132 77213385 77213385 53091301 ] ¿ [ 3919895 1118822 1118822 8312200 ] 96 S −1 = [ 010261 −01003 −01003 010125 ] • Menentukan Hotellings Trace T 2 = n 1 n 2 n 1 +n 2 x 1 −x 2 S −1 x 1 −x 2 T 2 = 33.33 33 +33 [ 0107 −2115 ] [ 010261 −01003 −01003 010125 ] [ 0107 −2115 ] T 2 =010590 • Menentukan nilai F F = n 1 +n 2 − p−1 n 1 +n 2 −2 p T 2 = 33 +33−2−1 33 + 33−2 2 010590 F =0132 B Uji kesamaan vektor mean sebelum perlakuan bantuan Program SPSS 16 for gindows tampak pada Tabel 18 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.6 halaman 136. TabelB18.BHasilBUjiBKesamaan VektorBMeanBSebelumBPerlakuan Effect Value F HypotesisBdf ErrorBdf Sig. Hotelling’s Trace 0,010 0,320 2,000 64,000 0,728 f Kesimpulan: H diterima karena 013013 F hit 31967 dan Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan vektor mean awal antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa 97

b. Data Setelah Perlakuan

Data yang diperoleh setelah perlakuan meliputi data hasil pengukuran motivasi belajar siswa dan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Beberapa uji yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1 Uji Normalitas Multivariat Setelah Perlakuan Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test dengan taraf signifikansi α = 5. Uji ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS 16 for gindows. Data berdistribusi normal jika Sig α. Langkah-langkah pengujian: a Hipotesis i. H : Data motivasi akhir berdistribusi normal. H 1 : Data motivasi akhir tidak berdistribusi normal. ii. H : Data posttest berdistribusi normal. H 1 : Data posttest tidak berdistribusi normal. b Taraf signifikansi: α = 5 c Satistik Uji: One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan Program SPSS 16 for gindows. d Kriteria keputusan: H ditolak jika Sig. 0,05 e Perhitungan: Uji normalitas tampak pada tabel 19 dan tabel 20 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.4 halaman 134. TabelB19.BHasilBUjiBNormalitasBMotivasiBAkhir Kelas Sig. Kesimpulan TAI 0,090 Data berdistribusi normal Konvensional 0,756 Data berdistribusi normal TabelB20.BHasilBUjiBNormalitasBPosttest Kelas Sig. Kesimpulan TAI 0,495 Data berdistribusi normal Konvensional 0,378 Data berdistribusi normal f Kesimpulan: 98 i. Karena Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data motivasi akhir berdistribusi normal. ii. Karena Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data posttest berdistribusi normal. 2 Uji homogenitas multivariat setelah perlakuan Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka dilanjutkan uji homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi antar kelas yang dianalisis homogen. Untuk menguji homogenitas variansi digunakan uji Box’s M dengan bantuan Program SPSS 16 for gindows. Data homogen jika Sig. α. Langkah-langkah pengujiam: a Hipotesis H : Matriks varians-kovarians antara kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol setelah perlakuan homogen H 1 : Matriks varians-kovarians antara kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol setelah perlakuan tidak homogen b Taraf signifikansi: α = 5 c Satistik Uji: Box’s M dengan Program SPSS 16 for gindow d Kriteria keputusan: H ditolak jika Sig. 0,05 e Perhitungan: Uji homogenitas tampak pada Tabel 21 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.5 halaman 135. TabelB21.BHasilBUjiBHomogenitasBMultivariatBSetelahBPerlakuan Box’sBM F df.1 df.2 Sig. 4,365 1,407 3 7,838 0,239 f Kesimpulan: Karena Sig.= 0,239 yang menyebabkan Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa matriks varians-kovarians antara kelas 99 eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol setelah perlakuan homogen.

