Evaluasi Proses Process Evaluation
Hal ini juga diperkuat oleh dr. Fadlinah, yaitu “… jadi harus dikonseling dulu baik-baik. Target kita bagaimana mereka bisa produktif.”
42
Peranan keluarga dalam menanggulangi penyalahgunaan NAPZA merupakan
salah satu langkah dini yang efektif. Perlunya dikembangkan menjadi komitmen seluruh keluarga.
43
Dari data di atas dapat penulis simpulkan bahwa layanan konseling selalu diberikan kepada pasien maupun keluarga. Seperti yang
dikutip dari Isbandi Rukminto Adi, Zastrow melihat keluarga sebagai suatu sistem yang anggotanya saling berinteraksi dan mempunyai saling
ketergantungan satu sama lain. Zastrow mengemukakan alasan lain untuk menempatkan keluarga sebagai fokus perhatian, karena keikutsertaan
partisipasi dari anggota keluarga biasanya diperlukan dalam proses ‘penyembuhan’ klien. Misalnya saja, bila seseorang merasa bahwa
kebiasannya untuk menggunakan Narkoba bukanlah suatu hal yang salah, maka anggota keluarga yang lainnya akan dapat mengingatkannya bahwa
ia sedang mengalami suatu masalah. Bahkan lebih jauh lagi, anggota keluarga tersebut dapat saling memperkuat proses terapi sekurang-
kurangnya memberikan dukungan moral terhadap si pecandu tersebut. Salah satu metode ‘penyembuhan’ yang digunakan untuk mengatasi
masalah dalam keluarga adalah melalui terapi keluarga atau menurut
42
Wawancara Pribadi dengan dr. Fadlinah, Jakarta 02 Mei 2014.
43
A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa Jakarta: PT. Forum Media Utama, 2010, h.213.
Zastrow dikenal pula dengan nama konseling keluarga.
44
Para pasien juga bisa saling berbagi pengalaman melalui Kelompok Dukungan Sebaya
KDS. Berdasarkan data di atas, maka kegiatan konseling yang dilakukan
kepada pasien maupun keluarga dinilai relevan karena keikutsertaan
keluarga dapat membantu dan men-support pasien sebagai salah satu upaya pemulihannya.
2 Pelaksanaan Pemberian Metadon
Metadon oral atau minum, yaitu obat opiat pengganti yang efektif untuk pecandu heroin, penggunaan metadon dengan oral atau diminum
dapat menghilangkan atau mengurangi penggunaan heroin.
45
Metadon akan diberikan oleh perawat yang diberikan wewenang oleh Dokter.
Petugas kesehatan atau perawat akan mengajak pasien berkomunikasi untuk memastikan bahwa metadon telah ditelan. Selanjutnya pasien harus
menandatangani buku yang tersedia sebagai bukti bahwa pasien telah menerima dosis metadon hari itu.
46
Pasien yang mengikuti PTRM harus melalui beberapa tahapan mengenai dosis yang akan dijalankannya, yakni
tahap penerimaan, tahap inisiasi, tahap stabilisasi, penambahan dosis, tahap rumatan hingga fase penghentian metadon.
44
Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial Depok: FISIP UI Press, 2005, h. 155.
45
Komisi Penanggulangan AIDS KP, HIV dan AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba, h. 38.
46
Observasi Penulis, Jakarta, 30 April 2014.
