68 jenjang sekolah dasar. Orang tua Dipa tidak merasa keberatan jika Dipa
memutuskan untuk putus sekolah, karena mereka sadar orang tuanya hanya selesai sekolah dasar saja.
Usia Dipa yang masih merupakan usia sekolah, kesehariannya digunakan untuk bekerja. Dipa menjadi tukang kayu, mengolah kayu
menjadi meja, kursi, almari, dan lain-lain. Dipa tidak setiap hari bekerja, jika merasa malas, Dipa hanya pergi bermain dengan teman
sebanyanya dan terkadang membantu ayahnya pergi ke luar kota untuk memasok kayu. Dipa sudah mahir dalam mengolah kayu menjadi
barang bernilai ekonomis tinggi. Kemampuan yang dimiliki Dipa dipelajarinya secara otodidak. Dipa mempunya cita-cita ingin memiliki
pabrik mebel yang besar. Keinginan Dipa akan terwujud jika pemerintah daerah setempat memperhatikan bakat dan minat yang
dimiliki oleh Dipa dan mewadahinya dalam suatu lembaga yang berkesesuaian.
Ketika disinggung
tentang paket
B yang
diselenggarakan pemerintah, Dipa tidak tertarik sama sekali, karena pada dasarnya sudah malas untuk berfikir, sehingga Dipa memilih
untuk bekerja.
5. Responden 5
a. Profil
Pars nama samaran adalah gadis berusia 18 tahun, lahir pada tanggal 15 agustus 1995. Pars merupakan anak ke-6 dari 8 bersaudara,
mengalami putus sekolah ketika kelas VIII, pada salah satu Madrasah
69 Tsanawiyah swas MTs di Kecamatan Dlingo. Pars adalah anak yang
rajin membantu pekerjaan orang tua, santun, penurut, dan pemalu. Pars bersal dari keluarga yang perekonomiannya lemah. Ayah Pars bekerja
sebagai tukang kayu dan ibu Pars berprofesi sebagai buruh tani, karena tidak mempunyai lahan pertanian sendiri. Pars merupakan anak yang
sangat menerima dengan keadaan keluarganya yang serba kekurangan, Pars tidak pernah malu dengan keadaan keluarganya, meskipun banyak
yang mengejeknya. b.
Latar belakang dan sebab putus sekolah Pars P18 perempuan yang sangat rajin membantu pekerjaan
orang tua, santun, penurut, dan pemalu. Pars mengalami putus sekolah ketika kelas VIII, pada salah satu Madrasah Tsanawiyah swasta MTs
di Kecamatan Dlingo. Sebab Pars mengalami putus sekolah adalah: 1 Kondisi perekonomian keluarga; 2 Ingin bekerja.
Pars mengalami putus sekolah karena kondisi perekonomian keluarga. Penghasilan kedua orang tua Pars hanya mampu mencukupi makan
sehari-hari. Terkadang Pars tidak mendapatkan uang saku karena ayah dan ibunya tidak mempunyai uang. Meskipun ke-5 kakak Pars sudah
berkeluarga dan mempunyai rumah sendiri, terkadang mereka masih meminta sokongan materil dari kedua orang tua Pars.
Sekolah Pars tidak memperoleh dana BOS, karena sekolah Pars merupakan sekolah yang belum lama berdiri di Kecamatan Dlingo,
sehingga masih memberlakukan penarikan BP3 dan iuran dari siswa
70 untuk operasional sekolah. Setiap bulan Pars harus membayar
Rp55.000,00 sebagai uang BP3 dan terkadang Pars harus menunggak beberapa bulan. Pars merupakan anak yang pintar, Ia mendapat
beasiswa prestasi dari sekolahnya, namun beasiswa tersebut tidak diberikan langsung kepada Pars. Beasiswa yang diterima Pars ditahan
oleh sekolah, karena Pars belum mampu melunasi BP3 yang telat selama 3 bulan. Akhirnya Pars berpikiran untuk bekerja setelah
sepulang sekolah dan uangnya dapat digunakan untuk melunasi BP3nya. Pars, tidak bisa mengimbangi antara bekerja dan sekolah,
sehingga Pars memutuskan untuk keluar dari sekolah dan bekerja menjadi karyawan disebuah usaha laundry hingga sekarang.
6. Responden 6