Latar Suatu Cerpen Menjelaskan Kaitan Latar Cerpen dengan Realitas Sosial

157 Hidup Penuh Perjuangan “Selamat sore, Tante” sapa Ika sambil membukakan pintu. “Sore. Bagaimana PR-mu? Sudah dibuat?” tanya Tante Ester. Ia membawa tas kerja dan tas plastik. “Sudah, Tante. Ika baru selesai mengepel lantai” jawab Ika. Tante Ester masuk ke dalam dan Ika kembali menggembok pintu. Di meja makan, Tante Ester mengeluarkan sebuah kotak. “Makanlah, ada roti enak. Setelah itu, tolong antar dua potong roti ke rumah nomor 25 Blok AB di jalan belakang rumah kita. Di situ tinggal Oma Nani dan pembantunya” kata Tante. “Terima kasih, Tante. Biar Ika antar roti ini dulu untuk Oma Nani. Makan rotinya nanti saja” kata Ika sambil memisahkan dua potong roti untuk Oma Nani. “Nomor 25, nomor 25” gumam Ika sambil mencari rumah Oma Nani. Ia berbelok ke kiri. Tangan kanannya memegang kunci gembok. Ika masih merasa aneh, ke mana-mana harus membawa kunci gembok. Rumah nomor 25 kecil, halamannya kurang terawat. Ika menekan bel dan kemudian muncul seorang wanita. Ia pembantu Oma Nani. “Mbak, saya Ika, keponakan Bu Ester. Ini ada roti untuk Oma Nani dari Bu Ester” kata Ika dari balik pagar. “Ooh, masuklah. Oma Nani senang kalau ada tamu” Wanita itu membuka kunci gembok dan mengajak Ika masuk. Di ruang tamu, ada seorang nenek berambut putih keriting sedang duduk di kursi roda. Wajahnya tampak sedih. “Oma, ini Ika, keponakan Bu Ester. Ada roti untuk Oma dari Bu Ester” lapor Mbak tadi. Oma Nani tersenyum. Ada kilatan kegembiraan di matanya dan sedikit kecerian di wajahnya, namun kemudian redup kembali. Oma Nani menghela napas. “Sampaikan terima kasih Oma pada tantemu. Masih ada yang mau memperhatikan Oma, orang tua yang tidak berguna ini” kata Oma Nani. Kemudian Oma Nani minta Ika bercerita tentang keluarganya. “Oma kenal ayahmu. Dulu Oma juga tinggal di desamu” kata Oma Nani. Oma Nani menanyakan kali tempat orang-orang mencuci baju, Kakek Kiman pembuat dandang tembaga, masakan pepes udang yang dulu digemarinya, dan sebagainya. Selama bercakap, berkali-kali Ika melihat kegembiraan di wajah Oma Nani. Namun kegembiraan itu lalu redup kembali disertai helaan 158 Kompetensi Berbahasa Indonesia SMPMTs VII napas. “Sekarang Oma sudah tua, lumpuh, tidak berguna lagi Tapi, kita harus tabah, ya.” Aneh Ika tiba-tiba merasa dikuatkan setiap kali Oma Nani berkata ‘kita harus tabah, ya’. Dan kerinduannya akan kampung halaman pun terobati. Tiba-tiba Ika ingat, ia harus pulang. Mungkin Tante Ester cemas menantinya. “Oma, Ika harus pulang. Terima kasih ya, Oma. Ika sering merasa ingin kembali ke desa dan tidak betah di Jakarta. Tapi mendengar Oma berkata ‘kita harus tabah’, Ika menjadi kuat lagi. Ika mau bertahan tinggal di sini Terima kasih, ya, Oma,” Ika menjabat tangan Oma erat-erat. Tiba-tiba wajah Oma Nani bersinar. Tangannya menjadi hangat dan air mata menetes turun membasahi pipinya. “Oooh, Ika, Omalah yang harus berterima kasih. Rupanya masih ada gunanya Oma hidup di dunia. Tak disangka Oma masih bisa memberikan semangat pada orang lain” kata Oma Nani. Ia menatap Ika dengan sorot mata penuh terima kasih. Ika pun merasakan air matanya mengalir turun. “Ika, mari kita sama-sama berjuang. Oma akan berjuang melawan penyakit Oma. Kamu pun berjuang untuk menyesuaikan diri di Jakarta. Datanglah ke sini kapan saja kamu mau bicara dengan Oma” kata Oma Nani. Ika menghapus air matanya. Beban beratnya sudah hilang. “Isah, tolong dorong kursiku ke depan. Aku mau mengantar Ika ke depan” Oma Nani memanggil pembantunya. Dalam sekejap Isah sudah muncul. “Wah, kemajuan sekali. Apa Oma mau mengantar Ika sampai ke rumahnya? Sudah lama kita tidak jalan-jalan ke luar” kata Isah. “Sampai di depan pintu sajalah. Besok pagi kita akan mulai jalan-jalan lagi” kata Oma Nani. “Terima kasih, ya, Neng Ika, sudah memberi Oma semangat” kata Isah dengan wajah ceria dan penuh semangat. “Omalah yang memberi semangat padaku, Mbak Isah” kata Ika. Di perjalanan pulang, hati Ika terasa hangat. Aneh, tapi nyata. Perjumpaan tadi ternyata membuat Oma Nani dan Ika mendapat semangat baru. Mbak Isah pun menjadi ceria. Dan itu dimulai dengan kebaikan hati Tante Ester, yang ingin memberi sedikit perhatian pada tetangga. Ika tidak lagi berpikir dirinya terkurung di rumah berpagar tinggi. Kini ia merasa bersyukur bisa menumpang di rumah Tante Ester yang baik hati. Dan ia pun memiliki kawan yang sama-sama berjuang melawan kesulitan masing- masing. Sumber: Bobo, No. 20XXXIX melalui www.pacific.net.id, 19 September 2007 Cerpen merupakan karangan pendek yang berbentuk prosa. Cerpen juga merupakan penggalan peristiwa kehidupan seseorang, baik yang mengharukan, menyedihkan, menggembirakan, atau berupa pertikaian dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan. Cerpen dibangun oleh beberapa unsur, baik unsur intrinsik unsur dari dalam maupun unsur ekstrinsik unsur dari luar. Salah satu unsur intrinsik adalah latar. Apa yang kamu ketahui tentang latar suatu cerpen? Latar disebut juga dengan setting . Latar adalah segala keterangan, petunjuk, dan pengacuan yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa dalam karya sastra. Latar suatu cerpen meliputi 159 Hidup Penuh Perjuangan latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Ketiga jenis latar tersebut tidak dapat dipertukarkan. Misalnya, Padang diganti dengan Surabaya atau tahun 1997 diganti tahun 2007.