Terhadap calon pasien PTRM akan dilakukan skrining atas kriteria calon pasien, pemberian informasi mengenai PTRM, assessment
dan penyusunan rencana terapi, penjelasan tentang pentingnya keterlibatan keluarga seperti yang telah dijelaskan pada konseling
keluarga. Setelah itu, dokter akan mengambil keputusan apakah calon pasien akan diterima sebagai pasien PTRM atau dirujuk terapi lain yang
lebih sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan assessment. Jika pecandu heroin atau calon pasien sudah terima menjadi
pasien maka ia akan menjalani tahap inisiasi. Dosis awal metadon adalah 20-30 mg untuk tiga hari pertama. Pasien akan diobservasi selama 45
menit setelah pemberian dosis awal untuk memantau tanda-tanda gejala putus obat sakaw. Jika terjadi gejala putus obat sakaw maka dosis
akan dimodifiasi sesuai dengan keadaan. Selanjutnya pasien harus datang setiap hari ke Puskesmas
Kecamatan Tebet untuk menjalani tahap stabilisasi yang bertujuan untuk menaikkan dosis secara perlahan sehingga memasuki tahap rumatan. Pada
tahap ini menaikkan dosis awal 5-10 mg tiap 3-5 hari, total kenaikan dosis tidap minggu tidak boleh lebih 30 mg. Apabila pasien masih
menggunakan heroin maka dosis metadon perlu ditingkatkan. Pasien bisa mendapatkan penambahan dosis melalui beberapa
kriteria penambahan dosis sebagai berikut:
a. Adanya tanda dan gejala putus opiat yang diukur melalui skala
putus opiat obyektif dan subyektif. b.
Jumlah danatau frekuensi penggunaan opiat tidak berkurang. c.
Craving tetap masih ada. Prinsip terapi pada PTRM adalah start low go slow aim high yang
artinya memulai dosis yang rendah adalah aman, peningkatan dosis perlahan adalah aman, dan dosis rumatan yang tinggi adalah lebih efektif.
Pada tahap rumatan umumnya pasien akan bertahan dalam dosis pemeliharaan 60-120 mg per hari. Fase ini dapat berjalan selama
bertahun-tahun sampai perilaku stabil, baik dalam bidang pekerjaan, emosi maupun kehidupan sosial.
Metadon dapat dihentikan secara bertahap perlahan tapering off jika pasien sudah dalam keadaan stabil secara klinis dan psiokososial,
serta bebas heroin selama minimal enam bulan. Jika kondisi emosi pasien tidak stabil, dosis dapat dinaikkan kembali.
47
Dari data di atas dapat penulis simpulkan bahwa pemberian metadon kepada pasien dilakukan dan diawasi secara khusus oleh dokter
dan perawat. Pasien melalui beberapa tahapan untuk mendapatkan dosis yang stabil hingga tapering off.
Dari hasil wawancara penulis dengan pasien, pada tahap dosis awal biasanya pasien masih menggunakan Narkoba lain selain metadon
47
Dyah Purwaning R, Standar Operasional dan Prosedur PTRM, h. 4-5.
atau yang biasa disebut mix atau selip. Hal ini disebabkan dosis metadon yang diberikan belum stabil dan belum mencapai dosis pemeliharaan.
Pasien berinisal DZ mengakui bahwa, “… dua atau tiga tahun pertama saya masih selip putaw, benzo, alprazolam. Tapi setelah itu tidak pernah
sama sekali.”
48
Pada dosis pemeliharaan juga terdapat pasien yang masih menggunakan NAPZA seperti heroin, alprazolam. Biasanya pasien
beralasan menggunakan NAPZA karena suggest atau merasa rindu menggunakan NAPZA, sedang mengalami masalah yang berat sehingga
membutuhkan obat penenang yang didapat secara illegal. Program Terapi Rumatan Metadon Kecamatan Tebet melakukan 2-3 kali tes urin secara
mendadak untuk mewaspadai pasien yang memakai NAPZA lain. Penggunaan NAPZA lain selain metadon diakui oleh pasien:
Engga munafik saya pernah mix menggunakan NAPZA lain selain metadon. Seminggu yang lalu saya pakai
putaw disuntik, itu sekali aja karena suggest kangen. Sebenarnya sakaw bisa di ilangin sama metadon tapi
suggest engga bisa. Petugas dokter dan perawat tahu karena sering ada tes urine. Nah, karena faktor itu saya
engga dikasih THD karena positif.
49
Hal ini juga diperkuat oleh pasien lain berinisial AJ yang pernah menggunakan NAPZA lain selain metadon.“… putaw aja mungkin bulan
lalu disuntik. Pakainya kadang-kadang aja karena masih kangen, sekalian saya juga anggapnya cuma refreshing, engga rutin dan jadi
48
Wawancara Pribadi dengan DZ, Jakarta 02 Mei 2014.
