15+602 = 37,5 dan Si =60-156 = 7,5. Kriteria dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini
TabelB6.BKriteriaBMotivasiBBelajarBMatematika Interval
Nilai Kriteria
Mi + 1,5Si X ≤ Mi + 3Si 60 X ≤ 75
Sangat Tinggi Mi + 0,5Si X ≤ Mi + 1,5Si
50 X ≤ 60 Tinggi
Mi – 0,5Si X ≤ Mi + 0,5Si 40 X ≤ 50
Sedang Mi – 1,5Si X ≤ Mi – 0,5Si
30 X ≤ 40 Rendah
Mi – 3Si ≤ X ≤ Mi – 1,5Si 15 ≤ X ≤ 30
Sangat Rendah Keterangan:
Mi = skor maksimal + skor minimal2 Si = skor maksimal – skor minimal6
X = total skor aktual
Skor yang diberikan terhadap pernyataan-pernyataan dalam angket motivasi belajar matematika diberi dengan ketentuan adalah
1 Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 1 = tidak pernah, 2 = jarang, 3 =kadang-kadang, 4 = sering, 5 = selalu;
2 Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 5 = tidak pernah, 4 = jarang, 3 = kadang-kadang, 2 =sering, 1 = selalu.
G. DesainBPenelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent- Gmoups Pmetest-Posttest Design. McMillan Schumacher 2010:272
menjelaskan dalam desain terdapat dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen K
E
dan kelas kontrol K
K
. Masing-masing kelas sampel diberikan perlakuan yang berbeda dan diberikan pmetest dan posttest. Pada kelas eksperimen
diberikan model Team Accelemated Instmuction dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional.
TabelB7.BDesainBPenelitianBdenganBPretest-Postest Control Group Design KelompokB
Pretest Treatment
Posttest
55
K
E
T
E1
X
E
T
E2
K
K
T
K1
X
K
T
K2
Keterangan: K
E
: Kelompok eksperimen K
K
: Kelompok kontrol T
E1
: soal pmetest yang diberikan pada kelas eksperimen T
K1
: soal pmetest yang diberikan pada kelas kontrol T
E2
: soal posttest yang diberikan pada kelas eksperimen T
K2
: soal posttest yang diberikan pada kelas kontrol X
E
: perlakuan kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran Team Accelemated Instmuction
X
K
: perlakuan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional
H. ValiditasBInstrumen
Instrumen pmetest dan posttest yang digunakan harus valid. Suharsini Arikunto 2010:211 menjelaskan definisi validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu intrumen. Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat ukur ini mengukur apa yang seharusnya
diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi instrumen mengacu pada sejauh mana item instrumen mencakup
keseluruhan situasi yang akan diukur. Validitas isi instrumen tes dapat diketahui dari kesesuaian instrumen tes tersebut dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Instrumen yang valid diperoleh dari beberapa proses yang dimulai dari
penyusunan instrumen berdasarkan kajian teori kemudian pengajuan validasi instrumen kepada dosen berpengalaman.
Hal ini sesuai dengan pendapat Heri Retnawati 2016:18 bahwa v
aliditas isi ditentukan menggunakan kesepakatan ahli. Kesepakatan ahli bidang studi atau sering disebut dengan domain yang
55
diukur menentukan tingkatan validitas isi content melated. Untuk mengetahui kesepakatan dosen ahli, digunakan indeks validitas yang salah
satunya diusulkan oleh Aiken berikut ini
V =
∑
s n
c−1
dengan V = indeks kesepakatan rater mengenai validitas butir s = skor yang ditetapkan s = r – l
r = skor ketegori pilihan rater l
= skor terendah dalam kategori penyekoran n = banyaknya rater
c = banyaknya kategori yang dapat dipilih rater
Dari hasil perhitungan indeks V, suatu butir atau perangkat dapat dikategorikan berdasarkan indeknya. Jika indeksnya kurang atau sama dengan
0,4 dikatakan validitasnya kurang, 0,4-0,8 dikatakan validitasnya sedang, dan jika lebih besar dari 0,8 dikatakan sangat valid.
Berdasarkan perhitungan indeks V , diperoleh rata-rata V instrumen kreatif sebesar 0,92 sehingga masuk kedalam kategori sangat valid sedangkan
V instrumen motivasi sebesar 0,91 sehingga masuk kedalam kategori sangat valid. Hasil perhitungan indeks V disajikan pada tabel dibawah ini.
TabelB8.BHasilBPerhitunganBIndeksBVBInstrumenBBerpikirBKreatif
Buti r
Rater 1 Rater 2
Rater 3 s
1
s
2
s
3
Σ s V
1 4,67
4,67 4,67
3,67 3,67
3,67 11,01
0,9175 2
5 4,67
4,67 4
3,67 3,67
11,34 0,945
3 4,33
4,67 4,67
3,33 3,67
3,67 10,6
7 0,8891
TabelB9.BHasilBPerhitunganBIndeksBVBInstrumenBMotivasiBBelajar
Rater 1 Rater 2
Rater 3 s
1
s
2
s
3
Σ s V
4,64 5
4,33 3,6
4 4
3,3 3
10,9 7
0,914 1
57
I. TeknikBAnalisisBData
Untuk memperoleh bukti adanya keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI dan
konvensional ditinjau dari motivasi belajar matematika dan berpikir kreatif matematika siswa serta kemudian membandingkan keefektifan di antara
keduanya maka perlu dilakukan berbagai macam analisis. Analisis yang dilakukan sesuai dengan tujuan di atas dijabarkan seperti dibawah ini.
1. AnalisisBDeskriptif
Sebelum data dianalisis untuk menguji hipotesis, data perlu dideskripsikan terlebih dahulu. Data yang perlu dideskripsikan adalah
hasil pmetest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Deskripsi data yang dilakukan berupa rata-rata, simpangan baku, nilai
tertinggi dan nilai terendah dari data tersebut. Perhitungan rata-rata, variansi, dan simpangan baku menggunakan bantuan Program SPSS 16.0
fom Windows.
2. AnalisisBStatistikBUjiBInferensial
Teknik analisis statistik uji inferensial yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik uji multivariat. Analisis ini dilakukan
untuk melihat adanya perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, terhadap dua variabel dependen yaitu kemampuan
berpikir kreatif dan motivasi belajar secara simultan. Uji multivariat pada penelitian ini menggunakan Hotelling’s Tmace dua populasi dengan
58
bantuan SPSS 16.0 fom windows. Data yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari pmetest dan posttest kemampuan berpikir kreatif dan
motivasi belajar. Setelah melakukan analisis statistik uji multivariat dengan, analisis
dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan Hotelling’s Tmace satu populasi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui efektif atau tidaknya
pembelajaran dengan model Team Accelemated Instmuction dan pembelajaran konvensional pada masing-masing variabel kemampuan
berpikir kreatif dan motivasi belajar secara simultan. Data yang dianalisis dengan Hotelling’s Tmace satu populasi adalah data yang diperoleh dari
hasil posttest kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar setelah pembelajaran. Sebelum melakukan analisis uji multivariat, asumsi yang
harus terpenuhi adalah uji asumsi normalitas dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Menurut Tabachnick Nurma
Angkotasan, 2013:67 Uji normalitas multivariat merupakan perluasan dari uji normalitas univariat. Normalitas univariat digunakan sebagai
pendekatan untuk mencapai distribusi populasi yang mendekati normal. Uji normalitas univariat dilakukan dengan menguji normalitas
di setiap variabel. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono 2013: 79 bahwa statistik parametris bekerja berdasarkan asumsi bahwa data
setiap variabel yang akan dianalisis berdasarkan distribusi normal.
59
Pada penelitian ini, uji asumsi normalitas dilakukan menggunakan uji Kolmogmov-Smimnov dengan bantuan pmogmam SPSS 16 fom Windows.
Hipotesis yang diajukan untuk mengukur normalitas data pada pengujian ini adalah sebagai berikut:
H : Data dari populasi berdistribusi normal.
H
1
: Data dari populasi tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujian yang digunakan untuk mengukur normalitas
data dalam pengujian ini adalah H diterima data berdistribusi
normal apabila nilai signifikansi lebih dari tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5, sebaliknya H
diterima data tidak berdistribusi normal apabila nilai signifikansi kurang dari 5.
b. Uji Homogenitas Multivariat
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan matriks varians-kovarians skor hasil kemampuan berpikir kreatif dan motivasi
belajar siswa secara simultan atau secara multivariat menggunakan uji Box’s M dan kesamaan varians masing-masing variabel terikat
menggunakan Levene’s Test dengan bantuan SPSS 16 fom windows untuk menentukan tingkat kehomogenan skor kemampuan berpikir
kreatif dan motivasi belajar siswa. Hipotesis yang diajukan untuk mengukur homogenitas
multivariat data pada pengujian ini adalah sebagai berikut:
70
1 Uji homogenitas matriks kovarians skor pmetest kemampuan
berpikir kreatif dan motivasi belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol
H :
Matriks varians-kovarians pmetest antara kelas eksperimen Team Accelemated Instmuction
dan kelas kontrol konvensional adalah homogen.