2. Berdiskusi untuk Menemukan Latar Cerpen

Kegiatan 1 a. Gurumu akan menunjuk dua orang siswa di kelas untuk membacakan cerpen Sama-Sama Berjuang secara bergantian. b. Siswa yang lain diminta menyimak pembacaan cerpen yang dilakukan teman. Kegiatan 2 a. Bentuklah kelompok diskusi dalam kelas sesuai kesepakatan bersama teman-temanmu b. Diskusikan tentang hal-hal berikut 1 Jelaskan latar tempat dan latar waktu yang terdapat dalam cerpen Sama-Sama Berjuang 2 Jelaskan ciri khas latar tempat yang terdapat dalam cerpen tersebut 3 Jelaskan hubungan latar dalam cerpen tersebut dengan realitas kenyataan sosial yang terjadi di lingkungan tempat tinggalmu c. Buatlah laporan hasil diskusi bersama kelompokmu dalam selembar kertas, lalu serahkan kepada gurumu untuk dinilai

3. Latihan

Latihan berikut dikerjakan secara mandiri. 1. Carilah beberapa cerpen yang dimuat di berbagai media cetak dan guntinglah 2. Tempelkan kumpulan cerpen tersebut pada selembar kertas folio dan sebutkan sumbernya 3. Analisislah setiap cerpen tersebut dari unsur latarnya, baik latar tempat, latar waktu, maupun latar suasana 4. Jelaskan kaitan latar masing-masing cerpen tersebut dengan kenyataan sosial yang ada di sekitar kehidupanmu 5. Kumpulkan hasil tugasmu pada gurumu Selanjutnya, akan dipilih karya terbaik untuk dijadikan koleksi di perpustakaan sekolahmu. 160 Kompetensi Berbahasa Indonesia SMPMTs VII

C. Membaca Buku Cerita Anak dan Menemukan Realitas Kehidupan

Kamu telah diajak menemukan latar suatu cerpen lalu mengaitkannya dengan realitas sosial, bukan? Pada pelajaran ini, kamu diajak membaca buku cerita anak terjemahan berikut.

1. Membaca Buku Cerita Anak Terjemahan

Bacalah kutipan penggalan buku cerita anak hasil terjemahan Budi R. dengan judul “Lyddie”, karya Katherine Paterson berikut “Oliver” Bunyi bel pukul 04.30 membangunkan seisi rumah. Dari setiap arah, Lyddie bisa mendengar celoteh para gadis saling memanggil, bahkan menyanyi. Seorang gadis di lantai lain terdengar menirukan kokok ayam jantan. Di samping tempat tidurnya, Betsy menggeliat dan berpaling ke sisi lain. Namun, Lyddie bangun dan cepat-cepat berpakaian di tempat yang gelap seperti yang biasa dilakukannya di loteng penginapan yang tak berjendela dulu. Perutnya keroncongan, tetapi dia tak mempedulikannya. Tidak akan ada sarapan sampai jam tujuh nanti. Padahal saya yang dinantikan itu masih dua setengah jam lagi. Tepat jam lima, gadis-gadis telah berkumpul memenuhi pintu-pintu utama. Mereka naik berdesak-desakan di tangga luar pabrik, lalu membersihkan mesin-mesin mereka sambil menunggu hari kerja dimulai. “Kau tak terlalu capek pagi ini?” sapa Diana. Lyddie menggelengkan kepalanya. Kakinya memang terasa nyeri, tapi dibandingkan dengan seharian menarik bajak, pekerjaan ini tidak seberapa. “Bagus. Aku takut hari ini mungkin akan ada pekerjaan berat. Kita akan bekerja bersama pada ketiga mesin tenun itu sekaligus. Sampai kau memahami semuanya.”