49
Wawancara Pribadi dengan YJ, Jakarta 30 April 2014.
kebiasaan. Metadonnya sih sebenarnya udah nutup ya.. Cuma ya itu rasa kangennya.”
50
Puskesmas Kecamatan Tebet melakukan antisipasi dan sanksi untuk masalah pasien yang masih menggunakan NAPZA lain selain
metadon dengan mengadakan tes urine 2-3 kali dalam setahun secara mendadak. Hal ini diutarakan oleh dr. Elizabeth:
Masalah nge-mix penggunaan NAPZA lain selain metadon itu pasti ada, tapi kita melaksanakan
pengawasan dalam setahun 2-3 kali tes urine. Selain itu, ada tindakan jika hasil tes urine positif kita akan lakukan
konseling kenapa ia masih menggunakan zat lain. Dari hasil konseling kita bisa melihat apakah ia perlu dinaikan
dosisnya atau tidak. Jika ia melakukan THD maka THD- nya akan kita evaluasi atau cabut.
51
Berdasarkan data di atas, maka pemberian metadon di Puskesmas Kecamatan Tebet berdasarkan indikator efisiensi dinilai efektif karena
pemberian metadon mengikuti tahapan dosis yang serta dosis pemberian metadon kepada pasien ditentukan oleh dokter dan dilakukan oleh
petugas kesehatan. Namun terdapat kendala yang dihadapi dalam pemberian metadon ini, yaitu pasien yang masih menggunakan Narkoba
jenis lain selain metadon. Hal tersebut memberi kekhawatiran karena penggunaan Narkoba yang dicampur dapat mengakibatkan overdosis.
52
Pencegahan dilakukan melalui tes urine yang dapat dilakukan sewaktu-
50
Wawancara Pribadi dengan AJ, Jakarta 30 April 2014.
51
Wawancara Pribadi dengan Koordinator PTRM dr. Elizabeth, Jakarta 02 Mei 2014.
52
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Modul dan Kurikulum Pelatihan Program Terapi Rumatan Metadon PTRM Jakarta: DepKes RI, 2007, h. 161.
waktu. Berdasarkan data dari table berikut dapat diketahui jumlah pasien yang positif menggunakan zat-zat illegal:
TABEL 4.4 HASIL TEST URIN PASIEN METADON
DESEMBER 2012
JULI 2013
DESEMBER 2013
JUMLAH PASIEN MENGIKUT TEST
64 69
73 AMPHETAMINE
SHABU-SHABU 1
BENZO 26
13 17
OPIAT 3
7 6
GANJA 3
5 6
Sumber: PTRM Puskesmas Kecamatan Tebet
3 Dosis Bawa Pulang Take Home Dose
Pasien dapat diberikan dosis bawa pulang Take Home DoseTHD jika pasien tidak dapat hadir di klinik karena suatu sebab
yang dapat dipertanggung jawabkan.
53
Kriteria pasien dengan dosis bawa pulang: a Pasien secara klinis stabil; b Pasien bersikap kooperatif,
tidak melakukan kekerasan; c Pasien memiliki aktifitas rutin bekerja, seolah atau kuliah yang dibuktikan dengan surat keterangan; d Pasien
dapat bertanggung jawab atas dosis yang dibawa pulang; e Hasil
53
Kementerian Kesehatan RI, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 57 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan PTRM Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2013, h. 43.
pemeriksaan urine benzo dan opiat negatif pada saat mengajukan permohonan dosis bawa pulang THD.
Dosis bawa pulang THD bagi pasien yang belum melewati masa stabil dapat dilakukan hanya untuk keadaan sangat mendesak, seperti
sakit, kecelakaan, musibah bencana alam, kebakaran, kebanjiran, keluarga inti meninggal, dan menjalani masa tahanan pada lapas atau
rutan yang belum tersedia layanan PTRM.
54
Namun dosis bawa pulang THD dapat dihentikan bila hasil spot cek positif untuk opiat dan benzo yang menandakan adanya
penyalahgunaan tidak terkait dengan penggunaan secara medis legal, pasien melakukan tindak kekerasan, menyalahgunakan THD dijual,
diberikan kepada orang lain, menjual NAPZA illegal, dan pasien lupa menggambil dosis metadonnya lebih dari tiga hari.