H
1
: Matriks varians-kovarians pmetest antara kelas eksperimen
Team Accelemated Instmuction dan kelas kontrol
konvensional adalah tidak homogen. 2
Uji homogenitas matriks kovarians skor posttest
kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol
H :
Matriks varians-kovarians posttest antara kelas eksperimen Team Accelemated Instmuction dan kelas kontrol
konvensional adalah homogen. H
1
: Matriks varians-kovarians posttest antara kelas eksperimen
Team Accelemated Instmuction dan kelas kontrol konvensional adalah tidak homogen.
Kesimpulan diambil pada taraf signifikansi 5 dengan kriteria pengujiannya adalah jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka
H diterima dan H
1
ditolak data berasal dari populasi yang homogen, sebaliknya jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka data berasal
dari populasi tidak homogen. Apabila data berdistribusi normal dan homogen maka dapat dilanjutkan uji kesamaan mean kedua kelas.
71
c. Uji Kesamaan MeanBKedua Kelas
Uji kesamaan mean ini digunakan untuk membuktikan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai motivasi belajar dan
kemampuan berpikir kreatif yang sama sebelum diberi perlakuan. Uji kesamaan vektor mean ini dilakukan dengan uji Hotteling’s Tmace
MANOVA. Untuk dapat melakukan uji kesamaan vektor mean antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan uji Hotteling’s Tmace
MANOVA maka data-data yang diambil sebelum perlakuan ini harus memenuhi uji asumsi normalitas dan homogenitas.
Hipotesis yang diajukan untuk mengukur kesamaan vektor mean data antara kedua kelas eksperimen pada pengujian ini adalah
sebagai berikut:
H :
μ
E 1 M
μ
E 1 BK
= μ
K 1 M
μ
K 1 BK
, tidak terdapat perbedaan vektor
mean antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI dengan pembelajaran
konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa
H
1
: μ
E 1 M
μ
E 1 BK
≠ μ
K 1 M
μ
K 1 BK
, terdapat perbedaan vektor mean
antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelemated Instmuction TAI dengan pembelajaran
72
konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa
Keterangan: μ
E 1 M
= rata-rata motivasi belajar siswa kelas eksperimen μ
E 1 BK
= rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen
μ
K 1 M
= rata-rata motivasi belajar siswa kelas kontrol μ
K 1 BK
= rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol
Statistik uji :
F =
n
1
+n
2
− p−1 n
1
+n
2
−2 p T
2
dengan T
2
= n
1
n
2
n
1
+n
2
x
1
−x
2
S
−1
x
1
−x
2
S =
W
1
+W
2
n
1
+n
2
−2
W =
[
ss
1
ss
12
ss
21
ss
2
]
Keterangan : T
2
= Hotelling Trace n
1
= besar sampel dari kelompok eksperimen
73
n
2
= besar sampel dari kelompok kontrol x
1
−x
2
= matriks rata-rata S
−1
= invers matriks kovarian
p
= banyaknya variabel terikat S
= matriks dispersi sampel W
1
= matriks jumlah kuadrat dalam kelompok eksperimen
W
2
= matriks jumlah kuadrat dalam kelompok kontrol ss
1
= varians sample motivasi ss
2
= varians sampel berpikir kreatif ss
12
=ss
21
= kovarians sampel antara motivasi dan berpikir kreatif
Kriteria pengujian yang digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya perbedaan vektor mean antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol dalam pengujian ini adalah H ditolak apabila
F
hit
1 F
0,025 ;
2,64
=0,3013 atau
F ¿¿
0,025 ; 2,64
=3,967 F
hit
¿ atau
nilai sig. tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5.
d. Uji Hipotesis
1 Hipotesis pemtama
74
H :
μ
11
μ
21
≤ 75
50
, model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelemated Instmuction TAI tidak efektif secara simultan ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif
siswa
H
1
: μ
11
μ
21
75 50
, model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelemated Instmuction TAI efektif secara simultan ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa
Dengan μ
11
: nilai posttest kemampuan berpikir kreatif dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Accelemated Instmuction TAI μ
21
: skor angket motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelemated Instmuction TAI setelah
perlakuan Kriteria keputusan : H
ditolak jika F
hit
F
0,05 ; 2,32
= ¿
3,318. Satitstik uji :
F =
n − p
n−1 p T
2
Dengan
75
T
2
=n X
−μ S
−1
X−μ
S =
[
s
11
s
12
s
21
s
22
]
Keterangan : T
2
= Hotelling Tmace
n
= besar sampel X
−μ = matriks rata-rata
S
−1
= invers matriks kovarian
p
= banyaknya variabel terikat
S
= matriks dispersi sampel s
11
= varians sample motivasi s
22
= varians sampel berpikir kreatif s
12
=ss
21
= kovarian sampel antara motivasi dan berpikir kreatif
2 Hipotesis kedua
H :
μ
12
μ
22
≤ 75
50
, model pembelajaran konvensional tidak
efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa
75
H
1
:
μ
12
μ
22
75 50
, model pembelajaran konvensional efektif
secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa
Dengan μ
12
: nilai posttest kemampuan berpikir kreatif dengan model pembelajaran konvensional
μ
22
: skor angket motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional setelah
perlakuan Kriteria keputusan : H
ditolak jika F
hit
F
0,05 ; 2,31
= ¿
3,319. Satitstik uji :
F =
n − p
n−1 p T
2
dengan T
2
=n X
−μ S
−1
X−μ
S =
[
s
11
s
12
s
21
s
22
]
Keterangan : T
2
= Hotelling Tmace n
= besar sampel
77
X −μ
= matriks rata-rata S
−1
= invers matriks kovarian
p
= banyaknya variabel terikat
S
= matriks dispersi sampel s
11
= varians sample motivasi s
22
= varians sampel berpikir kreatif s
12
=ss
21
= kovarian sampel antara motivasi dan berpikir kreatif
Apabila hasil hipotesis menunjukkan adanya keefektifan pada model pembelajaran Team Accelemated Instmuction TAI dan
model pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar siswa maka dilanjutkan uji
perbandingan keefektifan kedua model. 3
Hipotesis ketiga H
:
μ
11
μ
21
≤ μ
12
μ
22
, model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelemated Instmuction TAI tidak lebih efektif secara simultan dibandingkan dengan
model pembelajaran
konvensional ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa
H
1
: μ
11
μ
21
μ
12
μ
22
, model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelemated Instmuction TAI lebih efektif secara simultan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional
78
ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa
Dengan μ
11
: nilai posttest kemampuan berpikir kreatif dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Accelemated Instmuction TAI μ
12
: nilai posttest kemampuan berpikir kreatif dengan model pembelajaran konvensional
μ
21
: skor angket motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelemated Instmuction TAI setelah
perlakuan μ
22
: skor angket motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional setelah
perlakuan Statistik uji :
F =
n
1
+n
2
− p−1 n
1
+n
2
−2 p T
2
dengan T
2
= n
1
n
2
n
1
+n
2
x
1
−x
2
S
−1
x
1
−x
2
S =
W
1
+W
2
n
1
+n
2
−2
79
W =
[
ss
1
ss
12
ss
21
ss
2
]
Keterangan : T
2
= Hotelling Tmace n
1
= besar sampel dari kelompok eksperimen n
2
= besar sampel dari kelompok kontrol x
1
−x
2
= matriks rata-rata S
−1
= invers matriks kovarian p
= banyaknya variabel terikat
S
= matriks dispersi sampel W
1
= matriks jumlah kuadrat dalam kelompok eksperimen W
2
= matriks jumlah kuadrat dalam kelompok kontrol ss
1
= varians sample motivasi ss
2
= varians sampel berpikir kreatif ss
12
=ss
21
= kovarian sampel antara motivasi dan berpikir kreatif
Kriteria pengujian yang digunakan untuk mengukur lebih efektif atau tidaknya model pembelajaran antara kelas eksperimen dengan
kelas kontrol dalam pengujian ini adalah H ditolak apabila
F
hit
F
0,05 ;2,64
=3,148 atau nilai sig. tingkat alpha yang
ditetapkan yaitu 5.
