Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Salah satu jenis Narkoba yang umum digunakan adalah heroin. Heroin mengandung sebuah zat yang dikenal dengan nama zat opium. Dalam position
letter yang dibuat bersama antara World Helath Organization WHO, United Nation Offices on Drugs and Crime UNODC dan Joint United Nations
Programme on HIVAIDS UNAIDS pada tahun 2004 dikatakan bahwa ketergantungan terhadap zat opium membutuhkan waktu yang panjang untuk
perawatannya.
6
Heroin dikenal sebagai putaw karena berbentuk bubuk putih. Heroin adalah obat bius yang sangat mudah membuat orang kecanduan dan memiliki efek
kuat. Obat ini bisa ditemukan dalam bentuk cairan dan bubuk. Heroin memberikan efek yang sangat cepat kepada pengguna baik fisik maupun mental.
Bila pemakai berhenti mengkonsumsi akan mengalami rasa sakit yang berkelanjutan. Heroin punya kekuatan dua kali lebih kuat dari morfin dan
merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan di Indonesia akhir-akhir ini.
7
Proses pembuatan heroin merupakan kegiatan yang sangat penting dalam dunia kejahatan Narkoba terutama dalam meningkatkan nilai harga gelap
dipasaran bebas. Penggunaan heroin ada yang dengan jalan menghisap asap rokoknya atau menyuntikkan kedalam pembuluh darah. Akibat fatal dapat terjadi
dengan adanya kelebihan takaran atau dari jarum suntik yang tidak steril.
6
Dhoho A Sastro, ed., Membongkar Praktik Pelanggaran Hak Tersangka di Tingkat Penyidikan: Studi Kasus Terhadap Tersangka Kasus Narkotika di Jakarta Jakarta: LBH
Masyarakat, 2012, h. 78.
7
Komisi Penanggulangan AIDS KPA, HIV dan AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba Jakarta: KPAN, h. 33-34.
Korbannya akan mengalami infeksi Hepatitis, HIV dan AIDS bahkan over dosis OD yang berakhir dengan kematian.
8
Bidang kesehatan merupakan displin Ilmu Kesejahteraan Sosial karena bidang kesehatan dianggap sebagai salah satu indikator utama dari
berkembangnya kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah geografis tertentu. Dalam kaitan dengan bidang kesehatan, banyak sekali isu-isu yang bersinggungan
langsung dengan Ilmu Kesejahteraan Sosial, umumnya adalah bahasan kesehatan yang menyinggung aspek sosial dari kesehatan. Salah satu isu yang sering dibahas
ialah isu pencegahan dan penanggulangan Narkoba, prevensi penyakit menular seperti HIVAIDS.
9
Upaya masalah penanganan Narkoba terutama untuk pecandu Heroin dilakukan salah satunya dengan mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon
PTRM. Program Terapi Rumatan Metadon PTRM merupakan salah satu dari program pengurangan dampak buruk Napza atau dikenal dengan istilah Harm
Reduction.
10
Metadon adalah obat sintetis yang termasuk golongan opiat seperti halnya heroin, kodein dan morfin. Seseorang yang kecanduan heroin atau opiat
lain mengalami ketergantungan secara fisik dan secara mental. Jika kadar opiat di tubuh pengguna turun di bawah angka tertentu maka ia akan mengalami gangguan
gejala putus obat sakaw.
11
8
Sumarmo Masum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat Jakarta: CV Haji Masagung, 1987, h. 77-79.
9
Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial Depok: FISIP UI Press, 2005, h. 65-67.
10
Harm Reduction adalah pengurangan dampak buruk NAPZA sebagai upaya pencegahan terhadap dampak buruk NAPZA tanpa perlu mengurangi jumlah penggunanya. Dengan kata lain,
harm reduction lebih mengutamakan pencegahan dampak buruk NAPZA, bukan pencegahan penggunaan NAPZA.
11
KPA, HIV dan AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba, h. 39.
Program Terapi Rumatan Metadon PTRM salah satunya dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
494MENKESSKVII2006 tentang Penetapan Rumah Sakit dan Satelit Uji Coba Pelayanan Terapi Rumatan Metadon, pada pasal 1 ayat 10 menyatakan bahwa,
“Terapi rumatan medis adalah suatu terapi jangka panjang minimal enam bulan bagi klien ketergantungan Opioida dengan menggunakan golongan opioid sintetis
agonis Metadon atau agonis parsial Bufrenorfin dengan cara oral atau sub- lingual, dibawah pengawasan dokter terlatih, dengan merujuk pada pedoman
nasional”.
12
Sehubungan dengan permasalahan diatas diharapkan Program Terapi Rumatan Metadon PTRM dapat memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menstabilkan hidupnya dan mengurangi risiko agar tidak tertular virus seperti HIV, hepatitis dan virus lain yang diangkut melalui aliran darah. Selain itu,
program pemeliharaan metadon menawarkan kesempatan bagi peserta untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga, menemukan pekerjaan dan bertahan
dalam pekerjaan itu agar merasa lebih sehat secara fisik dan psikologis. Perubahan pada gaya hidup ini dapat memberikan kepercayaan diri dan dorongan untuk
segera berhenti menggunakan Narkoba. Namun perlu diketahui penggunaan Narkoba lain selain metadon biasanya
dilakukan pasien pada tahap awal pemberian metadon. Ini disebabkan oleh karena dosis yang diberikan belum stabil dan belum mencapai dosis pemeliharaan.
Sementara peserta melanjutkan penggunaan opiat mereka juga mungkin memakai Narkoba atau obat lain seperti alkohol atau benzodiazepine. Kekhawatiran utama
12
Kemenkumham, “Berita Negara Republik Indonesia,” artikel diakses pada 16 Januari 2014 dari
http:ditjenpp.kemenkumham.go.idarsipbn2011bn825-2011.pdf
dalam hal ini adalah bahwa penggunaan Narkoba yang dicampur dapat mengakibatkan over dosis.
13
Berkaitan dengan hal itu, pengawasan sangatlah penting untuk keberhasilan suatu program maka penulis tetarik untuk meneliti Program Terapi
Rumatan Metadon PTRM sebagai pengalihan Narkoba bagi pecandu heroin yang digunakan Puskesmas Kecamatan Tebet.
Penulis memilih Puskesmas Kecamatan Tebet diantaranya karena jumlah pasien PTRM di Puskesmas Kecamatan Tebet yang berjumlah 85 orang
merupakan Puskesmas dengan jumlah pasien terbanyak di Jakarta Selatan dan PTRM disana telah berjalan cukup lama sejak tahun 2007.
14
Selain itu, belum ada kajian literatur program studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah yang
membahas mengenai Program Terapi Rumatan Metadon ini. Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti Program Terapi Rumatan Metadon PTRM dengan
judul “Evaluasi Program Terapi Rumatan Metadon bagi Pecandu Heroin di Puskesmas Kecamatan Tebet”.