Berpikir Orisinil Originality Pembahasan Penelitian

eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut: Soal nomor 5: Pak Rian ingin memperindah lantai rumahnya dengan luas 30 m 2 dengan memasang keramik. Setelah melihat katalog jenis dan ukuran keramik, akhirnya Pak Rian memilih keramik berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal I 30 cm. Jika keramik yang dibutuhkan sebanyak 1.000 buah, berapakah panjang diagonal II keramik tersebut ? Cara menjawab siswa kelas eksperimen: Gambar 4.11a Jawaban soal no 5 yang benar pada Kelas Eksperimen Gambar 4.11b Jawaban soal no 5 yang salah pada kelas eksperimen Berdasarkan pada gambar 4.11a dapat dilihat bahwa siswa mengerjakan dengan rinci. Langkah-langkah menemukan jawaban yang benar jelas dituliskan oleh siswa. Sedangkan pada gambar 4.11b dapat terlihat bahwa siswa juga menjawab dengan benar namun di awal menulis jawaban terdapat kesalahan. Pada bagian akhir juga terdapat kesalahan. Hal ini disebabkan siswa tidak memahami cara penulisan jawaban soal matematika dengan benar. Siswa pada kelas eksperimen rata-rata menjawab seperti pada gambar 4.11a sedangkan sebagian kecil menjawab seperti pada gambar 4.11b. beberapa siswa menjawab dengan variasi lain namun masih mirip dengan jawaban pada gambar 4.11a. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen rata-rata memiliki kemampuan berpikir rinci yang baik. Cara menjawab siswa kelas kontrol: Gambar 4.11c Jawaban soal no 5 yang benar pada kelas kontrol Gambar 4.11d Jawaban soal no 5 yang salah pada kelas kontrol Berdasarkan gambar 4.11c terlihat bahwa siswa menjawab dengan hasil yang benar namun masih terdapat kesalahan dalam penulisan langkahnya. Sedangkan pada gambar 4.11d terlihat bahwa siswa tidak memahami persoalan yang ditanyakan sehingga jawaban yang diberikan salah. Gambar 4.11a sampai dengan gambar 4.11d menunjukkan bahwa kemampuan bepikir kreatif matematis indikator berpikir rinci siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari jawaban soal nomor 5 yang benar lebih baik pada kelas eksperimen. Selain itu pada jawaban salah kelas eksperimen lebih baik daripada jawaban salah pada kelas kontrol. Hal ini dapat disebabkan siswa kelas eksperimen lebih memahami cara penulisan jawaban yang rinci. Siswa lebih memahami karena mereka sudah terbiasa pada saat pembelajaran menggunakan cara yang rinci untuk menjawab soal-soal di LKS yang guru berikan. Rata-rata siswa pada kelas kontrol menjawab seperti pada gambar 4.11d sedangkan sebagian lainnya menjawab seperti pada gambar 4.11c. Beberapa siswa bahkan tidak menjawab sama sekal. Ada siswa yang menjawab dengan jawaban versi lain tapi tidak berkaitan dengan yang ditanyakan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol. Jadi terlihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe FSLC pada pokok bahasan segiempat, yang diterapkan pada proses pembelajaran dalam penelitian di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan memberikan dampak positif pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Selain itu, selama penelitian dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC yang diterapkan pada kelas eksperimen menjadikan siswa memiliki aktivitas yang mengembangkan berpikir kreatif lebih baik. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Siswa juga dapat saling berbagi pengetahuan melalui jawaban masing- masing kelompok yang diberikan. Proses pembelajaran pun terasa menyenangkan karena model pembelajaran kooperatif tipe FSLC membuat setiap siswa berlomba-lomba dalam mengerjakan soal yang ada pada Lembar Kerja Siswa sehingga tidak adanya rasa jenuh dan bosan dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis yang baik. Sebaliknya dalam model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol menjadikan siswa kurang aktif dalam belajar. Siswa lebih fokus pada penjelasan guru dibandingkan mengeksplorasi pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Siswa hanya menerima materi yang guru berikan. Sehingga potensi berpikir kreatifnya menjadi tidak berkembang. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang diketahui nilai rata- rata kelas eksperimen 73 dan kelas kontrol 64,17. Hasil dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa H ditolak dan H 1 diterima yang menyatakan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe FSLC berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sehingga hasil akhir siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas kontrol.

E. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan memberikan kesimpulan yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun mempunyai keterbatasan diantaranya: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan segiempat saja, sehingga hasilnya belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. 2. Penelitian ini hanya dilakukan pada kelas VII SMP saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada siswa di tingkat SD atau SMA. 3. Alokasi waktu yang terbatas sehingga diperlukan persiapan yang lebih baik lagi agar siswa dapat terkontrol secara maksimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 4. Kemampuan berhitung siswa masih rendah sehingga cukup menghambat jalannya proses pembelajaran selama penelitian. 5. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada aspek kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sedangkan aspek lain tidak dikontrol. 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di SMPN 3 Tangerang Selatan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1 Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC memiliki nilai rata-rata 73. Tingkat indikator kemampuan berpikir kreatif dari yang paling baik adalah kemampuan berpikir lancar dengan rata-rata 84,72, kemampuan berpikir luwes dengan rata-rata 75, kemampuan berpikir orisinil dengan nilai rata-rata 69,44 dan yang paling rendah adalah kemampuan berpikir rinci dengan nilai rata-rata 65,56. 2 Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya diterapkan model pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran ekspositori memiliki nilai rata-rata 64,17. Tingkat indikator kemampuan berpikir kreatif dari yang paling baik adalah kemampuan berpikir lancar dengan rata-rata 74,44, kemampuan berpikir luwes dengan rata-rata 66,39, kemampuan berpikir orisinil dengan nilai rata-rata 58,61dan yang paling rendah adalah kemampuan berpikir rinci dengan nilai rata-rata 58,52. 3 Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran koopertif tipe FSLC lebih tinggi dari pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata- rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis kelompok eksperimen adalah sebesar 73 dan nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis kelompok kontrol adalah sebesar 64,17. Selisih dari nilai kemampuan berpikir kreatif matematis kedua kelas sebesar 8,83. Perbedaan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan pengaruh perlakuan selama proses pembelajaran. Secara kualitatif, siswa yang dalam pembelajarannya diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan model konvesional. Selain itu, berdasarkan analisis dengan uji-t, maka diperoleh hasil t-hitung 3,35 dan t-tabel pada signifikansi 5 sebesar 1,99, maka nilai � ��� �� � � �� berarti � ditolak artinya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis.

B. SARAN

Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada beberapa saran penulis terkait penelitian ini, diantaranya: 1 Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sehingga pembelajaran tersebut dapat menjadi salah satu variasi pembelajaran matematika yang dapat diterapkan. 2 LKS sebagai bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai perkembangan kemampuan berpikir kreatif siswa. Guru dapat membuat Lembar Kerja Siswa yang lebih menarik dan konstruktif dalam berbagai pokok bahasan matematika lain. 3 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji seberapa besar pengaruh model pembelajaran koopeartif tipe FSLC terhadap masing-masing indikator kemampuan berpikir kreatif matematis. 4 Perlu dilakukan penelitian dengan jangka waktu yang lebih maksimal dengan model pembelajaran FSLC atau dengan model pembelajaran lain yang dikombinasikan dengan FSLC. Sehingga terdapat peningkatan yang signifikan pada kemampuan berpikir kreatif matematis. 5 Perlu dilakukan penelitian dengan persiapan yang lebih maksimal terutama untuk instrumen pembelajaran dan instrumen tes. Sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa tergali secara maksimal. 6 Guru ataupun peneliti hendaknya mempunyai kemampuan menguasai kelas dengan baik. Hal ini disebabkan jika guru tidak memiliki kemampuan mengendalikan kelas ataupun siswa-siswa dengan baik maka gurupeneliti akan kesulitan dalam mengatur waktu pembelajaran. Seperti yang kita ketahui pada proses pembelajaran kooperatif siswa menjadi aktif berkomunikasi dengan teman-temannya. Hal ini sering dimanfaatkan oleh siswa yang tidak berminat belajar untuk bercanda dengan temannya. Akibat buruknya tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal. Untuk membuat siswa patuh pada peraturan pembelajaran guru dapat memberikan sanksi bagi siswa yang melanggar peraturan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pmbelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

3 13 162

Pengaruh pembelajaran Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) terhadap kemampuan representasi visual matematis siswa

4 21 185

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF-CONCEPT SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FORMULATE-SHARE-LISTEN-CREATE (FSLC).

4 13 49

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FORMULATE-SHARE-LISTEN-CREATE (FSLC) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIK SISWA SMP.

7 43 33

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FORMULATE-SHARE-LISTEN-CREATE (FSLC).

0 3 46

PROFIL KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MODEL KOOPERATIF TIPE FORMULATE-SHARE-LISTEN-CREATE (FSLC) DITINJAU DARI PENALARAN MATEMATIS SISWA DI SMPIT AT-TAQWA SURABAYA.

0 2 168

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF-CONCEPT SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FORMULATE-SHARE-LISTEN-CREATE (FSLC) - repository UPI T MAT 1201409 Title

0 1 3

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF INFORMAL TIPE FORMULATE SHARE LISTEN CREATE (FSLC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS PESERTA DIDIK SMPN 19 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 122

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FORMULATE SHARE LISTEN CREATE (FSLC) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PURWOJATI

0 0 16