Membaca Kutipan Buku Cerita Anak
71
Pengalaman sebagai Guru Terbaik
“Tapi kurasa tak mungkin ia akan sudah sampai kemari sekarang,” kata Jack. “Walau demikian siapa tahu -karena Bill sering melakukan berbagai
hal secara tak terduga dan dengan cepat sekali” Keempat remaja itu berangkat disertai si Putih yang berjingkrak-jingkrak
di sekitar mereka, serta Kiki yang bertengger di atas bahu Jack. Mereka mendaki lereng, melewati gua tempat mereka tidur malam sebelumnya. Kantung-
kantung tidur mereka yang ada di situ, sudah dimasukkan lagi ke dalam gua. Tapi anak-anak berniat akan tidur di luar lagi malam ini.
“Yuk, kita ikuti si Putih,” kata Dinah. “Ia kelihatannya seperti tahu jalan yang bisa dilewati.” Mereka pun membuntuti si Putih. Anak kambing itu
ternyata ingin mendaki. Tapi kemudian mereka terpaksa berhenti karena terhadang tebing gunung yang sangat curam, hampir tegak lurus. Bahkan si
Putih pun tidak bisa terus.
“Aduh, panasnya” kata Dinah sambil mengipas-ngipas tangannya. “Kita duduk sebentar, yuk, di bawah pohon-pohon itu.”
Pepohonan itu seperti melambai-lambai ditiup angin. Jack mendongak dengan sikap kepingin memerhatikan ranting-ranting yang bergerak kian
kemari. “Pasti enak dan sejuk duduk di atas dahan-dahan itu karena di situ
banyak angin,” katanya. “Bagaimana jika kita naik saja ke sana. Pohon-pohon ini kelihatannya gampang dipanjat.
“Itu ide bagus” kata Philip. “Aku suka duduk berayun-ayun di atas pohon. Kau ingin kubantu naik, Lucy-Ann?”
Tidak lama kemudian, keempat remaja itu sudah duduk di atas dahan yang bercabang-cabang membiarkan dirinya terayun-ayun kena angin yang
lumayan kuat tiupannya di atas situ. “Ini baru asyik,” kata Dinah. “Sedap”
“Hebat” kata Jack. “Jangan terlalu keras kau cengkeram bahuku, Kiki Jangan khawatir, kau tak kan bisa jatuh”
72
Kompetensi Berbahasa Indonesia SMPMTs VII
Si Putih terpaksa ditinggal di bawah. Anak kambing itu mengembik- ngembik. Beberapa kali ia mencoba meloncat naik ke atas pohon, tapi selalu
gagal. Ia lari berputar-putar mengelilingi pohon yang dipanjat Philip. Kelihatannya kesal sekali Akhirnya, ia lari menghampiri sebuah batu, lalu
meloncat turun-naik di situ tanpa berhenti. Anak-anak tertawa geli melihat kekonyolannya.
Tiba-tiba terdengar bunyi ribut-ribut, suara menggonggong, menggeram, melolong, dan mendengking.
“Itu kawanan anjing yang tadi malam” kata Jack. Ia memicingkan mata, memandang ke arah suara ribut. “Wah, mereka mengejar orang hitam itu”
Jauh di bawah mereka terdengar bunyi berisik di tengah semak belukar, bercampur suara gonggongan. Kemudian tampak seorang laki-laki berlari
melintasi medan lereng yang gundul berbatu-batu. Jaraknya sekitar setengah mil di bawah mereka.
Anjing-anjing bertemperasan mengejarnya. Lucy-Ann nyaris terjatuh dari pohon karena ketakutan melihat ada orang dikejar kawanan anjing. Anak-
anak hanya bisa memandang saja sambil membisu. Jantung mereka berdebar keras. Dalam hati mereka berdoa, semoga orang yang dikejar itu selamat.
Orang itu berhasil mencapai sebatang pohon. Ia cepat-cepat meloncat ke atas pohon itu, tepat ketika anjing yang paling depan berhasil mengejarnya.
Orang itu menjunjung tubuhnya ke atas, lalu menghilang di tengah dedaunan. Kawanan anjing mengepung pohon itu. Ribut sekali gonggongan mereka
Lucy-Ann meneguk ludah, sementara air matanya bercucuran. Ia menangis karena merasa kasih pada lelaki yang dikejar-kejar itu. Anak-anak
yang lain memandang terus dengan perasaan suram. Philip menimbang- nimbang baik-buruknya jika ia turun, lalu memanggil anjing-anjing itu. Tapi
sebelum ia sempat bertindak, muncul seorang laki-laki lagi. Orang itu berjalan dengan santai menuju pohon yang sedang dikepung kawanan anjing. Anak-
anak tidak bisa melihat tampangnya karena jaraknya dari mereka terlalu jauh. Suaranya pun tak terdengar.
Tapi udara pegunungan yang tipis melayangkan bunyi siulan melengking. Saat itu juga anjing-anjing yang mengepung pohon lari mendatangi orang
yang baru datang itu. Ia berdiri tidak jauh dari pohon. Dari gerak-geriknya dapat ditebak bahwa ia memanggil orang yang bersembunyi di situ,
menyuruhnya turun. Tapi tidak ada yang tampak turun.
Laki-laki yang baru muncul itu melambaikan tangannya ke arah kawanan anjing, yang dengan segera mengepung pohon lagi sambil ribut
menggonggong dan melolong-lolong. Laki-laki itu berpaling, lalu berjalan kembali ke arah dari mana ia datang tadi.
“Aduh, rupanya ia menyuruh anjing-anjingnya terus mengepung pohon,” kata Lucy-Ann terisak-isak. “Orang yang bersembunyi di situ pasti
akan kelaparan apabila tetap bertahan di atas Tapi kalau turun, langsung akan diserang kawanan anjing galak itu. Kita bisa berbuat apa, Philip?”
“Aku akan turun, lalu memanggil anjing-anjing itu,” kata Philip. “Kita tunggu dulu sampai laki-laki tadi sudah jauh supaya ia tidak melihat aku.
Setelah itu akan kuusahakan memancing anjing-anjing itu agar pergi dari sana sehingga laki-laki yang terkepung itu mendapat kesempatan lari.”
73
Pengalaman sebagai Guru Terbaik
Ia menunggu selama dua puluh menit, lalu turun dari pohon. Ia bergerak menyelinap dengan hati-hati di tengah belukar, menghampiri pohon yang
dijadikan tempat persembunyian laki-laki yang dikejar anjing. Philip terkejut setengah mati ketika tiba-tiba bahunya dicengkeram dari
belakang. Ia berpaling dengan cepat -dan menatap wajah seorang laki-laki ........................................
Dikutip dari
Petualangan di Gunung Bencana
, hlm. 161-167
1. Bentuklah kelompok dalam kelasmu sesuai kesepakatan bersama teman- temanmu Jika di kelasmu terdiri atas berbagai suku, agama, dan ras,
usahakan pembagian kelompok secara merata dan adil 2. Setiap kelompok membaca cerita
Petualangan di Gunung Bencana
, lalu berdiskusi untuk menemukan unsur-unsur dalam cerita tersebut.
Gunakan tabel di bawah ini untuk acuan membuat laporan Tema
Tokoh Watak
Latar Alur