c. Uji Hipotesis

Dari hasil uji prasyarat diketahui bahwa data motivasi akhir dan posttest kemampuan kreatif berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji mengenai keefektifaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan model pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi dan kemampuan berpikir kreatif siswa. 1 Hipotesis pertama H : μ 11 μ 21 ≤ 75 50 , model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI tidak efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa H 1 : μ 11 μ 21 75 50 model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa Taraf Signifikansi : α = 0,05 100 Statistik Uji : F = n − p n−1 p T 2 Kriteria keputusan : H ditolak jika F hit F 0105 ; 2132 = ¿ 3,318. Perhitungan : • Menentukan matriks S s 11 =3010293 s 22 =16819622 s 12 =s 21 =63162 32 S = [ 3010293 63162 32 63162 32 16819622 ] S −1 = [ 010653 −010239 −010239 010153 ] • Menentukan Hotellings Trace T 2 =n X – μ S −1 X – μ T 2 =33 [ 819705 318202 ] [ 010653 −010239 −010239 010153 ][ 819705 318202 ] T 2 =11713602397 • Menentukan nilai F F = n − p n−1 p T 2 = 33 −2 33−1 2 117136023 =5619503 Kesimpulan: Berdasarkan perhitungan di atas, H ditolak karena F hit =5619503F tabel =31318 . Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated 101 Instruction TAI efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa 2 Hipotesis kedua H : μ 12 μ 22 ≤ 75 50 model pembelajaran konvensional tidak efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa H 1 : μ 12 μ 22 75 50 model pembelajaran konvensional efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa Taraf Signifikansi : α = 0,05 Statistik Uji : F = n − p n−1 p T 2 Kriteria keputusan : H ditolak jika F hit F 0105 ; 2131 = ¿ 3,319 Perhitungan : • Menentukan matriks S s 11 =3310056 s 22 =2231327 102 s 12 =s 21 =5513529 S = [ 3310056 5513529 5513529 2231327 ] S −1 = [ 010393 −010123 −010123 010075 ] • Menentukan Hotellings Trace T 2 =n X −μ S −1 X−μ T 2 =33 [ 615353 112626 ] [ 010393 −010123 −010123 010075 ][ 615353 112626 ] T 2 =6315678 • Menentukan nilai F F = n − p n−1 p T 2 = 33 −2 33−12 6315678 =30179067 Kesimpulan: Berdasarkan perhitungan di atas, H ditolak karena F F ¿¿ tabel =31319 ¿¿ hit =30179067 ¿ ¿ . Sehingga model pembelajaran konvensional efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa 103 3 Hipotesis Ketiga H : μ 11 μ 21 ≤ μ 12 μ 22 , model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI tidak lebih efektif secara simultan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa H 1 : μ 11 μ 21 μ 12 μ 22 , model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI lebih efektif secara simultan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa Taraf signifikansi: α = 5 Satistik Uji: Hotteling’s Trace MANOVA secara manual dan bantuan Program SPSS 16 for gindows Kriteria keputusan: H ditolak jika F hit F 0105 ;2163 =31138 atau nilai sig. 0,05 Perhitungan: • Menentukan matriks W W 1 = [ ss 1 ss 12 ss 21 ss 2 ] = [ 13201971 21321598 21321598 55751753 ] W 2 = [ ss 1 ss 12 ss 21 ss 2 ] = [ 10881182 17731395 17731395 71361365 ] • Menentukan nilai S S = W 1 +W 2 n 1 +n 2 −2 = [ 13201971 21321598 21321598 55751753 ] + [ 10881182 17731395 17731395 71361365 ] 33 +33−2 104 ¿ 1 65 [ 23091152 39071093 39071093 12722122 ] ¿ [ 371063 601109 601109 1951726 ] S −1 = [ 01053 −01016 −01016 01010 ] • Menentukan Hotellings Trace T 2 = n 1 n 2 n 1 +n 2 x 1 −x 2 S −1 x 1 −x 2 T 2 = 33.33 33 +33 [ 21325 31557 ] [ 01053 −01016 −01016 01010 ][ 21325 31557 ] T 2 = 1122 67 [ 21325 31557 ] [ 01053 −01016 −01016 01010 ][ 21325 31557 ] T 2 =71865 • Menentukan nilai F F = n 1 +n 2 − p−1 n 1 +n 2 −2 p T 2 = 33 +33−2−1 33+33−2 2 71865 F =31872 B Pengujian kesamaan vektor mean setelah perlakuan dengan menggunakan Program SPSS 16 for gindows tampak pada Tabel 22 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.6 halaman 136. TabelB22.BHasilBUjiBPerbandinganBKeefektifanBKeduaBModel Effect Value F HypotesisBdf ErrorBdf Sig. Hotelling’s Trace 0,121 3,872 2,000 64,000 0,026 105 Kesimpulan: H ditolak karena F hit =31872 F tabel =31137 dan Sig.=0,026 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI lebih efektif secara simultan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa

B. Pembahasan

Sebelum diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan pembelajaran konvensional, hasil belajar pada aspek motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan sedang. Tingkat sedang motivasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil analisis angket motivasi belajar kedua kelas dimana sebagian besar siswa pada kedua kelas tersebut masuk dalam kategori sedang. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa terlihat dari hasil analisis pretest yang menunjukkan bahwa tidak ada siswa dari kelas TAI maupun konvensional yang mencapai skor minimal 75. Pada saat penelitian, model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI diterapkan di kelas XI IPA 5 sedangkan model pembelajaran konvensional diterapkan di kelas XI IPA 3. Tujuan dalam penelitian 106 ini adalah untuk membandingkan keefektifan pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Setelah proses penelitian berakhir, berikut ini adalah paparan dari analisis hasil penelitian.

1. KeefektifanBMasing-MasingBModelBPembelajaran

Model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang akan dicapai. Pembelajaran Team Accelerated Instruction TAI adalah pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individu sehingga pembelajaran ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang dibentuk dari kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang peserta didik dalam setiap kelompoknya, diikuti dengan pemberian bantuan individu bagi peserta didik yang memerlukannya dan pemberian penghargaan untuk tim dengan prestasi paling tinggi Slavin, 2005: 14-15. Keefektifan pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI dapat dilihat dari skor minimal yang telah ditetapkan untuk masing-masing variabel. Skor minimal yang telah ditetapkan untuk motivasi belajar matematika adalah 50, sehingga siswa dikatakan berhasil jika mendapatkan skor lebih dari atau sama dengan 50. Sementara itu, skor minimal yang telah ditetapkan untuk kemampuan berpikir 107 kreatif adalah 75, sehingga siswa dikatakan berhasil jika mendapatkan skor lebih dari atau sama dengan 75. Berdasarkan hasil uji keefektifan kelas eksperimen uji hipotesis pertama pada taraf signifikansi 5 diketahui bahwa F hit =5619503 F tabel =31318 dimana hal ini menunjukkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa. Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI telah dibuktikan oleh Nurma Angkotasan 2013 dalam penelitiannya dengan hasil bahwa model pembelajaran kooperatif TAI efektif ditinjau dari pemecahan masalah siswa. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Astuti Waluyati. 2009 juga membuktikan bahawa model kooperatif tipe TAI lebih unggul dibandingkan dengan model konvensional dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan aljabar pada kelas VII SMP. Karena alasan ini maka pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI efektif ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif. Hal ini dikarenakan langkah-langkah yang dilaksanakan pada pembelajaran tersebut menuntut siswa untuk belajar aktif di dalam kelas yaitu belajar individual untuk memahami materi yang diberikan peneliti, diskusi kelompok, dan mempresentasikan jawaban. Karena adanya kerjasama antar siswa, monitoring dari peneliti, dan juga penghargaan kelompok menjadikan pembelajaran menjadi menarik sehingga menumbuhkan motivasi belajar 108 siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman 2013:206 bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok dapat memotivasi siswa untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya. Serta menurut Miftahul Huda 2015: 200, salah satu tujuan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dengan adanya belajar kelompok. Pada kelas kontrol uji hipotesis kedua dengan taraf signifikansi 5 diketahui bahwa F F ¿¿ tabel =31319 ¿¿ hit =30179067 ¿ ¿ . Sehingga model pembelajaran konvensional efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran konvensional menjadikan siswa menerima informasi secara langsung sehingga informasi yang diterima siswa terjadi dalam waktu cepat. Pembelajaran ini juga tepat bagi siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan sehingga model pembelajaran ini efektif dalam proses belajar siswa. Dari uraian-uraian di atas serta dukungan dari hasil penelitian yang relevan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI efektif ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa Begitu pula dengan model konvensional, model ini efektif ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa. 109

