Tinjauan Pustaka Entrepreneurship (Study Kasus Royyan Bakery dan Roti Kelapa Limo)

5 Maka, dengan adanya pemikiran tersebut. Peneliti mencoba mencari tau nilai- nilai usaha yang dapat menjadi contoh atau ditiru jika seorang ingin memulai sebuah usaha dan beralih menjadi wirausaha dan bukan sekedar pekerja.

1.2 Tinjauan Pustaka

Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih sukses. Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Sedangkan yang dimaksudkan dengan seorang wirausahawan adalah orang- orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih suksesmeningkatkan pendapatan. Intinya, seorang wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki jiwa wirausaha dan mengaplikasikan hakekat kewirausahaan dalam hidupnya. Orang-orang yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Beberapa konsep kewirausahaan seolah identik dengan kemampuan para wirausahawan dalam dunia usaha business. Padahal, dalam kenyataannya, kewirausahaan tidak selalu identik dengan watakciri wirausahawan semata, karena sifat-sifat wirausahawan pun dimiliki oleh seorang yang bukan wirausahawan. 6 Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan Soeparman Soemahamidjaja, 1980. Wirausaha itu sendiri tidak terlepas dari adanya kegiatan industri kreatif, yaitu industri yang berfokus kepada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni rupa, film dan televise, piranti lunak, permainan, desain fashion, kerajianan tangan, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan, penerbitan, dan desain. Kegiatan wirausaha tersebut didukung dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Impres No. 6 Tahun 2009, tentang pengembangan ekonomi kreatif 3 . Dimana pada tanggal 22 Desember 2008 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menetapkan tahun 2009 sebagai tahun Indonesia Kreatif. Usaha dari pengembangan ekonomi kreatif diharapkan dapat meningkatkan kemandirian dan pendapatan khususnya masyarakat, karena sektor ekonomi kreatif dianggap telah mampu bertahan di tengah krisis ekonomi global. Sektor kegiatan ekonomi kreatif ini sendiri dalam ilmu Antropologi merupakan salah satu bagian dari tujuh unsur kebudayaan yaitu sistem mata pencaharian hidup Koentjaraningrat, 1990:203, 207. Dikawasan Kecamatan Binjai Kota, penulis menemukan sebuah usaha bakery yang cukup unik dengan bangunan yang tampak mewah dan besar. ‗Royyan Rambutan House Oleh- Oleh Khas Binjai‘, itulah yang terukir diatap bangunan tersebut. Royyan merupakan usaha rambutan house yang mana usaha tersebut bernuansa rambutan. Seperti beberapa menu andalan di Royyan, yaitu Rambutan Kaleng, Roti Rambutan, Bronis Rambutan, Bika Rambutan, Lapis Legit Rambutan, Pie Rambutan, Sirup Rambutan dan Sirup Jambu Deli Hijau serta Sirup Jambu 3 Kementrian Pariwisata dan Ekonommi Kreatif, ―Inpres No. 6 tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, http:www.budpar.go.iduserfilesfile7193_2610-Inpres6Tahun2009.pdf diakses pada tanggal 23 Januari 2014, 10.15 WIB 7 Kesuma Merah. Dalam pengelolahan sirup dan memproduksi roti, Royyan Bakery menggunakan alat dan teknologi yang terbilang canggih. Pak Nuriman adalah seorang wirausaha roti kelapa yang sudah mempertahankan usahanya selama hampir 18 tahun. Berbeda dengan Royyan Bakery yang baru berumur satu tahun, Pak Nuriman sedari dulu hanya terfokus dengan satu produk roti saja yaitu roti kelapa. Pengelolahan roti kelapa tersebut juga terbilang masih sederhana dan tidak menggunakan alat yang canggih seperti di Royyan Rambutan House. Pak Nuriman tidak pernah memberikan nama dalam usaha rotinya, namun masyarakatlah yang memberikan nama terhadap usahanya. Industri menempati posisi sentral di masyarakat perkotaan maupun di pedesaan dan merupakan dasar bagi peningkatan kemakmuran serta kemajuan. Industri merupakan jawaban dari berbagai masalah tentang perekonomian. Sektor industri mempunyai peranan dan kedudukan yang penting dalam membangun ekonomi. Bahwa industri akan mampu menyediakan lapangan kerja dan salah satu sektor penyumbang devisa Negara Raharjo dalam Fitra 2013:1. Soetrisno dalam Ahimsa-Putra, 2003 mengatakan bahwa, sector indusrti termasuk industri kreatif, merupakan suatu bentuk perekonomian rakyat yang mampu membantu mengurangi pengangguran, turut mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional serta berperan dalam perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja di daerah pedesaan; dalam menanggulangan kemiskinan, bahkan juga dalam peningkatan ekspor. Koentjaraningrat 1990, mengindetifikasikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia yang diperoleh melalui proses belajar. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan aturan yang didapat melalui proses belajar dan juga pengalaman manusia yang ada dalam pikirannya. Sehingga 8 apa yang didapat oleh manusia itu melalui tahapan belajar dan tersusun sedemikian rupa dalam mind manusia itu sendiri. Dalam konsep ini, segala aktivitas manusia yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebudayaan. Oleh karena itu, kreatifitas mengolah rambutan menjadi campuran roti,sirup rambutan dan sirup jambu merupakan inovasi dari kebudayaan. Untuk menghasilkan suatu kreatifitas, manusia harus belajar terlebih dahulu bagaimana cara membuat karya tersebut. Kemampuan tersebut diperoleh melalui proses belajar dalam interaksi sosial yang kemudian disesuaikan terhadap berbagai macam lingkungan yang berbeda-beda. Proses belajar ini berlangsung terus menerus dan mengalami perubahan modifikasi dari generasi ke generasi berikutnya sesuai kebudayaan yang diperolenya Mintargo, 2000:81. Indonesia entrepreneurial skill mengatakan, untuk bisa menekan sekecil mungkin tingkat kemiskinan yang tinggi maka mengandalkan investor asing untuk membuka lapangan kerja tidaklah cukup, menghimbau kepada perusahaan untuk tidak mem-PHK karyawan atau buruhnya juga sulit diwujudkan. Salah satu cara atau jalan terbaiknya adalah mengandalkan sektor pendidikan untuk mengubah pola pikir lulsannya dari berorientasi mencari kerja menjadi mencetak lapangan kerja sendiri alias menjadi wirausahawan mandiri. Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan ‗usahawan‖ atau ―wiraswasta‖. Pandangan tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan sikap kewirausahaan entrepreneurship tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, karyawan, pegawai pemerintahan, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya. 9 David Osborne 1992 dalam bukunya ―Reinventing Government‖ bahwa sejalan dengan perkembangan dunia, maka pemerintah dituntut untuk meiliki jiwa kewirausahaan Entrepreneurial Government. Hessinger mengatakan bahwa, kebutuhan terhadap inovasi itu lebih dulu ada, baru kemudian mencari pengetahuan. Ia mengatakan bahwa jarang sekali seseorang membuka diri terhadap pesan-pesan inovasi jika mereka belum membutuhkan inovasi tersebut. Pesan-pesan dari inovasi tersebut akan menjadi kurang maksimal jika seseorang tidak atau belum menganggap inovasi itu sesuai dengan kebutuhannya dan tidak selaras dengan sikap dan kepercayaannya. Hal seperti ini ia sebuat sebagai selective perception Hanafi, 1981. Ada beberapa tipe keputusan inovasi, yaitu: 1. Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan. 2. Keputusan individual, yaitu keputusan dimana individu yang bersangkutan ambil peranan dalam perbuatannya. 3. Keputusan kontingen, yaitu pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Inovasi yang dilakukan sedikit banyaknya membuat suatu perubahan- perubahan yang nyata dalam masyarakat baik itu berakibat negative maupun berakibat positif. Oleh karena itu, dibutuhkannya sikap selektif dalam membuat inovasi-inovasi baru dan akibat inovasi tersebut haruslah bisa dikontrol. Berdasakan pengetahuan yang dimiliki, mereka tentu membuat suatu strategi tersendiri yang dianggap dapat memajukan usahanya dan diterima masyarakat disekitarnya. Melalui strategi inilah mereka melakukan persaingan dalam menarik minat para konsumen sehingga dapat memperoleh keuntungan material seperti uang dan simbolik seperti pangkat atau ketenaran. 10 Seperti pendapat Simatupang 2000 meyatakan Budaya sebagai Strategi dan Strategi sebagai Budaya, dengan strategi itu, manusia dalam melakukan berbagai kegiatan dan waktu selalu diingatkan kembali akan sebuah nilai yang hendak dibentuk. Pada era ketika waktu dan ruang menjadi barang mewah seperti saat ini, kita harus berani menawar ―bentuk‖ untuk memenangkan pertarungan control atas diri kita sendiri dan kesediaan untuk menerima keragaman bentuk sesuai dengan ruang atau bidang kehidupan yang dimasuki. Oleh sebab itu, sebuah strategi haruslah dimiliki oleh seorang wirausahawan yang tidak lepas dari inovasi-inovasi baru yang akan menjadi salah satu aspek yang sangat penting dan perlu pertimbangan penuh ketelitian. Sukses tidaknya suatu usaha itu tergantung pada strategi apa yang digunakan oleh pelaku usaha. Jika strategi yang digunakan tidak tepat sasaran kemungkinan usaha yang dijalankan tidak akan berkembang dengan baik, dan sebaliknya jika strategi yang digunakan tepat sasaran maka pelaku usaha dapat mencapai kesuksesan yang diharapkan.

1.3 Rumusan Masalah