Sitem Produksi Manajemen Mutu

65 Setelah bahan-bahan yang sudah diaduk rata menjadi satu dalam wajan besar, maka langkah selanjutnya adalah membentuk roti lalu mengisinya dengan kelapa parut yang sudah dicampur gula pasir. Caranya ambil segenggam tangan adonan roti, pipihkan lalu letakkan kelapa parut di atasnya lalu segera tutup atau gulung dan dibentuk sesuai bentuk yang diinginkan.

c. Alat Produksi

Alat produksi dari Roti Kelapa Limo tidak banyak. Yaitu wajan besar sebagai wadah memasak adonan, tungku tradisonal yang besar. Kayu bakar. Dan wadah loyang. Roti yang telah siap di adon dan diisi dengan kelapa parut didiamkan sejenak diatas loyang sambil menunggu tungku panas. Setelah panas yang cukup maka saat itulah Loyang dimasukan kedalam ruang tunggu yang tersedia untuk di panggang. Gambar 20: Tungku, Kayu Bakar dan Wajan Sumber: Koleksi Pribadi Penulis

d. Sitem Produksi

Menurut seorang informan, dahulu Roti Kelapa Limo di jual tidak dengan pengkemasan perpotong dalam plastik seperti sekarang. Melainkan dari Loyang langsung masuk ke kantong plastik para pembeli. Hal ini dilakukan Pak Nuriman agar lebih mudah dalam menjual ke pedagang keliling dan menjaga kebersihan roti. 66 produksi yang dimulai dari pukul 15.30 WIB-02.00 WIB dan para pedagang keliling mulai datang pada pukul 05.00 WIB. Pak Nuriman mengatakan dalam sehari beliau memproduksi 2000-2500 roti kelapa. Dengan harga jual ke pedagang keliling Rp. 900 perbungkusnya. Maka dengan demikian dalam sehari rata-rata pendapatan kotor harian Pak Nuriman berkisar Rp. 1.800.000-Rp 2.250.000

e. Manajemen Mutu

Yang utama bagi pak Nuriman adalah menjaga citarasa tetap sama dari awal berwirausaha. Tidak mengurangi takaran adonan bahan-bahan, tidak menggunakan bahan pengawet atau pemanis buatan. Roti kelapa khas produksinya adalah roti kelapa yang beda dari roti kelapa lainnya. Menggunakan gula pasir asli pada isi rotinya kelapa parut yang membuat roti terasa basah dan manis saat digigit dan tidak kering seperti roti kalapa lainnya. Menjaga kepercayaan pelanggan dari dulu hingga kini. 67 BAB IV KENDALA DAN STRATEGI PERILAKU EKONOMI RASIONAL WIRAUSAHA BAKERY Seperti yang telah banyak diketahui oleh orang lain, yaitu dalam memulai sebuah usaha tentu tidak terlepas dari adanya modal. Modal menjadi faktor yang sangat utama dalam membangun sebuah usaha. Dan banyak pula orang yang berpikir bahwa untuk mulai sebuah usaha harus dengan modal yang besar. Namun, Rabi Levi Brackman Sam Jaffe dalam bukunya yang berjudul “Sukses Bisnis Cara Yahudi” mengatakan persaingan bukanlah lawan sejati, rasa takutlah lawan sebenarnya. Rasa takut mengakibatkan hal yang belum jelas seolah menjadi lebih buruk dari sebenarnya. Hapuslah rasa takut pada setiap pengambilan keputusan. Gunakan analisis resiko untuk mengukur bahaya dan jangan bereaksi terhadap rasa takut secara menyeluruh. Moko P. Astamoen mengatakan dalam bukunya ―Entrepreneurship‖ 2005:52- 53 mereka yang dapat dikatakan entrepreneur di antaranya disebut sebagai: pedagang, saudagar, pengusaha,konsultan, investor pialang dan lainnya. Menurut tokoh Pendidikan Nasional Ki Moh. Said, seorang entrepreneur tidak bersifat serakah mengambil hak orang lain ibarat binatang ekonomi economic animal yang mau bertindak sewenang-wenang dan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya. Entrepreneur justru berwatak lahir batin. Berbudi luhur, mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, dan menjaga lingkungan 12 . Dan ciri orang yang memiliki jiwa entrepreneur yaitu mempunyai visi, kreatif dan inovatif, mampu melihat peluang, orientasi pada kepuasan konsumen atau pelanggan, orientasi 12 Silvia Herawaty, Kewirausahaan, halaman 13 68 pada laba dan pertumbuhan, berani mengambil resiko, berjiwa kompetisi, cepat tanggap dan gerak cepat serta berjiwa sosial dengan menjadi dermawan phylantrophis. Semakin berkembangnya zaman tingkat kebutuhan serta kesukaan seorang akan berubah atau bahkan mungkin ada seorang yang tetap mempertahankan seleranya dengan apa yang dia suka dan tidak perduli dengan inovasi yang ada. Beragamnya inovasi dalam berwirausaha bakery tak luput dari pengaruh media sosial internet yang bisa diakses oleh siapapun dan dimanapun. Inovasi juga dapat di dapat dari majalah atau buku tertentu. Adanya difusi kebudayaan menjadikan suatu hal tidak pasti berasal darimana originalitasnya. Karena sesungguhnya manusia itu lebih mudah meniru daripada berinovasi. Dalam bab 4 ini peneliti bermaksut untuk menganalisis temuan data guna menjawab rumusan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini Bagaimana bentuk perilaku rasional pengusaha bakery sebagai strategi untuk meningkatkan keuntungan dan mengatasi kendala-kendala dalam produksi dan distribusi? bagaimana strategi wirausahawan Pak Roy sebagai pemilik „Royyan Bakery‟ dan Pak Nuriman pemilik „Roti Kelapa Limo‟ agar dapat bertahan dan mencapai kesuksesan ditengah persaingan yang semakin ketat dalam sektor Bakery di Binjai.

4.1 Tinjauan Dari Aspek Budaya