menggunakan metode konvensional. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan uji-t.
Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t untuk sampel yang homogen, maka diperoleh t
hitung
= 3,35 lihat lampiran 21. Menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikan 5, atau
= 0,05 diperoleh harga t
tabel
= 1,99. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9 Hasil Uji-t
t
hitung
t
tabel
α=0,05 Kesimpulan
3,35 1,99
Tolak H
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa t
hitung
lebih besar dari t
tabel
3,35
1,99 maka dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H
1
diterima dengan taraf signifikansi 5, berikut sketsa kurvanya:
Dari gambar 4.5 berarti t
hitung
tidak berada pada daerah penerimaan H .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H
1
diterima dengan taraf signifikansi 5. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
1,99 3,35
= 0,05
Gambar 4.5 : Kurva Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
kooperatif tipe FSLC lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional.
D. Pembahasan Penelitian
1.
Proses Pembelajaran di Kelas Penelitian pada kelompok eksperimen dilakukan dengan memberikan
model pembelajaran yang berbeda. Salah satu yang membedakan pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas control ialah setiap pertemuan masing-masing
siswa diberikan Lembar Kerja Siswa LKS yang didalamnya memuat soal-soal yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Setiap
soal permasalahan dalam LKS harus diselesaikan dengan tahapan Formulate- Share-Listen-Create FSLC. Siswa memformulasikan jawaban secara individu
terlebih dahulu kemudian mereka berbagi jawaban share dengan teman sekelompoknya untuk dapat mengetahui perbedaan dari masing-masing jawaban
yang dimiliki. Kemudian masing-masing anggota kelompok mendengarkan listen jawaban teman sekelompoknya. Setelah mereka mendengarkan jawaban
dari teman sekelompoknya dan menemukan perbedaan serta persamaan dari jawaban mereka maka masing-masing kelompok membuat create jawaban baru
yang didapat dari penggabungan jawaban-jawaban terbaik dari masing-masing anggota kelompok.
Ketika awal-awal pertemuan pembelajaran di kelas eksperimen melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC, siswa terlihat
bingung dengan model pembelajaran yang digunakan. Siswa masih belum paham dengan tahapan pembelajaran yang digunakan walaupun sudah dijelaskan oleh
peneliti. Ketika mengerjakan LKS pun beberapa kelompok terlihat belum sesuai dengan instruksi yang diberikan.
Perkembangan terlihat pada pertemuan selanjutnya sampai pertemuan yang terakhir, siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang
digunakan. Walaupun masih ada beberapa siswa yang belum bisa menyelesaikan soal permasalahan yang diberikan. Berikut adalah suasana kegiatan pembelajaran