Dari data di atas dapat penulis simpulkan bahwa pemberian dosis bawa pulang THD begitu membantu pasien yang memiliki aktifitas
rutin seperti bekerja dan sekolah, serta yang mendapatkan keadaan mendesak. Seperti yang diutarakan oleh pasien yang mendapatkan dosis
bawa pulang, “THD Take Home Dose dua hari sekali, kalau datang rutin setiap hari kesini pekerjaan saya kan bisa rusak engga ke handle.
Namanya kita kerja kan mengikuti waktu kerja yang ada tapi dengan THD kita bisa nyiasati waktu ke Puskesmas”
55
54
Dyah Purwaning R, Standar Operasional dan Prosedur PTRM, h. 5-6.
55
Wawancara Pribadi dengan AJ, Jakarta 30 April 2014.
Manfaat dari dosis bawa pulang THD juga dirasakan oleh pasien yang pernah mengalami keadaan mendesak, “Saya pernah dapat THD
Take Home Dose jika ada pertemuan keluarga atau saat saya lagi sakit dan untuk syaratnya, misalnya waktu saya ada acara ke Bali tiket
pesawat saya diminta supaya tidak disalahgunakan.”
56
Berdasarkan data di atas, Take Home Dose THD untuk indikator
cakupan dinilai tepat karena dapat membantu pasien yang memiliki aktifitas rutin, seperti sekolah, bekerja sehingga pasien tidak perlu datang
setiap hari ke Puskesmas.
4 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan untuk pasien metadon diberikan dengan sistem rujukan ke poliklinik atau bagian lain jika pasien mengalami
gangguan kesehatan. Selain itu, Puskesmas Kecamatan Tebet juga menyediakan pemeriksaan laboratorium seperti VCT Voluntary
Counseling and Testing untuk mengetahui status HIV, urine opiate, LFT Tes Fungsi Hati. Dari data di atas dapat penulis simpulkan bahwa
pelayanan kesehatan secara umum juga diberikan kepada pasien PTRM melalui rujukan.
Dalam hal pelayanan perlu ada peningkatan dan perbaikan dalam kualitas pelayanan metadon dengan pengawasan yang lebih ketat dalam
pemberian metadon. Hal ini diungkapakan oleh pasien, “Sudah baik sih
56
Wawancara Pribadi dengan DZ, Jakarta 02 Mei 2014.
pelayanan program metadon, tingkatin ini aja kualitas pelayanan”
57
Hal yang sama juga diperkuat oleh pasien berinisial DZ, “Sudah cukup memuaskan dan nyaman”
58
Menurut pasien DZ pelayanan secara keseluruhan yang diberikan PTRM sudah membuat pasien DZ stabil dan
dapat bertahan mengikuti PTRM. Pelayanan kesehatan dinilai tepat guna atau efisien karena para
pasien metadon mendapatkan pelayanan kesehatan secara umum dan juga rujukan ke spesialis sesuai dengan kondisi atau keluhan kesehatannya.
Berdasarkan data pada evaluasi proses di atas, penulis menilai bahwa pemberian metadon sudah sesuai karena berdasarkan resep dan penilaian dokter.
Kegiatan konseling dinilai tepat untuk memberi penilaian kepada pasien baru apakah mereka benar-benar siap untuk mengikuti program dan mengetahui kondisi kejiwaan
pasien selama pelaksanaan program serta dukungan keluarga dapat membantu proses pemulihan pasien. Pelayanan kesehatan juga sudah melingkupi kebutuhan para
pasien metadon seperti adanya VCT untuk mengetahui status HIV pasien. Temuan penting dari hasil wawancara penulis dengan 6 orang pasien yang menjadi subjek
penelitian, diketahui bahwa 5 orang masih menggunakan opiat atau Narkoba selain metadon.
57
Wawancara Pribadi dengan AJ, Jakarta 30 April 2014.
58
Wawancara Pribadi dengan DZ, Jakarta 02 Mei 2014.