Cara Pembacaan Puisi Membacakan Puisi

121 Seni Itu Indah Betapa indahnya Kuboleh mencinta Sepenuh jiwa Segenap rasa dan Jujur adanya Oh, Tuhan Terima kasih tak terkira Atas karunia cinta Bagiku sebagai bunda Untuk buah hati tercinta Titipan-Mu yang sangat berharga Karya: Nugraheni Eko W. Sumber: Antologi Puisi 21 Penyair Solo, hlm. 73 Puisi 2 Yuma Tuhan... Kalau Kau jadikan dia Sebagai hidupku Berikan dia kehidupan-Mu Tuhan... Kalau Kau jadikan dia Sebagai kekuatanku Berikan dia kekuatan-Mu Tuhan... Kalau Kau jadikan dia cintaku Berikan dia kasih sayang-Mu Tuhan... Kalau Kau jadikan dia harapanku Berikan dia kesetiaan-Mu Tuhan... Kalau Kau jadikan dia penolongku Berikan dia kekuatan-Mu Agar aku damai Bersama kusuma ayu Tembang suci bernyanyi Dalam dekapan-Mu bersama anak-anakku Karya: M. Rohmadi Sumber: Antologi Puisi 21 Penyair Solo, hlm. 68 122 Kompetensi Berbahasa Indonesia SMPMTs VII

3. Menilai Pembacaan Puisi

Pada saat temanmu membacakan puisi di depan kelas, berikan penilaian atas penampilannya dengan menggunakan tabel penilaian di bawah ini. Nama Teman : ________________________ Penilai : ________________________ No. Aspek Penilaian Nilai Keterangan 1. Kejelasan vokal 2. Kesesuian gerak dan ekspresi 3. Penghayatan isi Catatan: Nilai diisi dengan angka antara 1-10 atau B = baik, C = cukup, dan K = kurang

4. Latihan

Sebagai latihan dalam memberikan penilaian terhadap cara pembacaan puisi ini, gunakan puisi di bawah ini untuk berlatih di rumah Sebelumnya, bentuklah kelompok belajar dengan temanmu yang rumahnya berdekatan Selanjutnya, lakukan seperti dalam kegiatan bersastra yang kamu lakukan di kelas Kubu Bagaimana akan bergembira pada detik ini ada bayi mati kelaparan atau seorang istri bunuh diri karena sepi atau setengah rakyat terserang wabah sakit barangkali di dekat sini atau jauh di kampung orang Tak ada alasan untuk bergembira selama masih ada orang menangis di hati atau berteriak serak minta merdeka sebagai manusia terhormat dan berpribadi barangkali di dekat sini atau jauh di kampung dan berdoa Untuk dunia yang lebih bahagia atau menyiap senjata dekat dinding kubu dan menanti Karya: Subagio Sastrowardoyo 123 Seni Itu Indah

B. Menanggapi Pembacaan Cerpen

Kamu telah mempelajari cara pembacaan puisi. Selanjutnya, kamu diajak menguasai kompetensi untuk menanggapi cara pembacaan cerita pendek yang disajikan berikut. Pada saat mempelajari Pelajaran 2, kamu telah diajak menceritakan kembali cerita anak yang dibaca, bukan? Unsur-unsur yang diperlukan saat menceritakan kembali antara lain intonasi, pelafalan, dan mimik wajah.

1. Unsur-Unsur dalam Pembacaan Cerpen

Pada pertemuan ini kamu diajak membacakan kembali cerpen dengan lugas dan menanggapi cara pembacaannya. Intonasi dalam pembacaan sebuah cerita, khususnya cerita pendek, hendaknya diperjelas agar pendengar dapat membedakan suasana yang terjadi dalam cerita tersebut. Misalnya, saat suasana gembira hendaknya menggunakan intonasi yang bernuansa riang, kuat, dan tinggi. Begitu juga saat suasana haru, sedih, lucu, dan sebagainya, hendaknya disesuaikan intonasinya. Selain itu, segi lafal juga harus jelas pengucapannya. Hal ini karena lafal sebuah kata atau kalimat menentukan makna kata atau kalimat tersebut. Apabila pengucapan lafal tidak jelas, akan berdampak pada pendengar. Misalnya, kurang dapat memahami isi cerita karena tidak dapat membedakan makna kata atau kalimat yang diucapkan. Unsur terakhir adalah mimik atau ekspresi wajah. Hal ini perlu dimunculkan dengan tujuan untuk menimbulkan ketertarikan pendengar terhadap cerita pendek yang dibacakan tersebut.

2. Membaca Kutipan Cerpen

Bacalah kutipan cerpen di bawah ini dengan menggunakan lafal dan intonasi yang tepat Bunyi Lonceng “Anak-anak, hari ini kita akan belajar mengarang,” kata Bu Siska, guru Bahasa Indonesia kami mengawali pelajarannya. “Langkah pertama dalam mengarang adalah kita harus mencari ide, kemudian menentukan temanya. Selanjutnya, kita buat kerangka karangannya.” Bu Siska tampak mencoretkan spidol ke papan tulis. Anak-anak memerhatikan dengan saksama. Di akhir penjelasannya, Bu Siska mengeluarkan sesuatu, uang sepuluh ribu Anak-anak jadi penasaran. “Nah, anak-anak, Ibu menugaskan kalian untuk membuat sebuah karangan. Karangan itu dikumpulkan minggu depan. Ibu akan memilih satu karangan