Tahap Dosis Metadon Program Terapi Rumatan Metadon PTRM

tahun sampai perilaku stabil, baik dalam bidang pekerjaan, emosi maupun kehidupan sosial. f. Dosis Bawa Pulang Take Home DoseTHD Dosis bawa pulang adalah pemberian dosis bawa pulang karena pasien tidak dapat hadir di klinik oleh karena suatu sebab yang dapat dipertanggungjawabkan. Pemberian THD mengikuti aturan pemberian dosis diencerkan. g. Tahap Penghentian Metadon Metadon dapat dihentikan secara bertahap perlahan tapering off. Penghentian metadon ini dilakukan jika pasien sudah dalam keadaan stabil, minimal enam bulan pasien bebas heroin, pasien dalam kondisi stabil untuk bekerja dan memiliki dukungan hidup yang memadai. Selain itu, perkembangan psikologis pasien harus diperhatikan. Jika keadaan emosi pasien tidak stabil maka dosis dapat dinaikkan kembali. 37

E. Pecandu

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika pasal 1 ayat 13, pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Pada pasal 1 ayat 14, ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan 37 Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Penyelenggaraan Program Terapi Metadon, h.40-41. apabila penggunaannya dikurangi danatau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas. Selain itu, pada pasal ayat 15, penyalah guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum. 38

F. Heroin

Heroin merupakan salah satu jenis narkoba golongan satu. Heroin dikenal sebagai putaw karena berupa bubuk putih. 39 Merupakan golongan narkotika semisintetis yang dihasilkan atas pengolahan morfin secara kimiawi melalui empat tahapan sehingga diperoleh heroin paling murni berkadar 80 hingga 90. Heroin murni berbentuk bubuk putih, sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan street heroin. Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri. 40 Heroin merupakan opiat yang paling sering disalahgunakan. Heroin memberi efek senang sesaat karena zat aktif heroin sebenarnya secara alamiah juga ada di dalam otak manusia. Ketika seseorang menggunakan heroin, maka kemampuan alamiah zat untuk mencapai kesenangan akan terhenti. Akibatnya untuk mendapatkan kesenangan, orang tersebut selalu tergantung sumber dari luar, yaitu heroin tersebut. 41 Selain itu, heroin dapat melegakan ketegangan, kegelisahan dan depresi, merasa 38 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. 39 Sunarno, Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya Semarang: PT. Bengawan Ilmu, 2007, h. 19. 40 Andi Hamzah dan RM Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika Jakarta: Sinar Grafika, 1994, h. 18. 41 A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh karakter Bangsa Jakarta: PT. Forum Media Utama, 2010, h. 48-49. terlepas dari kesedihan emosional dan fisik atau rasa sakit dan dengan dosis yang tinggi dapat mengalami perasaan gembira tetapi hanya sementara. 42 Heroin atau putaw merupakan salah satu dari narkoba golongan I yang menimbulkan ketergantungan terhadap si pemakai. Penggunaan heroin ada dengan cara dihisap aromanya, dimakan dan dengan cara disuntikkan yang jika alat suntik yang digunakan tidak steril akan menjadi media penularan HIVAIDS. 43 Pengaruh jangka pendek penggunaan heroin meliputi pupil yang mengecil, rasa mual, muntah, sering menguap karena merasa mengantuk, nafas berat dan melemah, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan ketidakpedulian. Heroin sangat adiktif dan para pemakai dapat dengan cepat mengembangkan ketergantungan secara fisik dan psikologi. Heroin bersifat addict begitu pemakai menghentikan penggunaan heroin secara tiba-tiba menyebabkan gejala-gejala penarikan yang dapat menjadi parah seperi kejang-kejang, diare, gemetaran kepanikan, ingusan, kedinginan, berkeringat, sakit kepala dan nyeri tulang. 44 Keadaan tersebut dinamakan sakaw, keadaan ini menyebabkan sakit yang luar biasa. Tumbuh rasa ketagihan dalam diri pemakai yang membuat ia menaikkan dosis heroinnya. Hal inilah yang menyebabkan pemakai menjadi OD over doses. Jika tubuh seseorang tidak mampu lagi untuk menerima dan menetralisir banyaknya obat yang dikonsumsi, maka orang tersebut akan meninggal. 45 42 Badan Narkotika Nasional, Pelajar dan Bahaya Narkotika Jakarta: BNN, 2010, h.27. 43 Sunarno, Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya, h.20-21. 44 Badan Narkotika Nasional, Pelajar dan Bahaya Narkotika, h. 27-28. 45 Sunarno, Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya, h.23-24.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Menjalankan Program Terapi Pada Pasien Terapi Rumatan Metadon Di Puskesmas Bogor Timur Kota Bogor

0 30 138

PENDAHULUAN Pengaruh Konseling Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Program Terapi Rumatan Metadon Di Puskesmas Manahan Solo.

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Konseling Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Program Terapi Rumatan Metadon Di Puskesmas Manahan Solo.

0 1 4

PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI Pengaruh Konseling Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Program Terapi Rumatan Metadon Di Puskesmas Manahan Solo.

0 0 15

PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON Pengaruh Konseling Terhadap Penurunan Depresi Pada Pasien Program Terapi Rumatan Metadon Di Puskesmas Manahan Solo.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KETERATURAN TERAPI RUMATAN METADON DI KLINIK Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Keteraturan Terapi Rumatan Metadon di Klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Manahan Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERATURAN TERAPI RUMATAN METADON DI KLINIK PROGRAM TERAPI Hubungan Antara Tingkat Depresi dengan Keteraturan Terapi Rumatan Metadon di Klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Manahan Surakarta.

0 2 14

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Depresi dengan Keteraturan Terapi Rumatan Metadon di Klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Manahan Surakarta.

0 1 4

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERATURAN TERAPI RUMATAN METADON DI KLINIK PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON Hubungan Antara Tingkat Depresi dengan Keteraturan Terapi Rumatan Metadon di Klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Manahan

0 0 19

Faktor Yang Melatarbelakangi Keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) Pengguna Heroin Dalam Mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar.

0 2 33