84
4.3.2. Mensejahterakan Diri Sendiri
Popkin 1979 mengatakan bahwa dalam aktivitas ekonomi tindakan manusia bersifat rasional. Tindakan tersebut diambil dengan cara menilai pilihan-pilihan yang
ada yang mungkin akan diambilnya. Dengan memilih tindakan tersebut seorang cenderung untuk mementingkan dirinya sendiri, yang diartikan
sebagai ―tindakan
hanya untuk kesejahteraan diri sendiri‖.
Menurut Popkin tindakan mensejahterakan diri sendiri merupakan hal yang rasional. Dalam tindakannya pengusaha akan lebih mementingkan kesejaahteraan
dirinya demi berlangsungnya usaha yang dijalaninya. Sehingga setiap tindakan pengusah bakery selalu melakukan perhitungan-perhitungan rasional dengan
mempertimbangkan beberapa kemungkinan-kemungkinan dari pilihan-pilihan yang ada. Hal ini juga sesuai dengan prinsip ekonomi yang melatar belakangi aktivitas
kegiatan ekonomi pengusaha bakery. Hubungan kerjasama Royyan Bakery dengan salah satu UMKM yang bisa
penulis ceritakan yaitu hubungan kerjasama dengan ―Rumah Tenun Kita‖. Rumah tenun yang memproduksi kain ulos dengan ATBM Alat Tenun Bukan Mesin.
Hubungan yang terbilang baik diawal namun berbeda kontestasi di akhir. Mendapatkan sebuah rekomendasi dari seorang pejabat Dinas di Kota Binjai Pak Roy
bertemu dengan pemilik ―Rumah Tenun Kita‖ yaitu Pak Marpaung. Dalam pertemuannya Pak Roy menceritakan kepada penulis bahwasanya Pak Marpaung
mengalami kesulitan dana dan mengaku tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah Kota Binjai dalam menjalankan usahanya. Padahal ―Rumah Tenun Kita‖ selalu
dipanggil pameran dari wilayah lain seperti PTPN II Tanjung Morawa dan Kota Medan.
85
Kesulitan modal yang dialami oleh ―Rumah Tenun Kita‖ yang mendasari Pak Roy memberikan
bantua uang dan menawarkan diri sebagai ―Bapak angkatBapak Asuh‖ dalam menjalan usahanya tersebut. Pak Roy memberikan bantuan senilai
Rp.8.000.000 untuk dibelanjakan bahan baku membuat ulos seperti beberapa jenis benang. Kesepakatan kerjasama ini adalah
hasil dari tenunan ulos ―Rumah Tenun Kita‖ akan dijual di toko Royyan Bakery untuk toko pusat maupun toko cabang.
Atas permintaan Pak Roy, penulis juga datang ke ―Rumah Tenun Kita‖ sebagai pengamat keadaan dan diharapkan mampu memberikan solusi. Dalam hal ini
peneliti ikut dalam kegiatan menenun ulos, belajar proses dari awal hingga menenun dan menghasilakn selembar kain ulos. Dalam konsepnya, Pak Roy mengatakan
kepada pemilik ―Rumah Tenun Kita‖ bahwa jika ada yang bertanya ―Siapa pemilik semua alat tenun yang ada di tempat itu maka harus dijawab bahwa itu milik Pak
Roy”. Dalam penjualan kain ulos kepada Pak Roy, ―Rumah Tenun Kita‖ tetap
menjual dengan harga pasaran biasanya menjual dipasaran. Dan seiring dengan waktu maka rumah tenun tersebut harus membayar uang pinjaman yang sudah diberikan Pak
Roy kepada mereka. Penulis menemukan kecurangan yang dilakukan oleh pemilik rumah tenun yang mana ketika belanja peralatan dan perlengkapan menenun mereka
menaikkan harga yang dilaporkan kepada Pak Roy dengan harga yang lebih mahal dari harga beli sebenanrnya demi keuntungan sendiri. Dan ada banyak kecurangan
yang dilakukan oleh ―Rumah Tenun Kita‖ yang tidak bisa penulis ceritakan. Tidak hanya itu saja, namun penulis juga tidak bisa menuliskan kejadian-kejadian lainnya
demi menjaga privasi antar informan. Adanya sikap tidak jujur adalah bibit awal yang dapat menghacurkan sebuah kepercayaan dan kelanggengan kerjasama serta merusak
86
bisnis. Membangun relasi bisnis haruslah diawali dengan kejujuran yang berujung degan kepercayaan.
Menurut Popkin kegiatan mensejahterakan dirisendiri adalah rasional dan wajar. Kecurangan yang dilakukan oleh ―Rumah Tenun Kita‖ bisa dinilai sebagai
bentuk mengambil keuntungan lebih yang dilakukan untuk mensejahterkan hidup mereka dengan mendapatkan penghasilan yang lebih.
Gambar 24. Spanduk Rumah Tenun Kita
Sumber: Koleksi Pribadi Penulis Konsep pernyataan ―pengakuan‖ Pak Roy tentang alat tenun merupakan
langkah eksistensi dirinya untuk menyatakan beliau adalah pengusaha yang mampu untuk melakukan hal bisnis apapun dalam bentuk apapun. Bisa diartikan kedalam
beberapa perspektif poitis dan negative.
87
Gambar 25: Papan Reklame Royyan Bakery Cabang Kualanamu
Sumber: Koleksi Milik Pribadi Pada Gambar 24, dapat dilihat tulisan
“Royyan Grub Pengusaha Haji Madroy” hal ini dapat dianalisis bahwa Pak Roy sebagai Owner ingin masyarakat
banyak mengetahun bahwa Royyan Grub adalah miliknya. Semua toko usaha yang bernamanya seperti
“Royyan Rambutan House” adalah miliknya. Dimanapun mungkin masyarakat melihat papan reklame nama usaha tersebut mengetahui bahwa
toko tersebut adalah bagian dari Royyan Grub dan milik Pak Roy. Beliau ingin banyak orang mengetahui kesuksesan yang diadapat.
Seperti apa cara dan jalan yang ditempuh Pak Roy dalam posisinya sekarang yang mana banyak orang menilai beliau adalah orang yang sukses menjalankan
bisnisnya bisa saja hanyalah tampilan kulit saja. Apa yang dialami dan menjadi kendalan Pak Roy untuk mencapai posisinya saat ini tidak banyak orang yang
mengetahuinya. Kesuksesan yang sekarang dipandang orang lain tidak menjadikan jaminan ditahun depan beliau akan berada diposisi yang sama atau mampu menggapai
posisi yang lebih puncak lagi. Karena semakin sukses tampak tampilannya, akan semakin banyak cobaan dan terpaan yang dihadapi oleh Pak Roy. Seperti kata pepatah
“Semakin Tinggi Pohon Maka Akan Smeakin Kencang Pula Angin Yang Menerpa”, demikianlah hal yang akan dialami oleh Pak Roy sebagai pembisnis.
Berbeda cerita dengan Pak Nuriman yang memilih menjalan usahanya dengan cara sederhana. Sedikit problem atau masalah yang akan beliau hadapi. Semakin
88
sedikit masalah yang akan menjadi beban pikiran beliau. Mungkin secara kasat mata akan terlihat tidur Pak Nuriman akan lebih nyenyak dari Pak Roy yang sangat sibuk
dalam menjalankan inovasi Usahanya. Semakin banyak pemasukan atau pendapatan dari sebuah usaha maka tingkat mensejahterakan diri bisa lebih banyak yang bisa
terpenuhi sesuai tuntutan zaman.
4.4 Prinsip Manajemen Mutu