80
BABBIV PEMBAHASAN
A. HasilBPenelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang dilakukan di SMA Negeri 1 Prambanan Klaten. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TAI di kelas XI IPA 5 dan model pembelajaran konvensional di kelas XI IPA 3 terhitung sejak hari Jumat 24
Februari 2017 sampai dengan Sabtu 18 Maret 2017. Data dalam penelitian ini terdiri dari data angket awal serta akhir motivasi belajar siswa dan data dari nilai
pretest dan posttest berpikir kreatif siswa. Data penelitian yang dikumpulkan berasal dari tahapan-tahapan sebagai berikut.
Penelitian diawali dengan pemberian soal pretest untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa yang masing-
masing terdiri dari 3 butir soal essay. Penelitian diakhiri dengan pemberian soal posttest untuk
mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa yang masing-masing soal terdiri dari 3 butir soal essay.
Adapun hasil pekerjaan siswa ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut:
1. Aspek Fluency Pada aspek Fluency, siswa telah mampu menuliskan jawaban secara lancar
2. Aspek Flexibility
80
GambarB1.BHasilBkerjaBsiswaBaspek fluency
Pada aspek Flexibility, siswa telah mampu
mengaitkan secara luwes suatu permasalahan
3. Aspek Originality Pada aspek Originality, siswa
menggunakan cara tertentu atau memiliki jawaban tertentu
yang benar
Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh seorang observer, yaitu guru matematika SMA Negeri 1 Prambanan Klaten. Lembar
observasi bertujuan untuk mengevaluasi keterlaksanaan setiap proses
81
GambarB2.BHasilBkerjaBsiswaBaspek flexibility
GambarB3.BHasilBkerjaBsiswaBaspek Originality 1
GambarB4.BHasilBkerjaBsiswaBaspek originality 2
pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat. Berikut dskripsi pelaksanaan pembelajaran selama penelitian berlangsung.
1. DeskripsiBPembelajaran
Dalam penelitian ini materi yang digunakan adalah materi komposisi fungsi. Materi ini diajarkan di kelas eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI, sedangkan pada kelas kontrol diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.
a. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen XI IPA 5 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated
Instruction TAI. Sebelum dilaksanakan pembelajaran siswa terlebih dahulu diberi tes pretest untuk mengukur kemampuan awal berpikir
kreatif siswa dan angket untuk mengukur motivasi awal belajar siswa. Lima pertemuan digunakan untuk mempelajari materi komposisi fungsi
dan proses pembelajaran dilakukan berdasarkan RPP. Setelah dilakukan pembelajaran siswa diberi tes posttest untuk mengukur kemampuan
akhir berpikir kreatif siswa dan angket untuk mengukur motivasi akhir belajar siswa.
Secara keseluruhan, kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti.
Keterlaksanaan pembelajaran kelas eksperimen dapat dilihat pada lembar
82
observasi keterlaksanaan pembelajaran pada lampiran 2.3 sd 2.7 pada halaman 140 sd 149. Persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TAI termasuk dalam kategori baik karena telah mencapai 89,22. Rekap penilaian keterlaksanaan
pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 2.1 halaman 138. Pembelajaran diawali dengan menginformasikan tujuan dan
motivasi kepada siswa tentang pentingnya mempelajari materi komposisi fungsi melalui beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian
peneliti menyampaikan materi prasyarat apa yang harus dikuasai siswa sebelum mempelajari materi komposisi fungsi dengan teknik tanya
jawab. Dalam pembelajaran TAI siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, 6 kelompok beranggotakan 4 siswa dan 2 kelompok
beranggotakan 5 orang dengan kemampuan yang beragam. Pembagian siswa kedalam kelompok belajar didasarkan pada nilai yang diperoleh
siswa melalui tahap tes penempatan. Nilai ini juga dapat diperoleh dari nilai ulangan harian sebelumnya atau dapat juga dari nilai kuis yang
diperoleh pada pertemuan sebelumnya. Pembagian kelompok siswa dapat dilihat pada lampiran 2.13 halaman 160.
Pada tahap berikutnya, siswa diberi LKS untuk dipelajari secara individu selama 15-20 menit. Pada saat siswa diminta untuk mempelajari
materi secara individu, beberapa siswa keberatan dan memilih untuk mengobrol dengan teman sebangkunya. Namun, dengan penjelasan yang
diberikan peneliti akhirnya tumbuh kemauan dalam diri siswa untuk belajar.
83
Setelah mempelajari dan mengerjakan LKS sesuai kemampuan siswa, kemudian siswa berkumpul dengan teman kelompoknya untuk
berdiskusi mengenai kesulitan-kesulitan yang ditemui selama belajar individu. Peneliti mengawasi jalannya diskusi dan memberi bantuan jika
ada siswa yang mengalami kesulitan. Ada 2 kegiatan dalam LKS ini, yaitu Kegiatan I yang berisi soal-soal pemahaman konsep dan jika
kegiatan I seluruh siswa sudah menuntaskannya, baru diperbolehkan mengerjakan Kegiatan II yang berisi soal-soal kreatif. Hal ini
dimaksudkan agar ada percepatan Accelerated dalam belajar kelompok. Beberapa kelompok bekerja secara aktif dan saling bekerja sama, tapi ada
kelompok yang tidak berdiskusi melainkan mengerjakan LKS secara individu. Peneliti kemudian memberikan penjelasan mengenai
pentingnya berdiskusi dalam kelompok belajar, dan siswa mulai memperbaikinya. Beberapa tahap tersebut didokumentasikan dan
disajikan pada gambar 5, 6, 7 dan 8 berikut.
Gambar 5. Siswa mengerjakan LKS secara individu
Gambar 6. Siswa mengerjakan LKS secara kelompok
84
Gambar 7. Siswa menayakan LKS Gambar 8. Siswa Presentasi
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok, beberapa siswa mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi mereka di papan
tulis yang kemudian dibahas bersama-sama. Pada tahap ini jika masih ada siswa yang belum mengerti, peneliti akan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya. Kemudian siswa dibimbing oleh peneliti untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Untuk mengecek
penguasaan siswa terhadap materi yang baru saja dipelajari, siswa diberi kuis untuk dikerjakan secara individu yang juga berfungsi untuk
membentuk kelompok pada pertemuan berikutnya. Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan penghargaan berupa hadiah kepada
dua kelompok yang memiliki poin kemajuan terbaik
Gambar 9. Dua kelompok terbaik Gambar 10. Kelompok terbaik
85
Selama pembelajaran, siswa terlihat antusias dan aktif dalam setiap tahap yang dilakukan. Hal ini terlihat ketika siswa berdiskusi dalam
kelompok untuk menyelesaikan soal-soal pada LKS, ketika siswa berebut untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di papan tulis, dan
ketika siswa bertanya kepada peneliti saat menemukan kesulitan dalam mengerjakan soal. Dalam pembagian kelompok, ada kelompok yang
tidak berdiskusi melainkan bekerja secara individual hal itu dikarenakan siswa merasa tidak nyaman dalam kelompok tersebut. Untuk
mengatasinya, peneliti membimbing kelompok tersebut dengan cara memberikan permasalahan yang menyangkut pendapat para siswa dan
kemudian meminta mereka untuk mendiskusikannya. Secara keseluruhan diskusi kelompok berjalan dengan baik dan siswa berperan aktif.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol
Pelaksanaan pembelajaran kelas kontrol XI IPA 3 menggunakan model pembelajaran konvensional. Sebelum dilaksanakan pembelajaran
siswa terlebih dahulu diberi tes pretest untuk mengukur kemampuan awal berpikir kreatif siswa dan angket untuk mengukur motivasi awal
belajar siswa. Lima pertemuan digunakan untuk mempelajari materi komposisi fungsi dan proses pembelajaran dilakukan berdasarkan RPP.
Setelah dilakukan pembelajaran siswa diberi tes posttest untuk mengukur kemampuan akhir berpikir kreatif siswa dan angket untuk
mengukur motivasi akhir belajar siswa.
86
Secara keseluruhan, kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti.
Keterlaksanaan pembelajaran kelas kontrol dapat dilihat pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran setiap pertemuan pada lampiran
2.8 sd 2.12 halaman 150 sd 159. Persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan model konvensional juga termasuk kategori baik
yakni mencapai 93,34. Rekap penilaian keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 2.2 halaman 139.
