81
Intinya adalah, Royyan Bakery fokus dengan pangsa pasar yang luas sedangkan Roti Kelapa Limo fokus dengan memperthankan ingatan orang lain akan
kualitas rasa enak dari roti kelapa.
4.3 Usaha Mengatasi Kendala
Usaha mengatasi kedala pada wirausaha bakery tampak pada strategi-strategi tertentu yang diambil untuk mencari keuntungan dirinya sendiri. Dengan melakukan
strategi tersebut wirausaha bakery berusaha untuk memaksimalkan keuntungan. Perilaku tersebut muncul pada masalah etika karyawan, produksi dan pemasaran.
4.3.1 Mengatasi Resiko
Perilaku enggan-resiko risk-averse dalam masyarakat sederhana tidak berlaku bagi masyarakat dengan sistem ekonomi modern. Menurut Schjetman 1984
dalam Ahimsa Putra 2003:29 perbedaan perilaku antara petani dengan wirausaha terletak pada sikap mereka menghadapi resiko. Petani memandang resiko sebagai
suatu yang harus dihindari, karena dengan mengambil resiko akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekonomi petani. Adapun wirausahawan memandangnya sebagai
suatu hal yang rasional bahwa suatu resiko atau ketidakpastian bergandengan dengan keuntungan dapat dilihat sebagai bagian dan kemungkinan. Sehingga mendorong
seorang wirausahawan dalam menghadapi resiko dengan cara mengatasinya. Perilaku wirausaha bakery menunjukkan adanya perilaku mengatasi resiko
sebagaimana yang dikatakan oleh Schjetmen 1984, daripada perilaku enggan resiko. Perilaku mengatasi resiko wirausaha bakery dilaksanakan dalam rangka
menyelamatkan usahanya dari kerugian yang akan menimpanya akibat dari pengambilan keputusan yang dibuatnya, tentu hal tersebut atas dasar rasionalitas.
82
Untuk mengatasi resiko kerugian dari sistem pemasarannya, Royyan Bakery selalu menemukan ide untuk menambah jumlah pelanggannya seperti mengunakan
jasa sosial media, promosi di media elektronik seperti koran dan TV, mengikuti bazaar, pameran serta dari mulut ke mulut. Selain itu juga memasang papan reklame
di depan toko miliknya. Hal ini bertujuan agar menarik orang untuk roti dan juga agar lebih dikenal oleh masyarakat, sehingga dari jasa tersebut diharapkan dapat menekan
angka kerugian yang akan menimpa Royyan Bakery. Perilaku mengambil resiko kemudian berusaha untuk mengatasi resiko tersebut akan memperoleh keuntungan
besar. Tidak adanya promosi atau periklanan yang dilakukan oleh Roti Kelapa Limo
menyebabkan sedikit masyarakat yang mengetahui rasa enak dari roti kelapa tersebut. Selain mereka yang mengetahui lokasi produksi Roti Kelapa Limo tersebut
masyarakat luas yang tahu hanyalah para konsumen yang membeli roti dari pedagang roti keliling yang mengambil barang dagangan dari rumah produksi Roti Kelapa
Limo. Mereka yang lidahnya cocok dengan roti kelapa dari pedagang keliling tersebut pasti akan berlangganan dan akan menjadikan jumlah pesanan kerumah produksi
menjadi lebih banyak. Problem lain yang didilihat peneliti terhadap Roti Kelapa Limo yaitu Pak
Nuriman tidak mau berinovasi terhadap produk roti kelapanya. Konsisten dengan hanya menjual satu produk tanpa berinovasi seperti dengan rasa tampak monoton dan
tidak kreatif. Dengan berkembangnya zaman akan kenikmatan pecinta kuliner terkhusus roti, inovasi rasa bisa menjadikan strategi keuntungan yang baru untuk para
pengusaha bakery. Dan apa yang dilakukan Royyan Bakery dapat dibenarkan. Konsistensi yang diyakini Pak Nuriman yaitu tidak pernah mengubah rasa sedari awal
membuka usaha dan tidak pernah mengurangi bahan atau mencampurnya dengan
83
perasa atau wewangian kimia merupakan plus minus dalam menjalan usahanya. Pak Nuriman tidak punya ambisi untuk memiliki keuntungan yang lebih terlepas dari
keuntungan untuk ditabung, biaya hidup sehari-hari dan untuk membayar cicilan ke Bank.
Perilaku mengatasi resiko bagi seorang pengusaha adalah suatu hal yang rasional, dimana pedagang adalah bagian dari sistem ekonomi modern yang bersifat
komersial dengan memperhitungkan untung dan rugi. Perilaku rasional lain yang muncul pada Royyan Bakery yaitu bekerja sama dengan banyak UMKM seperti yang
memproduksi abon lele, kripik bawang, madu, kain ulos dan lainnya dan dijual kembali di toko. Royyan Bakery juga terfokus dengan menonjolkan Kota Binjai
sebagai Icon Royyan Bakery. ―Ingat Royyan Bakery maka ingat Kota Binjai, ingan Kota Binjai maka ingat Roy
yan Bakery‖ demikianlah yang diutarakan Pak Roy kepada peneliti.
Dalam mempertahankan kualitas roti, Royyan Bakery menerapkan roti yang dipajang di toko harus ditarik penjualannya dalam waktu 2 hari jika tidak laku terjual
walau roti yang mereka produksi mampu bertahan hingga 3-4 hari. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko para konsumen complain dan mulai meragukan citarasa dari
produk Royyan Bakery. Begitu juga dengan Roti Kelapa Limo hanya akan menjual rotinya dalam hitungan 1 hari saja. Jika pun roti kelapanya masih tersisa hingga sore
hari biasanya di berikan ketetangga yang penting habis dan tidak terbuang mubazir. Dari perilaku tersebut, terlihat bahwa roti sangat penting. Perilaku tersebut
bagi pengusaha bakery adalah rasional. Secara tidak langsung kualitas kain roti juga menentukan sukses tidaknya usaha yang mereka jalani.
84
4.3.2. Mensejahterakan Diri Sendiri