Tinjauan Dari Aspek Budaya

68 pada laba dan pertumbuhan, berani mengambil resiko, berjiwa kompetisi, cepat tanggap dan gerak cepat serta berjiwa sosial dengan menjadi dermawan phylantrophis. Semakin berkembangnya zaman tingkat kebutuhan serta kesukaan seorang akan berubah atau bahkan mungkin ada seorang yang tetap mempertahankan seleranya dengan apa yang dia suka dan tidak perduli dengan inovasi yang ada. Beragamnya inovasi dalam berwirausaha bakery tak luput dari pengaruh media sosial internet yang bisa diakses oleh siapapun dan dimanapun. Inovasi juga dapat di dapat dari majalah atau buku tertentu. Adanya difusi kebudayaan menjadikan suatu hal tidak pasti berasal darimana originalitasnya. Karena sesungguhnya manusia itu lebih mudah meniru daripada berinovasi. Dalam bab 4 ini peneliti bermaksut untuk menganalisis temuan data guna menjawab rumusan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini Bagaimana bentuk perilaku rasional pengusaha bakery sebagai strategi untuk meningkatkan keuntungan dan mengatasi kendala-kendala dalam produksi dan distribusi? bagaimana strategi wirausahawan Pak Roy sebagai pemilik „Royyan Bakery‟ dan Pak Nuriman pemilik „Roti Kelapa Limo‟ agar dapat bertahan dan mencapai kesuksesan ditengah persaingan yang semakin ketat dalam sektor Bakery di Binjai.

4.1 Tinjauan Dari Aspek Budaya

Dalam beberapa segi kegiatan ekonomi, manusia tidak bisa lepas dari norma- norma dan budaya yang ada disekitarnya. E.B Tylor 1871 dalam Soekanto 2003:172 mendefinisikan kebudayaan sebagai suatu yang komplek mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan- kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota 69 masyarakat. Selain itu Koentjaraningrat 2000:180 sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Sistem gagasan atau ide untuk menciptakan barang tertentu merupakan suatu kebudayaan. Inovasi dalam membuat roti itu sendiri merupakan hasil gagasan atau ide yang terdapat pada manusia yang dituangkan dalam tindakan dengan membuatnya menjadi produk roti yang disukai banyak orang sebagai hasil dari ide dan tindakan tersebut. membuat roti dengan berdasarkan ilmu pengetahuan tentang roti yang diperoleh dari manusia dan kehidupan sehari-hari. Membuat roti yang beraneka ragam rasa dan model yang lain dari toko lain akan menjadikan daya tarik tersendiri bagi seorang wirausaha. Ketika sudah dikenal sebagai cirri khas dari sebuah daerah maka hal tersebut akan terbilang kebudayaan. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa setiap tindakan manusia untuk menghasilkan sesuatu merupakan suatu kebudayaan, karena manusia dalam kehidupan kesehariannya menggunakan pengetahuan untuk memproses setiap apa yang akan dipelajarinya. Wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat 2000:186 yaitu, 1 Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan lain sebagainya, 2 perilaku atau tindakan berpola dari seorang manusia, dan 3 benda-benda hasil karya manusia. Fungsi dari kebudayaan diantaranya adalah memberi arah dan pola bagi manusia dalam kehidupannya sehari-hari, contohnya pada bidang ekonomi. Pola yang dihasilkan oleh manusia tersebut sifatnya tetap dan dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang hampir sama. Untuk menuju ke arah dan pola yang diinginkan dalam perekonomiannya, maka manusia tersebut membuat suatu pengambilan 70 keputusan dari beberapa pilihan-pilihan yang dianggapnya positif baik dalam keselamatan dan keberlangsungan ekonominya. Fungsi dari kebudayaan diantaranya adalah memberi arah dan pola bagi manusia dalam kehidupannya sehari-hari, contohnya pada bidang ekonomi. Pola yang dihasilkan oleh manusia tersebut sifatnya tetap dan dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang hampir sama. Untuk menuju ke arah dan pola yang diinginkan dalam perekonomiannya, maka manusia tersebut membuat suatu pengambilan keputusan dari beberapa pilihan-pilihan yang dianggapnya positif baik dalam keselamatan dan keberlangsungan ekonominya. Pola perilaku tersebut kemudian secara tidak langsung akan tercermin dalam kegiatan ekonomi yang sedang dijalankannya. Seperti yang dilakukan oleh pengusaha bakery, dalam menjalankan usahanya terdapat pola perilaku yang mencolok pada pengusahanya untuk mengembangkan usahanya. Dalam menjalankan usahanya, wirausaha bakery cenderung menunjukkan perilaku rasional daripada moral. Hal tersebut dilakukan sebagaimana untuk mengembangkan usaha dan mensejahtrakan diri sendiri.

4.2 Strategi Pengusaha Bakery Dalam Kegiatan Ekonomi