Pada tahap pendahuluan, peneliti menginformasikan tujuan dan memberikan apersepsi yaitu materi prasyarat yang telah dipelajari
sebelumnya. Cara penyampaian apersepsi adalah dengan memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa mengingat kembali materi yang
sudah dipelajari. Kemudian peneliti memberikan motivasi kepada siswa mengenai penerapan komposisi fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap selanjutnya, peneliti menjelaskan materi, cara menemukan rumus, dan contoh soal lengkap dengan cara penyelesaiannya. Ketika
peneliti menjelaskan materi beberapa siswa memperhatikan, namun ada juga yang ramai sendiri mengobrol dengan temannya. Setelah diingatkan
untuk belajar, kelas sedikit lebih kondusif. Kemudian siswa dipersilakan untuk bertanya apabila menemui kesulitan. Peneliti memberikan waktu
kepada siswa untuk mencatat dan memahami kembali apa yang sudah dijelaskan oleh peneliti.
Selanjutnya, siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh peneliti. Siswa diperbolehkan berdiskusi dengan
teman sebangkunya agar saling bertukar pikiran dan saling membantu
87
jika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Setelah selesai mengerjakan soal latihan, siswa dipersilakan untuk mengerjakan di papan
tulis. Ada siswa yang maju dengan keinginan sendiri, ada juga yang menunggu ditunjuk. Setelah selesai menuliskan hasil pekerjaannya di
papan tulis, siswa lain diminta untuk mengoreksi dan bertanya jika ada yang kurang jelas.
Pada akhir pembelajaran, peneliti membimbing siswa dalam menyimpulkan konsep yang telah dipelajari. Selanjutnya siswa diberikan
soal kuis untuk dikerjakan secara individu. Kuis diberikan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
Setelah siswa selesai mengerjakan kuis, peneliti menginformasikan materi yang akan dipelajari pada petemuan selanjutnya dan meminta
siswa untuk mempelajarinya di rumah.
2. DeskripsiBData
Deskripsi data ini adalah gambaran dari data yang diperoleh ketika penelitian dilakukan untuk mendukung pembahasan hasil penelitian. Dari
gambaran data ini dapat dilihat kondisi sebelum dan setelah perlakuan pada kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol.
a. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa
Data mengenai motivasi belajar siswa diperoleh dari pengisian angket motivasi belajar yang dilakukan oleh setiap siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Angket motivasi belajar matematika ini
88
diberikan sebelum dan setelah perlakuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI
dan pembelajaran konvensional terhadap motivasi belajar matematika siswa. Data motivasi belajar siswa dari kelas eksperimen Team
Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 10, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 133.
TabelB10.BDeskripsiBDataBHasilBAngketBMotivasiBBelajarBSiswa
Deskripsi Kelas TAI XI IPA 5
Kelas Kontrol XI IPA 3 Awal
Akhir Awal
Akhir Jumlah siswa n
34 34
33 33
Skor tertinggi teoretik 75
75 75
75 Skor terendah teoretik
35 35
35 35
Skor tertinggi 60
68 62
68 Skor terendah
36 42
38 43
Skor rata-rata 48, 6765
58,9705 48,606
56,545 Variansi
44,40731 40,0294
35,4337 34,0056
Simpangan baku 6,66388
6,32688 5,952622
5,83144 Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa terjadi
peningkatan motivasi belajar matematika siswa pada kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol setelah diberi
perlakuan. Data kategorisasi motivasi belajar matematika siswa kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol
sebelum dan setelah diberi perlakuan disajikan berturut-turut pada Tabel 11 dan Tabel 12, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.1
halaman 123.
TabelB11.BKategorisasiBMotivasiBBelajarBSiswaBSebelumBPerlakuan Skor
Kriteria TAIBXIBIPAB5
KontrolBXIBIPAB3 F
F 60 X ≤ 75
Sangat Tinggi 1
3,03 50 X ≤ 60
Tinggi 16
47,05 12
36,37 40 X ≤ 50
Sedang 13
38,24 16
48,48
89
30 X ≤ 40 Rendah
5 14,71
4 12,12
15 ≤ X ≤ 30 Sangat
Rendah
TabelB12.BKategorisasiBMotivasiBBelajarBSiswaBSetelahBPerlakuan Skor
Kriteria TAIBXIBIPAB5
KontrolBXIBIPAB3 F
F 60 X ≤ 75
Sangat Tinggi 18
52,94 9
27,27 50 X ≤ 60
Tinggi 12
35,29 20
60,61 40 X ≤ 50
Sedang 4
11,77 4
12,12 30 X ≤ 40
Rendah 15 ≤ X ≤ 30
Sangat Rendah
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas tampak bahwa motivasi belajar matematika siswa kelas eksperimen Team Accelerated
Instruction TAI dan kelas kontrol mengalami peningkatan. Motivasi belajar siswa kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI
sebelum perlakuan sebagian besar masuk dalam kriteria tinggi yakni mencapai 47,05. Setelah diberi perlakukan sebagian besar siswa kelas
eksperimen Team Accelerated Instruction TAI masuk dalam kriteria sangat tinggi yaitu mencapai 52,94. Motivasi belajar matematika siswa
kelas kontrol sebelum perlakuan sebagian besar masuk dalam kriteria sedang yakni mencapai 48,48. Setelah diberi perlakukan sebagian besar
siswa kelas kontrol masuk dalam kriteria tinggi yaitu mencapai 60,61.
b. Data Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa
Data hasil tes berpikir kreatif matematika siswa meliputi data pretest dan posttest. Data pretest merupakan hasil tes berpikir kreatif
siswa kelas TAI dan kelas kontrol sebelum perlakuan yang bertujuan
90
untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kreatif siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Data posttest merupakan hasil tes berpikir
kreatif siswa kelas TAI dan kelas kontrol setelah perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan.
Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa disajikan pada Tabel 13, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 133.
TabelB13.BDeskripsiBDataBHasilBTesBKemampuanBBerpikirBKreatif
Deskripsi Kelas TAI XI IPA 5
Kelas Kontrol XI IPA 3 Pretest
Posttest Pretest
Posttest Jumlah siswa n
34 34
33 33
Nilai tertinggi teoretik 100
100 100
100 Nilai terendah teoretik
Nilai tertinggi 63,89
97,22 47,22
97,22 Nilai terendah
22,22 55,56
11,11 38,89
Nilai rata-rata 34,72
79,82 36,45
76,26 Variansi
86,63 168,96
79,19 223,33
Simpangan baku 9,31
12,99 8,89
14,94
Berdasarkan data pada tabel di atas secara keseluruhan nilai posttest tertinggi yang dicapai siswa adalah 97,22 sedangkan nilai
terendahnya adalah 38,89. Berdasakan kriteria ketuntasan hasil belajar, rata-rata hasil belajar siswa kedua kelas telah memenuhi standar
ketuntasan minimal yaitu 75. Data mengenai persentase ketuntasan pretest dan posttest kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI
dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 14, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.2 halaman 128.
TabelB14.BPersentaseBKetuntasanBPretestBdanBPosttest KeduaBKelas Kelas
Pretest Posttest
TAI Tidak ada siswa yang tuntas atau 0
24 siswa tuntas atau 70,59 Kontrol
Tidak ada siswa yang tuntas atau 0 21 siswa tuntas atau 63,64
91
Berdasarkan perbandingan ketuntasan pretest dan posttest pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
berpikir kreatif pada kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol. Dari hasil posttest pada kelas eksperimen Team
Accelerated Instruction TAI presentase siswa yang mememenuhi ketuntasan minimal mencapai 70,59 sedangkan pada kelas kontrol
mencapai 63,64.
3. AnalisisBStatistkBUjiBInferensial
Data yang digunakan pada analisis statistik inferensial ini adalah data yang diperoleh dari kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan
kelas kontrol sebelum dan setelah perlakuan. Data sebelum perlakuan digunakan untuk menguji normalitas dan homogenitas data pada kelas
eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol sebelum perlakuan. Data setelah perlakuan digunakan untuk melakukan pengujian
hipotesis penelitian, yaitu mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan konvensional ditinjau
dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
a. Data Sebelum Perlakuan
Data yang diperoleh sebelum perlakuan meliputi data hasil pengukuran motivasi belajar siswa dan kemampuan berpikir kreatif
92
dalam pembelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Beberapa uji yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1 Uji Normalitas Sebelum Perlakuan Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test
dengan taraf signifikansi α = 5. Uji ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS 16 for gindows. Data
berdistribusi normal jika Sig α. Langkah-langkah pengujiam:
a Hipotesis i.
H : Data motivasi awal berdistribusi normal.
H
1
: Data motivasi awal tidak berdistribusi normal. ii.
H : Data pretest berdistribusi normal.