2. PerbandinganBKeefektifanBPembelajaran

Pada uraian sebelumnya diketahui bahwa pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan mtode konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa, Selain itu, diketahui pula kondisi awal dari kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu membandingkan keefektifan pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa maka perlu diketahui tipe mana yang lebih efektif. Berdasarkan uji perbandingan model pembelajaran uji hipotesis ketiga pada taraf signifikansi 5 diketahui bahwa F F ¿¿ tabel =31137 ¿¿ hit =11320 ¿ ¿ dan Sig.=0,026 0,05 sehingga model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI lebih efektif secara simultan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat disebabkan karena dalam pembelajaran TAI siswa berpartisipasi aktif melalui diskusi kelompok dan belajar dengan menemukan sendiri sehingga siswa lebih paham dengan materi yang dipelajari. 110 Pembelajaran yang bervariasi dan adanya penghargaan bagi kelompok yang unggul juga berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. 111 BABBV KESIMPULANBDANBSARAN

A. Kesimpulan

Berdeserken dete yeng diperoleh, popttept kemempuen berpikir kreetif keles TAI den konvensionel memiliki rete-rete mesing-mesing 79,82 den 76,26 dengen veriensi 168,96 den 223,33. Sedengken untuk motivesi ekhir, keles TAI den konvensionel memiliki rete-rete mesing-mesing 58,97 den 56,54 dengen veriensi 40,03 den 34,01. Bedeserken hesil enelisis dete den pembehesen, meke depet disimpulken beberepe hel sebegei berikut: 1. Model pembelejeren kooperetif tipe Team Accelerated Inptruction TAI den model pembelejeren konvensionel efektif ditinjeu deri motivesi belejer den kemempuen berpikir kreetif siswe keles XI SMA di kecemeten Prembenen Kleten.

2. Model pembelejeren kooperetif tipe Team Accelerated Inptruction TAI

lebih efektif deri pede model pembelejeren konvensionel ditinjeu deri motivesi belejer den kemempuen berpikir kreetif sisweB keles XI SMA di kecemeten Prembenen Kleten.

B. KeterbatasanBPenelitian

Delem penelitien ini, menejemen siswe den menejemen wektu delem pelekseneen belum meksimel, sehingge wektu yeng dihebisken untuk pelekseneen pembelejeren sering melebihi betes wektu yeng ditetepken. 112

C. Saran

Berdeserken kesimpulen den kendele yeng dielemi peneliti delem pelekseneen penelitien, beberepe seren berikut depet dijediken sebegei behen pertimbengen.

1. Model pembelejeren kooperetif tipe Team Accelerated Inptruction TAI

depet diterepken pede pembelejeren untuk meteri-meteri lein sebegei veriesi pembelejeren kerene terbukti efektif depet meningketken motivesi belejer den kemempuen berpikir kreetif siswe.

