66 Orang tua Usri, jarang memperhatikan anaknya karena sibuk
dengan pekerjaan mereka masing-masing. Orang tua Usri jarang menanyakan PR, nilai yang didapat, dan kegiatan Usri di sekolah.
Orang tua Usri hanya memberikan uang jajan yang berlebih dan membelikan mainan kesukaan Usri. Ayah Usri setiap hari mencari
bahan dan menggarap usaha Home Industrynya bersama pegawai- pegawainya hingga larut malam dan sepulang bekerja ibunya
membantu memasarkan hasil produksi dari Home Industry yang digeluti oleh suaminya. Tempat usaha keluarga Usri jauh dari tempat
tinggal keluarga, jika pulang larut malam, mereka hanya langsung beristirahat dan tidak ada komunikasi seperti wajarnya sebuah keluarga.
Fasilitas yang berlebih dari orang tua membuat Usri menjadi pemalas dan terlalu asik dengan dunia bermain. Orang tua Usri, pernah
akan memindahkan Usri pada salah satu Home Scholling di daerah Yogyakarta, namun Usri terlanjur malas untuk berfikir kembali. Usri
yang masih muda kesehariannya, hanya digunakan untuk bermain.
4. Responden 4
a. Profil
Dipa nama samaran adalah anak yang berusia 16 tahun, merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara, lahir pada tanggal 13 Juni,
1998. Dipa pribadi yang ramah dan cerdas, mengalami putus sekolah pada kelas I tingkat sekolah menengah pertama. Dipa bersal dari
keluarga yang perekonomiannya sedangkelas menengah. Orang tua
67 Dipa, berprofesi sebagai pemasok kayu untuk produksi mebel di luar
jawa dan dan ibunya berprofesi sebagai petani. b.
Latar belakang dan sebab putus sekolah Dipa L16 merupakan anak yang pandai yang cerdas, terlihat
melalui cara Dipa mengutarakan pendapat dan menjawab pertanyaan dengan kalimat yang runtut, serta dari hasil ujian nasional jenjang
sekolah dasar, yang tinggi dengan rata-rata nilai 8,23 yang ditunjukkan kepada peneliti. Dipa mengalami putus sekolah, pada kelas I tingkat
sekolah menengah pertama. Sebab Dipa mengalami putus sekolah adalah: 1 Kondisi kesehatan yang buruk; 2 Malas bersekolah; 3
Taraf pendidikan orang tua yang rendah Kesehatan merupakan aset kehidupan yang sangat mahal.
Kegiatan belajar dan mengajar di sekolah sangat membutuhkan kondisi badan yang sehat dan prima. Dipa mengutarakan, bahwa
“... saya dulu sekolah di SMP N x Dlingo pada tahun 2010. Saya masuk kelas unggulan mbak,karena rata-rata nilai UN waktu SD
itu delapan koma lebih lah mbak. Saya juga jadi ketua kelas lho mbak. Habis ulangan umum semester pertama itu kan liburan
mbak, saya sakit, mimisan terus. Setelah liburan, saya masuk sekolah sakit lagi mbak, mimisan dikelas nyampe pada takut.
Setelah itu saya tidak masuk sekolah selama 2 minggu, terus kebacut terlanjut males sinau belajar mbak...”
Dipa yang sudah sembuh, menjadi malas untuk bersekolah kembali, karena sudah tidak ingin berfikir tentang mata pelajaran di
sekolah yang menurutnya membosankan. Taraf pendidikan orang tua Dipa juga sangat mempengaruhi taraf pendidikan Dipa. Orang tua Dipa
baik ayah maupun ibunya hanya menyelesaikan pendidikannya pada
68 jenjang sekolah dasar. Orang tua Dipa tidak merasa keberatan jika Dipa
memutuskan untuk putus sekolah, karena mereka sadar orang tuanya hanya selesai sekolah dasar saja.
Usia Dipa yang masih merupakan usia sekolah, kesehariannya digunakan untuk bekerja. Dipa menjadi tukang kayu, mengolah kayu
menjadi meja, kursi, almari, dan lain-lain. Dipa tidak setiap hari bekerja, jika merasa malas, Dipa hanya pergi bermain dengan teman
sebanyanya dan terkadang membantu ayahnya pergi ke luar kota untuk memasok kayu. Dipa sudah mahir dalam mengolah kayu menjadi
barang bernilai ekonomis tinggi. Kemampuan yang dimiliki Dipa dipelajarinya secara otodidak. Dipa mempunya cita-cita ingin memiliki
pabrik mebel yang besar. Keinginan Dipa akan terwujud jika pemerintah daerah setempat memperhatikan bakat dan minat yang
dimiliki oleh Dipa dan mewadahinya dalam suatu lembaga yang berkesesuaian.
Ketika disinggung
tentang paket
B yang
diselenggarakan pemerintah, Dipa tidak tertarik sama sekali, karena pada dasarnya sudah malas untuk berfikir, sehingga Dipa memilih
untuk bekerja.
5. Responden 5