H
1
: Data pretest tidak berdistribusi normal. b Taraf signifikansi: α = 5
c Satistik Uji: One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan
Program SPSS 16 for gindows. d Kriteria keputusan: H
ditolak jika Sig. 0,05 e Perhitungan:
Uji normalitas tampak pada Tabel 15 dan Tabel 16 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.4 halaman 134.
TabelB15.BHasilBUjiBNormalitasBMotivasiBAwal Kelas
Sig. Kesimpulan
TAI 0,592
Data berdistribusi normal Konvensional
0,989 Data berdistribusi normal
TabelB16.BHasilBUjiBNormalitasBPretest Kelas
Sig. Kesimpulan
TAI 0,262
Data berdistribusi normal Konvensional
0,315 Data berdistribusi normal
f Kesimpulan: i.
Karena Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data motivasi awal berdistribusi normal.
93
ii. Karena Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data
pretest berdistribusi normal.
2 Uji Homogenitas Multivariat Sebelum Perlakuan Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
uji homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi antar kelas yang dianalisis homogen. Untuk menguji
homogenitas variansi digunakan uji Box’s M dengan bantuan Program SPSS 16 for gindows. Data homogen jika Sig α.
Langkah-langkah pengujian: a Hipotesis
H : Matriks varians-kovarians antara kelas eksperimen Team
Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol sebelum perlakuan homogen
H
1
: Matriks varians-kovarians antara kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol sebelum
perlakuan tidak homogen b Taraf signifikansi: α = 5
c Satistik Uji: Box’s M dengan bantuan Program SPSS 16 for
gindows d Kriteria keputusan: H
ditolak jika Sig. 0,05 e Perhitungan:
Uji homogenitas tampak pada Tabel 17 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.5 halaman 135.
Tabel B 17. B Hasil B Uji B Homogenitas B Multivariat B Sebelum Perlakuan
Box’sBM F
df.1 df.2
Sig.
0,984 0,317
3 7,838
0,813 f Kesimpulan:
94
H diterima karena Sig.= 0,813 yang menyebabkan Sig. 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa matriks varians-kovarians antara kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas
kontrol sebelum perlakuan homogen.
3 Uji Kesamaan Mean Kedua Kelas Sebelum Perlakuan Statistik uji Hotteling’s Trace MANOVA digunakan untuk
melakukan uji kesamaan vektor mean antara dua kelompok dengan tujuan mengetahui sama atau tidaknya mean antara kelas eksperimen
Team Accelerated Instruction TAI dengan kelas kontrol. Uji Hotteling’s Trace MANOVA dapat digunakan apabila asumsi
normalitas dan homogenitas telah terpenuhi. Pada pembahasan mengenai uji asumsi normalitas dan
homogenitas data awal sebelum perlakuan yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa data terdistribusi normal dan homogen.
Oleh karena asumsi normalitas dan homogenitas data awal telah terpenuhi maka uji Hotteling’s Trace MANOVA dapat dilakukan
dengan bantuan Program SPSS 16 for gindows. Data memiliki mean yang sama jika Sig α.
Langkah-langkah pengujiam: a Hipotesis
H :
μ
E 1 M
μ
E 1 BK
= μ
K 1 M
μ
K 1 BK
, tidak terdapat perbedaan vektor
mean antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dengan pembelajaran
95
konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa
H
1
: μ
E 1 M
μ
E 1 BK
≠ μ
K 1 M
μ
K 1 BK
, terdapat perbedaan vektor mean
antara model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelerated Instruction TAI dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan
berpikir kreatif siswa b Taraf signifikansi: α = 5
c Satistik Uji: Hotteling’s Trace MANOVA dengan bantuan
Program SPSS 16 for gindows d Kriteria keputusan: H
ditolak jika F
hit
013013 atau
F
hit
31967 dan
Sig. 0,05 e Perhitungan:
• Menentukan matriks W
W
1
=
[
ss
1
ss
12
ss
21
ss
2
]
=
[
13651331 6011388
6011388 28581796
]
W
2
=
[
ss
1
ss
12
ss
21
ss
2
]
=
[
11331879 1701959
1701959 25501505
]
• Menentukan matriks S
S =
W
1
+W
2
n
1
+n
2
−2 =
[
13651331 6011388
6011388 28581796
]
+
[
11331879 1701959
1701959 25501505
]
33 +33−2
¿ 1
65
[
2599132 77213385
77213385 53091301
]
¿
[
3919895 1118822
1118822 8312200
]
96
S
−1
=
[
010261 −01003
−01003 010125
]
• Menentukan Hotellings Trace
T
2
= n
1
n
2
n
1
+n
2
x
1
−x
2
S
−1
x
1
−x
2
T
2
= 33.33
33 +33
[
0107 −2115
]
[
010261 −01003
−01003 010125
]
[
0107 −2115
]
T
2
=010590
• Menentukan nilai F
F =
n
1
+n
2
− p−1 n
1
+n
2
−2 p
T
2
= 33
+33−2−1 33
+ 33−2 2
010590
F =0132
B
Uji kesamaan vektor mean sebelum perlakuan bantuan Program SPSS 16 for gindows tampak pada Tabel 18 berikut, dan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.6 halaman 136.
TabelB18.BHasilBUjiBKesamaan VektorBMeanBSebelumBPerlakuan Effect
Value F
HypotesisBdf ErrorBdf
Sig.
Hotelling’s Trace 0,010
0,320 2,000
64,000 0,728
f Kesimpulan: H
diterima karena 013013
F
hit
31967 dan Sig. 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan vektor mean awal antara model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelerated Instruction TAI dengan pembelajaran
konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa
97
b. Data Setelah Perlakuan
Data yang diperoleh setelah perlakuan meliputi data hasil pengukuran motivasi belajar siswa dan kemampuan berpikir kreatif
dalam pembelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Beberapa uji yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1 Uji Normalitas Multivariat Setelah Perlakuan Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test
dengan taraf signifikansi α = 5. Uji ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS 16 for gindows. Data
berdistribusi normal jika Sig α. Langkah-langkah pengujian:
a Hipotesis i.
H : Data motivasi akhir berdistribusi normal.
H
1
: Data motivasi akhir tidak berdistribusi normal. ii.
H : Data posttest berdistribusi normal.
H
1
: Data posttest tidak berdistribusi normal. b Taraf signifikansi: α = 5
c Satistik Uji: One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan
Program SPSS 16 for gindows. d Kriteria keputusan: H
ditolak jika Sig. 0,05 e Perhitungan:
Uji normalitas tampak pada tabel 19 dan tabel 20 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.4 halaman 134.
TabelB19.BHasilBUjiBNormalitasBMotivasiBAkhir Kelas
Sig. Kesimpulan
TAI 0,090
Data berdistribusi normal Konvensional
0,756 Data berdistribusi normal
TabelB20.BHasilBUjiBNormalitasBPosttest Kelas
Sig. Kesimpulan
TAI 0,495
Data berdistribusi normal Konvensional
0,378 Data berdistribusi normal
f Kesimpulan:
98
i. Karena Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data
motivasi akhir berdistribusi normal. ii.
Karena Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data posttest berdistribusi normal.
2 Uji homogenitas multivariat setelah perlakuan Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
uji homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi antar kelas yang dianalisis homogen. Untuk menguji
homogenitas variansi digunakan uji Box’s M dengan bantuan Program SPSS 16 for gindows. Data homogen jika Sig. α.
Langkah-langkah pengujiam: a Hipotesis
H : Matriks varians-kovarians antara kelas eksperimen Team
Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol setelah perlakuan homogen
H
1
: Matriks varians-kovarians antara kelas eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol setelah
perlakuan tidak homogen b Taraf signifikansi: α = 5
c Satistik Uji: Box’s M dengan Program SPSS 16 for gindow d Kriteria keputusan: H
ditolak jika Sig. 0,05 e Perhitungan:
Uji homogenitas tampak pada Tabel 21 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.5 halaman 135.
TabelB21.BHasilBUjiBHomogenitasBMultivariatBSetelahBPerlakuan Box’sBM
F df.1
df.2 Sig.