2. Pelekseneen pembelejeren metemetike mengguneken model pembelejeren

kooperetif tipe Team Accelerated Inptruction TAI memerluken wektu yeng reletif lebih leme. Sehingge, ketike mengejerken suetu meteri metemetike mengguneken model pembelejeren tersebut, gurupeneliti hendeknye depet memenejemen wektu dengen sebeik mungkin eger hesil yeng diperoleh lebih optimel. 113 DAFTAR PUSTAKA Ahmad Lutfi. 2016. Pefgembafgaf Perafgkat Pembelajaraf Aljabar Mefggufakaf Problem Solvifg dalam Problem Posifg Berbasis Pefdekataf Saiftifik, Berorieftasi pada Keyakifaf Terhadap Pelajaraf Matematika, daf Kemampuaf Berpikir Kreatif Siswa SMA. Tesis. PPs- UNY. Ali Mahmudi. 2010. Mefgukur Kemampuaf Berpikir Kreatif Matematis. Prosiding. Kofferefsi Nasiofal Matematika XV. Malafg: UNIMA. Arikufto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Bafdufg: Rifeka Cipta. Astuti Waluyati. 2009. Metode Pembelajaraf Kooperatif Tipe TAI pada Pokok Bahasaf Aljabar Kelas VII di SMP Negeri 4 Gampifg Slemaf Yogyakarta. Tesis. PPs-UNY. BNSP. 2005. Peraturan Pemerintan Republik Indonesia nomor 19 Tanun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdikfas. Dai, D.C Sterfberg, R.J. 2004. Motivation, Emotion, and Cognition. New Jersey: Lawrefce Erlbaum Associates Publishers. Dafielsof, C. 2002. Ennancing Student Acnievement: A Framework for Scnool Improvement. Beauregard St: Associatiof for Supervisiof afd Curriculum Developmeft ASCD. Depdikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tanun 2016. Jakarta: Depdikbud. Depdikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tanun 2016. Jakarta: Depdikbud. Depdikfas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tanun 2003. Jakarta: Depdikfas. Djamarah. 2002. Teori Motivasi. Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara. Ghufrof, Nur Risfawita, Rifi. 2014. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media. 114 Gufter, M.A, Estes, T. H, Schwab, J. H. 1990. Instruction: A model Approacn. Lofdof: Allyf afd Bacof. Hartofo. 2009. Perbafdifgaf Pefifgkataf Kemampuaf Berpikir Kreatif daf Aplikasi Matematika Siswa pada Pembelajaraf Opef-Efded defgaf Kofvefsiofal di Sekolah Mefefgah Pertama. Disertasi. UPI. Hastif Kusumowati. 2014. Keefektifaf Model Pembelajaraf Kooperatif Tipe Team Accelerated Ifstructiof TAI Ditifjau dari Motivasi Belajar daf Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 35 Purworejo. Skripsi. Ufiversitas Negeri Yogyakarta. Huda, Miftahul. 2015. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hudojo, Hermaf. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud- Dikti. Hudojo, Hermaf. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Edisi Revisi. Jakarta: IMSTEP. Ifstitute of Educatiof Ufiversity of Lofdof. 2002. Effective Learning. Diakses dari http:www.ioe.ac.ukaboutdocumeftsWatkifs_02_Effective_ Lfg 28129.pdf. pada tafggal 29 Mei 2016, Jam 20.00 WIB. Isjofi. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Team Accelerated Instruction Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Killef, Roy. 2009. Effective Teacning Strategies: Lesson from Researcn and Practise. Soutn Melbourne: Cefgage Learfifg Australia. Kyriacou, Chris. 2009. Effective Teacning in Scnools Tneory and Practice. Third Editiof. Ufited Kifgdom: Nelsof Thorfes. Livfe, N.L. 2008. Ennancning Matnematical Creativity Tnrougn Multiple Solution to Open-ended Problems. Diambil 30 September 2016, dari http:www.iste.orgCofteftNavigatiofMefuResearchNECC_Research_ Paper_ArchivesNECC2008Livfe.pdf. Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bafdufg: PT REMAJA ROSDAKARYA. 115 Marsigit. 1996. Revitalisasi Pefdidikaf Matematika. Seminar Nasional. Yogyakarta: FMIPA IKIP. McGregor, D. 2007. Developing Tninking Developing Learning. Polafd: Opef Ufiversity Press. McMillaf, J.H. daf Schumacher, S. 2010. Researcn in Education Evidence Based Inquiry 7 tn edition. New Jersey: Pearsof Educatiof Ifc. Moh. Uzer Usmaf. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bafdufg: Remaja Rosda Karya. Mulyatififgsih, Efdafg. 2012. Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik. Yogyakarta: UNY Press. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Suatu Panduan Praktis. Bafdufg: Remaja Rosdakarya Mulyasa. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolan. Jakarta: Bumi Aksara Mufafdar, U. 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak sekolan. Jakarta: Gramedia. Mufafdar, U. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rifeca Cipta. Muslich, Masfur. 2007. KTSP Dasar Pemanaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara Nasutiof, S. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. NCTM. 2000. Principles and Standards for Scnool Matnematics. USA: Key Curriculum Press Nur, Mohammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Saifs daf Matematika Sekolah UNESA. Nurma Afgkotasaf. 