77 makan aja pas-pasan mbak, apalagi dulu buat sangu saku aku...”.
Penghasilan dari kedua orangtua Azir sebagai tukang kayu dan buruh tani, hanya mampu untuk makan sehari-hari. Kebutuhan rumah tangga
lainnya tidak terlalu diperhatikan oleh kedua orang tua Azir, terkadang Azir tidak meperoleh uang saku ketika masih sekolah. Kondisi yang
serba kekurangan membuat Azir mengalami putus sekolah. Azir yang pandai melukis dan membuat ukiran, dipekerjakan oleh
tetangganya pada industri mebel di Kecamatan Dlingo. Bakat yang dimiliki oleh Azir, dipelajari seacara ototidak. Hasil jerih payah Azir
bekerja, Ia gunakan untuk membantu kebutuhan sehari-hari keluarga dan uang saku adiknya. Azir berharap kedua adiknya tidak bernasib
sama dengan dirinya. Sebenarnya Azir masih ingin sekolah dan melanjutkan ke perguruan tinggi, namun keadaan ekonomi keluarga
yang kurang mendukung, sehingga Azir harus mengurungkan keinginannya.
11. Responden 11
a. Profil
Navi nama samaran, merupakan pribadi yang sangat mudah bergaul dan pintar lahir pada tanggal 13 Juni 1995. Navi berasal dari
keluarga yang kurang mampu. Kedua orang tua Navi bekerja sebagai buruh tani, karena tidak mempunyai lahan pertanian sendiri. Navi
mengalami putus sekolah pada kelas X, Sekolah Menengah Kejuruan SMK jurusan tata busana pada salah satu SMK N x di Kecamatan
78 Dlingo. Navi sangat senang bertani, sehingga Navi sering membantu
orang tuanya bercocok tanam. b.
Latar belakang dan sebab putus sekolah Navi P18 merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara, adik
perempuan Navi masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Navi mengalami putus sekolah pada kelas X, Sekolah Menengah
Kejuruan SMK jurusan tata busana pada salah satu SMK N x di Kecamatan Dlingo. Sebab Navi mengalami putus sekolah adalah: 1
Keadaan ekonomi keluarga; 2 Ingin bekerja. Penghasilan kedua orang tua Navi, hanya cukup untuk makan
sehari-hari. Navi terkadang harus rela berjalan kaki sejauh 6km untuk pergi ke sekolah karena tidak memiliki uang untuk naik kendaraan
umum. Sepulang sekolah Navi harus membantu kedua orang tuanya di sawah, hingga senja. Malam harinya Navi gunakan untuk belajar,
karena Navi ingin mempertahankan prestasinya di sekolah. Kemauannya untuk sekolah hingga perguruan tinggi sangatlah kuat,
namun keadaan ekonomi keluarga tidak mendukung. Setiap bulan Navi harus membayar uang sekolah sebesar
Rp150.000,00 belum termasuk uang praktek. Bagi keluarga Navi, uang sebesar itu sulit untuk didapat. Navi merasa tidak enak membebani
kedua orang tuanya, terlebih adiknya masih duduk di bangku SMP sehingga Navi memutuskan untuk keluar dari sekolah. Hal tersebut
berdasarkan pendapat Navi bahwa “kasihan bapak ibu sudah sepuh
79 tua, saya milih keluar dari sekolah karena pada dasarnya saya juga
ingin bekerja mbak...”. Navi tidak memperoleh bantuan maupun beasiswa dari sekolahnya, sehingga Navi tidak mampu melanjutkan
sekolahnya. Berbekal kemampuan menjahit dan mendesain baju yang Navi
pelajari di SMK, sekarang Navi membuka jasa menjahit di rumahnya. Banyak para tetangga yang mempercayakan kainnya diolah oleh Navi.
Awalnya Navi memilih SMK, karena setelah lulus, ingin langsung bekerja. Meskipun belum lulus, Navi tidak mengurungkan niatnya
untuk bekerja demi membantu kedua orang tuanya.
12. Responden 12