4,365 1,407
3 7,838
0,239 f Kesimpulan:
Karena Sig.= 0,239 yang menyebabkan Sig. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa matriks varians-kovarians antara kelas
99
eksperimen Team Accelerated Instruction TAI dan kelas kontrol setelah perlakuan homogen.
c. Uji Hipotesis
Dari hasil uji prasyarat diketahui bahwa data motivasi akhir dan posttest kemampuan kreatif berdistribusi normal dan memiliki variansi
yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji mengenai keefektifaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan
model pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
1 Hipotesis pertama
H :
μ
11
μ
21
≤ 75
50
, model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelerated Instruction TAI tidak efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif
dan motivasi belajar matematika siswa
H
1
: μ
11
μ
21
75 50
model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelerated Instruction TAI efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif
dan motivasi belajar matematika siswa Taraf Signifikansi : α = 0,05
100
Statistik Uji :
F =
n − p
n−1 p T
2
Kriteria keputusan : H ditolak jika F
hit
F
0105 ; 2132
= ¿
3,318.
Perhitungan :
• Menentukan matriks S
s
11
=3010293 s
22
=16819622 s
12
=s
21
=63162 32 S
=
[
3010293 63162 32
63162 32 16819622
]
S
−1
=
[
010653 −010239
−010239 010153
]
• Menentukan Hotellings Trace
T
2
=n X – μ
S
−1
X – μ
T
2
=33
[
819705 318202
]
[
010653 −010239
−010239 010153
][
819705 318202
]
T
2
=11713602397 •
Menentukan nilai F F
= n
− p n−1 p
T
2
= 33
−2 33−1 2
117136023 =5619503
Kesimpulan: Berdasarkan perhitungan di atas, H
ditolak karena F
hit
=5619503F
tabel
=31318
. Sehingga
model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated
101
Instruction TAI efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar
matematika siswa 2 Hipotesis kedua
H :
μ
12
μ
22
≤ 75
50
model pembelajaran konvensional tidak efektif
secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa
H
1
: μ
12
μ
22
75 50
model pembelajaran konvensional efektif secara
simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa
Taraf Signifikansi : α = 0,05
Statistik Uji :
F =
n − p
n−1 p T
2
Kriteria keputusan : H ditolak jika F
hit
F
0105 ; 2131
= ¿
3,319
Perhitungan :
• Menentukan matriks S
s
11
=3310056 s
22
=2231327
102
s
12
=s
21
=5513529
S =
[
3310056 5513529
5513529 2231327
]
S
−1
=
[
010393 −010123
−010123 010075
]
• Menentukan Hotellings Trace
T
2
=n X
−μ S
−1
X−μ
T
2
=33
[
615353 112626
]
[
010393 −010123
−010123 010075
][
615353 112626
]
T
2
=6315678
• Menentukan nilai F
F =
n − p
n−1 p T
2
= 33
−2 33−12
6315678 =30179067
Kesimpulan: Berdasarkan perhitungan di atas, H ditolak karena
F F
¿¿ tabel
=31319 ¿¿
hit =30179067
¿ ¿
. Sehingga
model pembelajaran
konvensional efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar
matematika siswa
103
3 Hipotesis Ketiga
H :
μ
11
μ
21
≤ μ
12
μ
22
, model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelerated Instruction TAI tidak lebih efektif secara simultan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional ditinjau
dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa
H
1
: μ
11
μ
21
μ
12
μ
22
, model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelerated Instruction TAI lebih efektif secara simultan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional ditinjau
dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa
Taraf signifikansi: α = 5 Satistik Uji: Hotteling’s Trace MANOVA secara manual dan bantuan
Program SPSS 16 for gindows Kriteria keputusan: H
ditolak jika F
hit
F
0105 ;2163
=31138 atau nilai
sig. 0,05 Perhitungan:
• Menentukan matriks W
W
1
=
[
ss
1
ss
12
ss
21
ss
2
]
=
[
13201971 21321598
21321598 55751753
]
W
2
=
[
ss
1
ss
12
ss
21
ss
2
]
=
[
10881182 17731395
17731395 71361365
]
• Menentukan nilai S
S =
W
1
+W
2
n
1
+n
2
−2 =
[
13201971 21321598
21321598 55751753
]
+
[
10881182 17731395
17731395 71361365
]
33 +33−2
104
¿ 1
65
[
23091152 39071093
39071093 12722122
]
¿
[
371063 601109
601109 1951726
]
S
−1
=
[
01053 −01016
−01016 01010
]
• Menentukan Hotellings Trace
T
2
= n
1
n
2
n
1
+n
2
x
1
−x
2
S
−1
x
1
−x
2
T
2
= 33.33
33 +33
[
21325 31557
]
[
01053 −01016
−01016 01010
][
21325 31557
]
T
2
= 1122
67
[
21325 31557
]
[
01053 −01016
−01016 01010
][
21325 31557
]
T
2
=71865
• Menentukan nilai F
F =
n
1
+n
2
− p−1 n
1
+n
2
−2 p
T
2
= 33
+33−2−1 33+33−2 2
71865
F =31872
B
Pengujian kesamaan vektor mean setelah perlakuan dengan menggunakan Program SPSS 16 for gindows tampak pada Tabel
22 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.6 halaman 136.
TabelB22.BHasilBUjiBPerbandinganBKeefektifanBKeduaBModel Effect
Value F
HypotesisBdf ErrorBdf
Sig.
Hotelling’s Trace 0,121
3,872 2,000
64,000 0,026
105
Kesimpulan: H ditolak karena
F
hit
=31872 F
tabel
=31137 dan
Sig.=0,026 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
Team Accelerated Instruction
TAI lebih efektif secara simultan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional
ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa
B. Pembahasan
Sebelum diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan pembelajaran konvensional, hasil belajar
pada aspek motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan sedang. Tingkat sedang motivasi belajar siswa dapat dilihat
dari hasil analisis angket motivasi belajar kedua kelas dimana sebagian besar siswa pada kedua kelas tersebut masuk dalam kategori sedang. Rendahnya
kemampuan berpikir kreatif siswa terlihat dari hasil analisis pretest yang menunjukkan bahwa tidak ada siswa dari kelas TAI maupun konvensional yang
mencapai skor minimal 75. Pada saat penelitian, model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelerated Instruction TAI diterapkan di kelas XI IPA 5 sedangkan model pembelajaran konvensional diterapkan di kelas XI IPA 3. Tujuan dalam penelitian
106
ini adalah untuk membandingkan keefektifan pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan pembelajaran konvensional ditinjau dari
motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Setelah proses penelitian berakhir, berikut ini adalah paparan dari analisis hasil penelitian.
1. KeefektifanBMasing-MasingBModelBPembelajaran
Model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang akan
dicapai. Pembelajaran Team Accelerated Instruction TAI adalah pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran individu sehingga pembelajaran ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang dibentuk dari kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4-5 orang peserta didik dalam setiap kelompoknya, diikuti dengan pemberian bantuan individu bagi peserta didik yang memerlukannya dan
pemberian penghargaan untuk tim dengan prestasi paling tinggi Slavin, 2005: 14-15.
Keefektifan pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI dapat dilihat dari skor minimal yang telah ditetapkan untuk masing-masing variabel. Skor minimal yang telah
ditetapkan untuk motivasi belajar matematika adalah 50, sehingga siswa dikatakan berhasil jika mendapatkan skor lebih dari atau sama dengan 50.
Sementara itu, skor minimal yang telah ditetapkan untuk kemampuan berpikir
107
kreatif adalah 75, sehingga siswa dikatakan berhasil jika mendapatkan skor lebih dari atau sama dengan 75.
Berdasarkan hasil uji keefektifan kelas eksperimen uji hipotesis pertama pada taraf signifikansi 5 diketahui bahwa
F
hit
=5619503 F
tabel
=31318 dimana hal ini menunjukkan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar
matematika siswa. Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI telah dibuktikan oleh Nurma Angkotasan
2013 dalam penelitiannya dengan hasil bahwa model pembelajaran kooperatif TAI efektif ditinjau dari pemecahan masalah siswa. Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh Astuti Waluyati. 2009 juga membuktikan bahawa model kooperatif tipe TAI lebih unggul dibandingkan dengan model
konvensional dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan aljabar pada kelas VII SMP. Karena alasan ini maka pembelajaran kooperatif tipe
Team Accelerated Instruction TAI efektif ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif.
Hal ini dikarenakan langkah-langkah yang dilaksanakan pada pembelajaran tersebut menuntut siswa untuk belajar aktif di dalam kelas yaitu
belajar individual untuk memahami materi yang diberikan peneliti, diskusi kelompok, dan mempresentasikan jawaban. Karena adanya kerjasama antar
siswa, monitoring dari peneliti, dan juga penghargaan kelompok menjadikan pembelajaran menjadi menarik sehingga menumbuhkan motivasi belajar
108
siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman 2013:206 bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok dapat memotivasi siswa untuk
memperjuangkan keberhasilan kelompoknya. Serta menurut Miftahul Huda 2015: 200, salah satu tujuan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah untuk
meningkatkan minat dan motivasi siswa dengan adanya belajar kelompok. Pada kelas kontrol uji hipotesis kedua dengan taraf signifikansi 5
diketahui bahwa F
F ¿¿
tabel =31319
¿¿ hit
=30179067 ¿
¿ . Sehingga model pembelajaran
konvensional efektif secara simultan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif dan motivasi belajar matematika siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran
konvensional menjadikan siswa menerima informasi secara langsung sehingga informasi yang diterima siswa terjadi dalam waktu cepat.
