61 Tabel 15. Angka Melanjutkan AM Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah di Kecamatan Dlingo Tahun 2011.
No
Tingkat Pendidikan
Pendididkan Jumlah
Lulusan JP Lebih
Rendah Jumlah
Siswa Baru
Tingkat I Angka
Melanjutkan AM
Idealnya
1 SMPMTs
587 499
85,08 100
2 SMASMK
546 225
41,20 100
Sumber: BPS Kabupaten Bantul 2011, Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul 2011 dan Dinas Pendidikan Menengah dan
Non Formal Kabupaten Bantul 2011. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
mayoritas hanya menyelesaikan pendidikannya hingga sekolah menengah pertama, ditunjukkan dengan capaian AM sebesar 85. Berbeda dengan
AM tingkat SMASMK yang relatif rendah, bahkan tidak mencapai 50 dari lulusan SMPMTs.
D. Profil Anak Putus Sekolah Dasar dan Menengah
Berikut merupakan profil dan ungkapan dari responden yang merupakan anak usia sekolah yang mengalami putus sekolah pada sekolah
dasar dan menengah serta faktor penyebabnya.
1. Responden 1
a. Profil
Responden pertama yang mengalami putus sekolah mengalami putus sekolah pada kelas III tingkat sekolah dasar, yaitu Dapu nama
samaran lahir pada tanggal 11 Februari 2002. Dapu L11 merupakan anak yang pemalu dan cenderung tertutup. Dapu berasal dari keluarga
yang berada. Ayahnya bekerja sebagai peternak dan ibunya berprofesi sebagai pedagang sembako. Dapu merupakan anak ke-3 dari 3
bersaudara.
62 b.
Latar belakang dan sebab putus sekolah Dapu merupakan anak yang pemalu dan cenderung tertutup. Dapu
mengalami putus sekolah pada kelas III tingkat sekolah dasar. Sebab Dapu mengalami putus sekolah, adalah: 1 Mendapat sanksi tidak naik
kelas; 2 Malas belajar; 3 Pengaruh teman bermain; 4 kurangnya perhatian dari orang tua.
Dapu memperoleh sanksi tidak naik kelas, karena nilainya tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, sehingga malu untuk
pergi sekolah. Dapu merasa bodoh, mendapat ejekan dari teman-teman, sehingga memutuskan untuk keluar dari sekolah atau putus sekolah.
“aku itu bodoh mbak...malu..teman-teman saja pinter-pinter. Aku pernah tidak naik kelas, waktu itu saya kelas 3 mau naik ke kelas
4, rapot saya jelek. Saya malu mbak, temen-temen pada naik kelas. Kemudian saya tinggal kelas, saya malu terus sering bolos,
akhirnya saya keluar dari sekolah dan tidak pengen sekolah lagi, takut sama isin malu enggak naik kelas lagi”
Lingkungan sekitar tempat tinggal Dapu, sangat jarang ditemukan anak- anak seusia Dapu. Kebanyakan dari mereka adalah siswa-siswa
SMASMK, sehingga Dapu sering bermain dengan mereka karena tidak adanya kawan seusianya. Dapu menjadi pribadi yang malas belajar dan
pergi ke sekolah karena terlalu asik bermain dengan anak yang usianya jauh diatasnya dan cenderung memberikan dampak yang negatif
terhadap dirinya. Penyebab lain yang membuat Dapu malas adalah kesibukan kedua
orang tua Dapu. Orang tua Dapu menyatakan bahwa kesibukannya mencari nafkah, membuatnya tidak selalu memperhatikan Dapu,
63 mereka menunjukkan kasih sayangnya hanya dengan memberikan uang
jajan yang melimpah, dan berharap Dapu akan menjadi anak yang rajin ke sekolah. Waktu orang tua Dapu untuk anak-anaknya sangat sedikit,
karena setiap pagi hingga petang ayahnya harus pergi ke kandang untuk merawat hewan ternaknya. Sedangkan Ibu Dapu setiap pagi hingga
petang berada di pasar untuk berjualan, sehingga kedua orang tuanya tidak mampu sepenuhnya mengawasi anak-anaknya, bahkan ketika
Dapu masih sekolah, baik ayah maupun ibunya jarang sekali menanyakan perkembangan Dapu di sekolah.
Dapu yang memutuskan untuk putus sekolah, sehari-harinya hanya dihabiskan untuk bermain dan ikut ibunya berdagang. Dapu tidak
ingin sekolah kembali, karena takut jika tidak naik kelas lagi. Hal tersebut, sangat merugikan untuk masa depan Dapu, terlebih Dapu
belum menyelesaikan wajib belajar 9 tahun. Perlu diberikan penanganan khusus untuk anak seperti Dapu, baik dari guru kelasnya,
orang tua, dan lembaga pendidikan setempat agar Dapu dapat kembali sekolah.
2. Responden 2