Komponen Sistem Informasi Konsep Dasar Sistem Informasi

20 Tabel 2.1 Strukturisasi Keputusan, Sumber: Burstein dan Holsapple, 2008 Keputusan Terstruktur Keputusan Tidak Terstruktur Rutin, berulang-ulang. Tidak terduga, jarang. Alternatif jelas. Alternatif jelas. Implikasi dari alternatif langsung Implikasi dari alternatif tidak tentu. Kriteria untuk memilih didefinisikan dengan baik. Kriteria untuk memilih tidak jelas. Pengetahuan yang dibutuhkan tersedia Pengetahuan yang dibutuhkan tidak tersedia Hasil dari strategi khusus misalnya, prosedur yang secara eksplisit menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam rangka mencapai keputusan. Hasil dari strategi umum misalnya, analogi, ilham, perpaduan digunakan untuk mendapatkan keputusan. Bergantung pada tradisi. Ketergantungan pada eksplorasi, kreativitas, wawasan, dan kecerdikan.

2.5.1 Proses Pengambilan Keputusan.

Pengambilan keputusan adalah tindakan manajemen di dalam pemilihan alternatif untuk mencapai sasaran Jogiyanto, 2009. Perubahan lingkungan bisnis menyebabkan pengambil keputusan harus membuat keputusan yang baik. Simon dalam Burstein dan Holsapple 2008, menjelaskan tiga fase dasar dalam proses pengambilan keputusan yaitu, fase inteligensi, desain dan pilihan. 21 a. Fase Inteligensi Tahap intelijen adalah periode ketika pembuat keputusan melakukan persiapan untuk membuat keputusan, mendiagnosa masalah, mengumpulkan pengetahuan dari internal dan sumber eksternal, dan mengevaluasi pengetahuan tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. b. Fase Desain Pada fase desain, pembuat keputusan merumuskan pengetahuan dari alternatif yang ada, menganalisis alternatif untuk menghasilkan pengetahuan tentang implikasi masing-masing alternatif, dan mengevaluasi harapan-harapan yang berhubungan dengan konteks putusan. Selama fase desain, pembuat keputusan bisa menentukan bahwa pengetahuan tambahan diperlukan. Hal ini akan menyebabkan proses kembali ke fase intelijen untuk memenuhi kebutuhan tersebut sebelum melanjutkan dengan aktivitas desain. c. Fase Pilihan Pada fase pilihan, setelah alternatif dievaluasi, pembuat keputusan berwenang memilih alternatif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh. Hal ini dilakukan karena adanya tekanan dari pihak internal maupun eksternal yang berhubungan dengan keputusan yang harus diambil. Apabila tidak ada alternatif yang cocok, maka harus kembali ke fase desain untuk menghasilkan hasil evaluasi yang lebih positif atau bahwa konteks keadaaan telah berubah secara signifikan sejak alternatif dirumuskan dan dianalisis, maka harus kembali lagi ke tahap inteligensi.