Pembelajaran ini juga tepat bagi siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan sehingga model pembelajaran ini efektif dalam proses belajar
siswa. Dari uraian-uraian di atas serta dukungan dari hasil penelitian yang
relevan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI efektif ditinjau dari motivasi belajar dan
kemampuan berpikir kreatif siswa Begitu pula dengan model konvensional, model ini efektif ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir
kreatif siswa.
109
2. PerbandinganBKeefektifanBPembelajaran
Pada uraian sebelumnya diketahui bahwa pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dan mtode konvensional efektif ditinjau
dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa, Selain itu, diketahui pula kondisi awal dari kelas eksperimen Team Accelerated
Instruction TAI dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu membandingkan keefektifan
pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan
berpikir kreatif siswa maka perlu diketahui tipe mana yang lebih efektif. Berdasarkan uji perbandingan model pembelajaran uji hipotesis ketiga
pada taraf signifikansi 5 diketahui bahwa F
F ¿¿
tabel =31137
¿¿ hit
=11320 ¿
¿ dan
Sig.=0,026 0,05 sehingga model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI lebih efektif secara simultan dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Hal ini dapat disebabkan karena dalam pembelajaran TAI siswa berpartisipasi aktif melalui diskusi kelompok dan belajar dengan menemukan
sendiri sehingga siswa lebih paham dengan materi yang dipelajari.
110
Pembelajaran yang bervariasi dan adanya penghargaan bagi kelompok yang unggul juga berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa
terhadap mata pelajaran matematika.
111
BABBV KESIMPULANBDANBSARAN
A. Kesimpulan
Berdeserken dete yeng diperoleh, popttept kemempuen berpikir kreetif keles TAI den konvensionel memiliki rete-rete mesing-mesing 79,82 den 76,26
dengen veriensi 168,96 den 223,33. Sedengken untuk motivesi ekhir, keles TAI den konvensionel memiliki rete-rete mesing-mesing 58,97 den 56,54 dengen
veriensi 40,03 den 34,01. Bedeserken hesil enelisis dete den pembehesen, meke depet disimpulken
beberepe hel sebegei berikut: 1. Model pembelejeren kooperetif tipe Team Accelerated Inptruction TAI den
model pembelejeren konvensionel efektif ditinjeu deri motivesi belejer den kemempuen berpikir kreetif siswe keles XI SMA di kecemeten Prembenen
Kleten.
2. Model pembelejeren kooperetif tipe Team Accelerated Inptruction TAI
lebih efektif deri pede model pembelejeren konvensionel ditinjeu deri
motivesi belejer den kemempuen berpikir kreetif sisweB keles XI SMA di
kecemeten Prembenen Kleten.
B. KeterbatasanBPenelitian
Delem penelitien ini, menejemen siswe den menejemen wektu delem pelekseneen belum meksimel, sehingge wektu yeng dihebisken untuk pelekseneen
pembelejeren sering melebihi betes wektu yeng ditetepken.
112
C. Saran
Berdeserken kesimpulen den kendele yeng dielemi peneliti delem pelekseneen penelitien, beberepe seren berikut depet dijediken sebegei behen
pertimbengen.
1. Model pembelejeren kooperetif tipe Team Accelerated Inptruction TAI
depet diterepken pede pembelejeren untuk meteri-meteri lein sebegei veriesi pembelejeren kerene terbukti efektif depet meningketken motivesi belejer den
kemempuen berpikir kreetif siswe.
2. Pelekseneen pembelejeren metemetike mengguneken model pembelejeren
kooperetif tipe Team Accelerated Inptruction TAI memerluken wektu yeng reletif lebih leme. Sehingge, ketike mengejerken suetu meteri metemetike
mengguneken model pembelejeren tersebut, gurupeneliti hendeknye depet memenejemen wektu dengen sebeik mungkin eger hesil yeng diperoleh lebih
optimel.
113
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Lutfi. 2016. Pefgembafgaf Perafgkat Pembelajaraf Aljabar Mefggufakaf Problem Solvifg dalam Problem Posifg Berbasis
Pefdekataf Saiftifik, Berorieftasi pada Keyakifaf Terhadap Pelajaraf Matematika, daf Kemampuaf Berpikir Kreatif Siswa SMA. Tesis. PPs-
UNY.
Ali Mahmudi. 2010. Mefgukur Kemampuaf Berpikir Kreatif Matematis. Prosiding. Kofferefsi Nasiofal Matematika XV. Malafg: UNIMA.
Arikufto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Bafdufg: Rifeka Cipta.
Astuti Waluyati. 2009. Metode Pembelajaraf Kooperatif Tipe TAI pada Pokok Bahasaf Aljabar Kelas VII di SMP Negeri 4 Gampifg Slemaf Yogyakarta.
Tesis. PPs-UNY.
BNSP. 2005. Peraturan Pemerintan Republik Indonesia nomor 19 Tanun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdikfas.
Dai, D.C Sterfberg, R.J. 2004. Motivation, Emotion, and Cognition. New Jersey: Lawrefce Erlbaum Associates Publishers.
Dafielsof, C. 2002. Ennancing Student Acnievement: A Framework for Scnool Improvement. Beauregard St: Associatiof for Supervisiof afd Curriculum
Developmeft ASCD.
Depdikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tanun 2016. Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tanun 2016. Jakarta: Depdikbud.
Depdikfas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tanun 2003. Jakarta: Depdikfas.
Djamarah. 2002. Teori Motivasi. Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara. Ghufrof, Nur Risfawita, Rifi. 2014. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
114
Gufter, M.A, Estes, T. H, Schwab, J. H. 1990. Instruction: A model Approacn. Lofdof: Allyf afd Bacof.
Hartofo. 2009. Perbafdifgaf Pefifgkataf Kemampuaf Berpikir Kreatif daf Aplikasi Matematika Siswa pada Pembelajaraf Opef-Efded defgaf
Kofvefsiofal di Sekolah Mefefgah Pertama. Disertasi. UPI.
Hastif Kusumowati. 2014. Keefektifaf Model Pembelajaraf Kooperatif Tipe Team Accelerated Ifstructiof TAI Ditifjau dari Motivasi Belajar daf
Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 35 Purworejo. Skripsi. Ufiversitas Negeri Yogyakarta.
Huda, Miftahul. 2015. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hudojo, Hermaf. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud- Dikti.
Hudojo, Hermaf. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Edisi Revisi. Jakarta: IMSTEP.
Ifstitute of Educatiof Ufiversity of Lofdof. 2002. Effective Learning. Diakses dari
http:www.ioe.ac.ukaboutdocumeftsWatkifs_02_Effective_ Lfg
28129.pdf. pada tafggal 29 Mei 2016, Jam 20.00 WIB. Isjofi. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Team Accelerated
Instruction Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Killef, Roy. 2009. Effective Teacning Strategies: Lesson from Researcn and Practise. Soutn Melbourne: Cefgage Learfifg Australia.
Kyriacou, Chris. 2009. Effective Teacning in Scnools Tneory and Practice. Third Editiof. Ufited Kifgdom: Nelsof Thorfes.
Livfe, N.L. 2008. Ennancning Matnematical Creativity Tnrougn Multiple Solution to Open-ended Problems. Diambil 30 September 2016, dari
http:www.iste.orgCofteftNavigatiofMefuResearchNECC_Research_ Paper_ArchivesNECC2008Livfe.pdf.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bafdufg: PT REMAJA ROSDAKARYA.
115
Marsigit. 1996. Revitalisasi Pefdidikaf Matematika. Seminar Nasional. Yogyakarta: FMIPA IKIP.
McGregor, D. 2007. Developing Tninking Developing Learning. Polafd: Opef Ufiversity Press.
McMillaf, J.H. daf Schumacher, S. 2010. Researcn in Education Evidence Based Inquiry 7
tn
edition. New Jersey: Pearsof Educatiof Ifc. Moh. Uzer Usmaf. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bafdufg: Remaja Rosda
Karya. Mulyatififgsih, Efdafg. 2012. Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik.
Yogyakarta: UNY Press. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Suatu Panduan Praktis.