2013. Perbafdifgaf Keefektifaf Pembelajaraf Model Problem-Based Learfifg defgaf Cooperative Learfifg Tipe Team Assisted Ifdividualizatiof TAI Ditifjau dari Kemampuaf Berpikir 116 Reflektif Matematis daf Pemecahaf Masalah Matematika Siswa SMA Negeri 4 daf 5 Kota Terfate. Tesis. PPS-UNY. Ormrod. J. E. 2003. Educational Psycnology Developing Learners 4tn ed.. New Jersey: Merrill Preftice Hall. Retfawati, Heri. 2016. Analisis Kuantitatif Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Parama Publishifg. Rusmaf. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafifdo Persada. Sabafdar, J. 2008. Berpikir Reflektif. Makalah. Prodi Pefdidikaf Matematika SPS.UPI. Siswofo, Y.E.T. 2004. Identifikasi Proses Berpikir Kreatif dalam Pengajuan Masalan Problem Posing Matematika. Berpandu dengan Model Wallas dan Creative Problem Solving CPS. Jurusaf Matematika FMIPA Ufesa. Siswofo, Y.E.T., I Ketut Budayasa. 2006. Implemeftasi Teori teftafg Tifgkat Berpikir kreatif dalam Matematika. Seminar Konferensi Nasional Matematika XIII dan Konggres Himpunan Matematika Indonesia. Semarafg: FMIPA UNS. Siswofo, Y.E.T., Novitasari, W, 2007. Mefifgkatkaf Kemampuaf Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pemecahaf Masalah Tipe “What’s Afother Way”. Jurnal Pendidikanl Matematika “Transformasi”. 1, 1978-7847. Siti Rochafa. 2015. Pefgembafgaf Perafgkat Pembelajaraf Geometri Bafguf Ruafg SMP defgaf Mefggufakaf Model Guided Ifquiry Berorieftasi pada Kemampuaf Berpikir Kreatif daf Motivasi Belajar Siswa. Tesis. PPs- UNY Slavif, E Robert. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Peferjemah: Narulita Yusrof. Bafdufg: Nusa Media. Sugihartofo, dkk. 2013. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyofo. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bafdufg: Alfabeta. Suhermaf, Ermaf., dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bafdufg. JICA-UPI 117 Suyitfo. 2007. Pemilinan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP. Semarafg : UNNES Tim Pefgembafg MKDP Kurikulum daf Pembelajaraf. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bafdufg: Jurusaf Kurtekpef UPI Tim Redaksi. 2012. Gejolak Ujiaf Nasiofal. Kompas 21 April 2012. Hlm 4. Tim Redaksi. 2016. Ujiaf Nasiofal Bukaf Harga Mati. Fajar News 4 April 2016. Hlm 1. Ufo, B.H. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Ufo, Hamzah B Mohamad, Nurdif. 2013. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara. Warsofo Hariyafto. 2013. Pembelajaran Aktif. Bafdufg: PT REMAJA ROSDAKARYA. Whicer, Kristifa M., Bol, et al. 1997. Cooperative Learning in tne Secondary Matnematics Classroom. Tne Journal of Educational Researcn Vol 91. Hlm. 42-48. Yusuf, Syamsu. 2006. Program Bimbingan Konseling di Sekolan SLTP dan SLTA. Bafdufg: Pustaka Bafi Quraisy. 118 LAMPIRAN 1 1.1 Hasil Rekap Angket Motivasi Belajar Awal-Akhir 1.2 Hasil Rekap Tes Berpikir Kreatif Pretest-Posttest 1.3 Analisis Deskriptif Statistik Motivasi dan Kemampuan Berpikir Kreatif 1.4 Analisis Data dengan One-Sample K-S Test 1.5 Uji Homogenitas Multivariat 1.6 Analisis MANOVA 122 Lampiran 1.1 Hasil Rekap Angket Motipasi Belajar Awal-Akhir No Absen Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan TAI Kontrol TAI Kontrol 1 57 52 63 56 2 54 51 62 55 3 52 44 59 51 4 44 38 60 48 5 38 44 55 43 6 57 38 64 49 7 52 55 62 46 8 36 48 53 63 9 52 44 64 56 10 51 52 55 60 11 60 53 66 62 12 50 53 68 60 13 45 41 57 53 14 60 46 68 54 15 40 49 62 62 16 47 51 63 60 17 50 57 62 68 18 37 46 48 55 19 52 54 62 54 20 49 54 62 52 21 55 47 62 61 22 52 50 63 57 23 42 38 48 55 24 52 44 55 52 25 53 48 65 61 26 58 47 68 55 27 52 57 62 63 28 38 39 42 52 29 46 55 58 68 30 49 50 52 54 31 42 47 55 59 32 45 50 58 60 33 47 62 53 62 34 41 49 Rata-rata 48,6765 48,6061 58,9706 56,5455 123 Lampiran 1.2 Hasil Rekap Tes Berpikir Kreatif Pretest-Posttest No Absen Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan TAI Kontrol TAI Kontrol 1 47,22 38,89 94,44 80,56 2 33,33 47,22 77,78 91,67 3 25,00 36,11 72,22 55,56 4 25,00 33,33 77,78 50,00 5 30,56 16,67 61,11 38,89 6 27,78 41,67 80,56 80,56 7 38,89 11,11 86,11 52,78 8 30,56 47,22 55,56 83,33 9 36,11 44,44 91,67 77,78 10 30,56 33,33 80,56 86,11 11 33,33 44,44 91,67 94,44 12 63,89 30,56 94,44 88,89 13 38,89 33,33 80,56 66,67 14 44,44 33,33 94,44 63,89 15 27,78 47,22 91,67 94,44 16 38,89 38,89 75,00 80,56 17 30,56 44,44 83,33 80,56 18 33,33 44,44 61,11 97,22 19 27,78 41,67 94,44 50,00 20 36,11 41,67 77,78 75,00 21 36,11 41,67 94,44 80,56 22 44,44 47,22 91,67 94,44 23 22,22 36,11 61,11 72,22 24 36,11 36,11 80,56 58,33 25 61,11 41,67 97,22 83,33 26 27,78 41,67 80,56 72,22 27 27,78 27,78 86,11 72,22 28 27,78 22,22 55,56 91,67 29 38,89 44,44 72,22 94,44 30 30,56 33,33 61,11 77,78 31 30,56 22,22 88,89 80,56 32 41,67 36,11 94,44 80,56 33 27,78 36,11 61,11 69,44 34 27,78 66,67 Rata-rata 34,72 36,87 79,82 76,26 124 Lampiran 1.3 Analisis Deskriptif Statistik Motipasi dan Kemampuan Berpikir Kreatif

