3.4.2.2.3.2. Ukuran-ukuran Relatif
Karena alasan dalam hubungan dengan keterbatasan MSE sebagai suatu ukuran ketepatan peramalan, maka diusulkan ukuran-ukuran alternatif, yang
diantaranya menyangkut kesalahan persentase. Tiga ukuran berikut sering digunakan:
1. PE
2. MPE
3. MAPE
PE dapat digunakan untuk menghitung kesalahan persentase setiap periode
waktu. Nilai-nilai ini kemudian dapat dirata-ratakan untuk memberikan nilai
tengah kesalahan persentase MPE. Namun MPE mungkin mengecil karena PE yang positif dan negatif cenderung saling meniadakan. Dari sana MAPE
didefinisikan dengan menggunakan nilai absolute dari PE.
3.5. Identifikasi Material Menggunakan Analisis Klasifikasi ABC
Pemilihan suku cadang yang akan ditentukan persediaannya dilakukan dengan menggunakan metode ABC, yaitu penentuan berdasarkan tingkat harga
tertinggi dari biaya penggunaan material per periode waktu tertentu harga per unit material dikalikan volume penggunaan dari material itu sampai periode waktu
tertentu
13
13
Sumber: Assauri Sofjan.,”Manajemen Produksi dan Operasi”.,p.265
.
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi ABC mengikuti prinsip 80-20, atau hukum pareto dimana sekitar 80 dari nilai inve ntori material dipersentasikan diwakili oleh 20 material
inventori. Tujuan dari analisis ABC adalah untuk menentukan:
1. Frekuensi perhitungan inventori cycle routing, dimana material kelas A harus
diuji lebih sering dalam hal akurasi catatan inventori dibandingkan material- material kelas B atau C.
2. Prioritas rekayasa engineering, dimana material-material kelas A dan B
memberikan petunjuk pada bagian rekayasa dalam peningkatan program reduksi biaya ketika mancari material-material tertentu yang perlu difokuskan.
3. Prioritas pembelian, dimana aktifitas pembelian seharusnya difokuskan pada
bahan-bahan baku bernilai tinggi high cost dan penggunaan dalam jumlah tinggi high usage. Fokus pada material-material kelas A untuk pemasok
sourching dan negosiasi. 4.
Keamanan: meskipun nilai biaya per unit merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan nilai penggunaan usage value, namun analisis ABC boleh
digunakan sebagai indikator dari material-material kelas A dan B yang seharusnya lebih aman disimpan dalam ruangan terkunci untuk mencegah
kehilangan, kerusakan, atau pencurian. Prosedur pengelompokan material inventori ke dalam kelas A, B, dan C,
antara lain mengikuti prinsip 80-20: 1.
Tentukan volume penggunaan per periode waktu dari material inventori yang akan diklasifikasikan
Universitas Sumatera Utara
2. Kalikan volume penggunaan per periode waktu dari setiap material inventori
dengan biaya per unitnya guna memperoleh nilai total penggunaan biaya per periode waktu untuk setiap material inventori itu.
3. Jumlahkan nilai total penggunaan biaya dari semua material inventori itu untuk
memperoleh nilai total penggunaan nilai keseluruhan. 4.
Bagi nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventori itu dengan nilai total penggunaan biaya keseluruhan, untuk menetukan persentase nilai total
penggunaan biaya dari setiap material inventori. 5.
Daftarkan material dalam rank persentase nilai total penggunaan biaya dengan urutan menurun dari terbesar sampai terkecil.
6. Klasifikasikan material-material inventori itu ke dalam kelas A, B, dan C
dengan kriteria 20 ke dalam kelas A komponen kritis, 30 kedalam kelas B komponen semi kritis, dan 50 kedalam kelas C komponen non kritis.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data primer seperti wawancara
dengan operator, pengamatan langsung pada proses produksi dan data sekunder seperti dokumen perusahaan mengenai proses produksi, maintenance, gambaran
umum perusahaan, dan sebagainya. Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah untuk mendapatkan hasil perhitungan berupa angka, tabel maupun gambar
sehingga dapat dilakukan analisis serta penarikan kesimpulan dari permasalahan
yang diteliti.
Gambar 4.1. adalah kerangka konseptualpemikiran yang digunakan dalam melakukan penelitian ini.
1. Berkurangnya kegagalan komponen mesin dan minimisasi
ongkos perawatan 2. Peningkatan produktivitas yang
ditunjukkan oleh peningkatan pemanfaatan jam produksi.
1. Penggantian komponen bersifat corrective maintenance dan memakan biaya
besar karena belum adanya basis interval penggantian komponen
2. Pengendalian spare part yang masih bersifa intuitif sehingga memakan biaya
persediaan yang besar
1. Penentuan selang waktu penggantian komponen kritis mesin Hammer Mill
2.Penentuan jumlah persediaan optimal komponen kritis mesin Hammer Mill
3. Mengembangkan rantai pasokan supply chain komponen krtis mesin Hammer Mill
Reliability Engineering dan Supply Chain
Tingginya kehilangan jam produksi yang mengakibatkan penumpukan dalam aliran
produksi sehingga target produksi dan jadwal penyelesaian produk tidak
terpenuhi
Gambar 4.1. Kerangka BerpikirKonseptual Penelitian
Keterangan : 1.
Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu tingginya kehilangan jam produksi yang berakibat pada keterlambatan dalam pemenuhan jadwal penyelesaian
produk dan target produksi. Dalam pengkajian awal yang dilakukan diperoleh bahwa hal ini disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu:
Universitas Sumatera Utara