Bafdufg: Remaja Rosdakarya Mulyasa. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolan. Jakarta: Bumi Aksara Mufafdar, U. 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak sekolan.
Jakarta: Gramedia. Mufafdar, U. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rifeca
Cipta. Muslich, Masfur. 2007. KTSP Dasar Pemanaman dan Pengembangan. Jakarta:
Bumi Aksara Nasutiof, S. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara. NCTM. 2000. Principles and Standards for Scnool Matnematics. USA: Key
Curriculum Press Nur, Mohammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Saifs daf
Matematika Sekolah UNESA. Nurma Afgkotasaf. 2013. Perbafdifgaf Keefektifaf Pembelajaraf Model
Problem-Based Learfifg defgaf Cooperative Learfifg Tipe Team Assisted Ifdividualizatiof TAI Ditifjau dari Kemampuaf Berpikir
116
Reflektif Matematis daf Pemecahaf Masalah Matematika Siswa SMA Negeri 4 daf 5 Kota Terfate. Tesis. PPS-UNY.
Ormrod. J. E. 2003. Educational Psycnology Developing Learners 4tn ed.. New Jersey: Merrill Preftice Hall.
Retfawati, Heri. 2016. Analisis Kuantitatif Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Parama Publishifg.
Rusmaf. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafifdo Persada.
Sabafdar, J. 2008. Berpikir Reflektif. Makalah. Prodi Pefdidikaf Matematika SPS.UPI.
Siswofo, Y.E.T. 2004. Identifikasi Proses Berpikir Kreatif dalam Pengajuan Masalan Problem Posing Matematika. Berpandu dengan Model Wallas
dan Creative Problem Solving CPS. Jurusaf Matematika FMIPA Ufesa.
Siswofo, Y.E.T., I Ketut Budayasa. 2006. Implemeftasi Teori teftafg Tifgkat Berpikir kreatif dalam Matematika. Seminar Konferensi Nasional
Matematika XIII dan Konggres Himpunan Matematika Indonesia. Semarafg: FMIPA UNS.
Siswofo, Y.E.T., Novitasari, W, 2007. Mefifgkatkaf Kemampuaf Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pemecahaf Masalah Tipe “What’s Afother Way”.
Jurnal Pendidikanl Matematika “Transformasi”. 1, 1978-7847.
Siti Rochafa. 2015. Pefgembafgaf Perafgkat Pembelajaraf Geometri Bafguf Ruafg SMP defgaf Mefggufakaf Model Guided Ifquiry Berorieftasi
pada Kemampuaf Berpikir Kreatif daf Motivasi Belajar Siswa. Tesis. PPs- UNY
Slavif, E Robert. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Peferjemah: Narulita Yusrof. Bafdufg: Nusa Media.
Sugihartofo, dkk. 2013. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyofo. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bafdufg: Alfabeta.
Suhermaf, Ermaf., dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bafdufg. JICA-UPI
117
Suyitfo. 2007. Pemilinan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP. Semarafg : UNNES
Tim Pefgembafg MKDP Kurikulum daf Pembelajaraf. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bafdufg: Jurusaf Kurtekpef UPI
Tim Redaksi. 2012. Gejolak Ujiaf Nasiofal. Kompas 21 April 2012. Hlm 4. Tim Redaksi. 2016. Ujiaf Nasiofal Bukaf Harga Mati. Fajar News 4 April
2016. Hlm 1. Ufo, B.H. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara Ufo, Hamzah B Mohamad, Nurdif. 2013. Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara. Warsofo Hariyafto. 2013. Pembelajaran Aktif. Bafdufg: PT REMAJA
ROSDAKARYA. Whicer, Kristifa M., Bol, et al. 1997. Cooperative Learning in tne Secondary
Matnematics Classroom. Tne Journal of Educational Researcn Vol 91. Hlm. 42-48.
Yusuf, Syamsu. 2006. Program Bimbingan Konseling di Sekolan SLTP dan SLTA. Bafdufg: Pustaka Bafi Quraisy.
118
LAMPIRAN 1
1.1 Hasil Rekap Angket Motivasi Belajar Awal-Akhir
1.2 Hasil Rekap Tes Berpikir Kreatif Pretest-Posttest
1.3 Analisis Deskriptif Statistik Motivasi dan Kemampuan Berpikir Kreatif
1.4 Analisis Data dengan One-Sample K-S Test
1.5 Uji Homogenitas Multivariat
1.6 Analisis MANOVA
122
Lampiran 1.1 Hasil Rekap Angket Motipasi Belajar Awal-Akhir
No Absen Sebelum Perlakuan
Setelah Perlakuan TAI
Kontrol TAI
Kontrol
1 57
52 63
56 2
54 51
62 55
3 52
44 59
51 4
44 38
60 48
5 38
44 55
43 6
57 38
64 49
7 52
55 62
46 8
36 48
53 63
9 52
44 64
56 10
51 52
55 60
11 60
53 66
62 12
50 53
68 60
13 45
41 57
53 14
60 46
68 54
15 40
49 62
62 16
47 51
63 60
17 50
57 62
68 18
37 46
48 55
19 52
54 62
54 20
49 54
62 52
21 55
47 62
61 22
52 50
63 57
23 42
38 48
55 24
52 44
55 52
25 53
48 65
61 26
58 47
68 55
27 52
57 62
63 28
38 39
42 52
29 46
55 58
68 30
49 50
52 54
31 42
47 55
59 32
45 50
58 60
33 47
62 53
62 34
41 49
Rata-rata 48,6765
48,6061 58,9706
56,5455
123
Lampiran 1.2 Hasil Rekap Tes Berpikir Kreatif Pretest-Posttest
No Absen Sebelum Perlakuan
Setelah Perlakuan TAI
Kontrol TAI
Kontrol
1 47,22
38,89 94,44
80,56 2
33,33 47,22
77,78 91,67
3 25,00
36,11 72,22
55,56 4
25,00 33,33
77,78 50,00
5 30,56
16,67 61,11
38,89 6
27,78 41,67
80,56 80,56
7 38,89
11,11 86,11
52,78 8
30,56 47,22
55,56 83,33
9 36,11
44,44 91,67
77,78 10
30,56 33,33
80,56 86,11
11 33,33
44,44 91,67
94,44 12
63,89 30,56
94,44 88,89
13 38,89
33,33 80,56
66,67 14
44,44 33,33
94,44 63,89
15 27,78
47,22 91,67
94,44 16
38,89 38,89
75,00 80,56
17 30,56
44,44 83,33
80,56 18
33,33 44,44
61,11 97,22
19 27,78
41,67 94,44
50,00 20
36,11 41,67
77,78 75,00
21 36,11
41,67 94,44
80,56 22
44,44 47,22
91,67 94,44
23 22,22
36,11 61,11
72,22 24
36,11 36,11
80,56 58,33
25 61,11
41,67 97,22
83,33 26
27,78 41,67
80,56 72,22
27 27,78
27,78 86,11
72,22 28
27,78 22,22
55,56 91,67
29 38,89
44,44 72,22
94,44 30
30,56 33,33
61,11 77,78
31 30,56
22,22 88,89
80,56 32
41,67 36,11
94,44 80,56
33 27,78
36,11 61,11
69,44 34
27,78 66,67
Rata-rata 34,72
36,87 79,82
76,26
124
Lampiran 1.3 Analisis Deskriptif Statistik Motipasi dan Kemampuan Berpikir Kreatif
A. Data sebelum perlakuan
Descriptive Statistics
N MNnNmum
MaxNmum Mean
Std. DevNatNon VarNance
MotNvasN EksperNmen 34
36.00 60.00
48.6765 6.66388
44.407 MotNvasN Kontrol
33 38.00
62.00 48.6061
5.95262 35.434
KreatNf EksperNmen 34
22.22 63.89
34.7222 9.30753
86.630 KreatNf Kontrol
33 11.00
47.00 36.4545
8.89906 79.193
ValNd N lNstwNse 33
B. Data setelah perlakuan
Descriptive Statistics
N MNnNmum
MaxNmum Mean
Std. DevNatNon VarNance
MotNvasN EksperNmen 34
42.00 68.00
58.9706 6.32688
40.029 MotNvasN Kontrol
33 43.00
68.00 56.5455
5.83144 34.006
KreatNf EksperNmen 34
55.00 97.00
79.8202 12.99854
167.031 KreatNf Kontrol
33 38.00
97.00 76.2626
14.94412 223.297
ValNd N lNstwNse 33
Lampiran 1.4
125
Analisis Data dengan One-Sample K-S Test
A. Data sebelum perlakuan