Analisis Data Hubungan Pemberian Kurma (Phoenix dactylifera L) varietas Ajwa terhadap Kadar LDL darah

sisa VLDL IDL atau LDL sehingga kadar lipid di dalam darah akan berkurang. 2 Flavonoid juga mengaktivasi enzim sitokrom P450 dan b5. Aktivasi enzim ini akan mempengaruhi metabolisme lipid. Mekanismenya melalui ikatan antara enzim P450 dengan asam empedu yang berakibat pada peningkatan ekskresi kolesterol dan asam empedu. Hal ini akan mengurangi kadar kolesterol di sirkulasi. Selain itu, flavonoid secara langsung dapat mengaktivasi reseptor LDL. 19 Peneliatian mengenai efek kurma terhadap kadar LDL sebelumnya juga dilakukan oleh Henchiri Cherifa et al. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 52 responden manusia sehat yang diberikan kurma jenis Tamesrit dan Gharst sebanyak 7 buah per hari selama 21 hari. Hasil penelitian pada jenis kurma Tamesrit tidak sejalan dengan peneltian ini yaitu didapatkan penurunan LDL yang signifikan sebesar 12 yaitu 126 ± 21 mgdL sebelum pemberian kurma dan 111 ± 19 mgdL setelah 21 hari pemberian kurma. 5 Sedangkan, hasil penelitian jenis kurma Ghars sejalan dengan penelitiani ini yaitu tidak didapatkan peningkatan yang bermakna yaitu 107 ± 16 mgdL sebelum pemberian kurma dan 111 ± 30 mgdL setelah 21 hari pemberian kurma. 5 Perbedaan hasil LDL pada kedua jenis tersebut kemungkinan karena pada jenis Tamesrit, kandungan polifenol dan aktivitas antioksidan lebih tinggi dibanding jenis Ghars. 5 Terdapat beberapa alasan yang menjelaskan perbedaan hasil hipotesis yang diajukan. Pertama, kemungkinan terdapat perbedaan komposisi biokimia aktivitas antioksidan, polyphenol, glukosa, fruktosa, sukrosa, gula tereduksi, serat larut, serat tak larut, kandungan air, dan protein antara kurma jenis Ajwa dengan kurma jenis Tamesrit. Kedua, jumlah hari yang dilakukan untuk pemberian kurma Ajwa kepada partisipan belum cukup sehingga hasil yang didapatkan belum maksimal. Ketiga, pemberian kurma dalam bentuk buah kurang efektif dibanding dengan pemberian dalam bentuk ekstrak kurma.

4.3. Hasil korelasi pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT dengan kadar LDL darah

Hasil pengukuran IMT pada responden dilakukan sebelum hari ke-0 dan sesudah pemberian kurma hari ke-29, data dapat dilihat pada gambar 4.4. Gambar 4.4. Hasil pengukuran IMT responden Berdasarkan pada uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan IMT sebelum dan sesudah pemberian kurma terdisribusi normal p ≥ 0,05. Sehingga dapat dilanjutkan dengan uji paired T-test lampiran 5. Pada uji paired T-test menunjukkan peningkatan rerata IMT yang bermakna dari 13 responden pada hari-0 dan hari-29 p≤0,05 lampiran 5. Gambar 4.4 menunjukkan terdapat peningkatan rerata IMT sebesar 0,33 ± 0,29 kgmm 2 . Meskipun secara statistik bermakna, dari 13 responden, hanya 1 yang IMTnya berubah dari normal menjadi overweight. 12 responden tidak mengalami perubahan status IMT 8 responden IMT tetap normal dan 4 responden IMT tetap overweight. Berdasarkan uji korelasi Pearson antara IMT dan kadar LDL, didapatkan koefisien korelasi Pearson 0,041 yang berarti terdapat korelasi positif lemah berbanding lurus dan sig 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan signifikan antara IMT dengan kadar LDL. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohsen et al bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan kadar lipid darah seperti HDL, LDL, trigliserida, dan total kolesterol p0,5. Hubungan positif tersebut terjadi pada partisipan yang memiliki aktivitas aktif maupun tidak. 31 Kemudian penelitian ini juga tidak