A. Data sebelum perlakuan

Descriptive Statistics N MNnNmum MaxNmum Mean Std. DevNatNon VarNance MotNvasN EksperNmen 34 36.00 60.00 48.6765 6.66388 44.407 MotNvasN Kontrol 33 38.00 62.00 48.6061 5.95262 35.434 KreatNf EksperNmen 34 22.22 63.89 34.7222 9.30753 86.630 KreatNf Kontrol 33 11.00 47.00 36.4545 8.89906 79.193 ValNd N lNstwNse 33

B. Data setelah perlakuan

Descriptive Statistics N MNnNmum MaxNmum Mean Std. DevNatNon VarNance MotNvasN EksperNmen 34 42.00 68.00 58.9706 6.32688 40.029 MotNvasN Kontrol 33 43.00 68.00 56.5455 5.83144 34.006 KreatNf EksperNmen 34 55.00 97.00 79.8202 12.99854 167.031 KreatNf Kontrol 33 38.00 97.00 76.2626 14.94412 223.297 ValNd N lNstwNse 33 Lampiran 1.4 125 Analisis Data dengan One-Sample K-S Test

A. Data sebelum perlakuan

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) Terhadap Keterampilan Sosial Matematik Siswa Kelas 8 di SMP Negeri 3 Tangerang (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas 8 SMP Negeri 3 Tangerang)

2 9 234

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TAI DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN GAYA BERPIKIR SISWA

1 20 148

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ACCELERATED INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Accelerated Instruction) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri 01 Sepanjang Kecama

0 1 16

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) PADA MATERI LINGKARAN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 1 TIRTOMOYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 20

Pengaruh Pembelajaran Akuntansi dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMAN 1 KARTASURA Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 10

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DALAM SETING TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA.

0 0 37

PENGARUH PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS XI SMA N 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2012 2013 | Perwita | Jurnal Pendidikan I

0 0 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (Team Assisted Individualization) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

1 1 17