14 5.
Sistem Memiliki Masukan Sistem Input Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat
berupa masukan perawatan maintenance input dan masukan sinyal signal input. Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut
dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalah maintanance
input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
6. Sistem Memiliki Keluaran Sistem Output
Merupakan hasil dari energi yang diolah oleh sistem. Output dapat berupa masukan untuk subsistem yang lain.
7. Sistem Memiliki Pengolah Sistem Process
Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan.
8. Sistem Memiliki Sasaran Sistem
Suatu sistem harus mempunyai tujuan dan sasaran, jika tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya.
2.2.2 KomponenElemen Sistem
Untuk mencapai
tujuan, sistem
harus menggunakan
berbagai komponenelemen sistem yang bergabung dengan berbagai cara untuk mencapai
tujuan dan mentransformasi informasi, di antaranya Pressman, 2002:
15 a.
Perangkat lunak. Program komputer, struktur data, dan dokumen yang berhubungan yang berfungsi untuk mempengaruhi metode logis, prosedur,
dan kontrol yang dibutuhkan. b.
Perangkat keras. Perangkat elektronik yang memberikan kemampuan perhitungan, dan perangkat elektromekanik yang memberikan fungsi dunia
eksternal. c.
Manusia. Pemakai dan operator perangkat keras dan perangkat lunak. d.
Database. Kumpulan informasi yang besar dan terorganisasi yang diakses melalui perangkat lunak.
e. Dokumentasi. Manual, formulir, dan informasi deskridtiflainnya yang
menggambarkan penggunaan dan atau pengoperasian sistem. f.
Prosedur. Langkah-langkah yang menentukan penggunaan khusus dari masing-masing elemen sistem atau konteks prosedural di mana sistem
berada.
2.3 Konsep Dasar Informasi
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya. Untuk dapat berguna, maka informasi harus didukung oleh tiga pilar
sebagai berikut: tepat kepada orangnya atau relevan relevance, tepat waktu timeliness dan tepat nilainya atau akurat accurate. Keluaran yang tidak
didukung oleh tiga pilar ini tidak dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna, tetapi merupakan sampah garbage.
16 Gambar 2.1 Pilar-Pilar Informasi yang Berguna Sumber: Jogiyanto, 2009
2.3.1 Kualitas Informasi
Kualitas Informasi sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga hal Witarto, 2004 yaitu ;
a. Informasi harus tepat, akurat
Dalam hal ini, informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan jelas mencerminkan maksudnya, informasi dikatakan akurat jika seluruh kebutuhan
informasi terpenuhi dan tepat tersampaikan pada user akhir end user. b.
Informasi harus tepat waktu Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang
sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan landasan didalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat
maka akan berakibat fatal untuk organisasi. c.
Informasi harus relevan Informasi mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi tiap-tiap
informasi bagi orang yang satu dengan orang yang lainnya itu berbeda. Informasi
Kualit as
T e
p a
t W
a k
tu A
k u
ra t
R e
lv a
n
17 yang berkualitas akan mampu menunjukan relevansi kejadian masa lalu, hari ini,
dan masa depan sebagai sebuah bentuk aktivitas yang kongkrit dan mampu dilaksanakan dan dibuktikan oleh siapa saja.
2.4 Konsep Dasar Sistem Informasi
Sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan telekomunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu sama
lain dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik hardware, perintah dan prosedur pemrosesan informasi software, saluran komunikasi jaringan, dan
data yang disimpan sumber daya data O’Brien, 2005. Berdasarkan dukungan kepada pemakainya, sistem informasi dibagi
menjadi Kusrini, 2007: 1.
Sistem Pemrosesan Transaksi Transaction Processing System atau TPS 2.
Sistem Informasi Manajemen Management Information System atau SIM 3.
Sistem Otomasi Perkantoran Office Automation System atau OAS 4.
Sistem Pendukung Keputusan Decision Support System atau DSS 5.
Sistem Informasi Eksekutif Executive Information System atau EIS 6.
Sistem Pendukung Kelompok Group Support System atau GSS 7.
Sistem Pendukung Cerdas Intelligent Support System atau ISS
18
2.4.1 Komponen Sistem Informasi
Tugas dari sistem informasi adalah untuk melakukan siklus pengolahan data. Untuk melakukan siklus tersebut, maka sebagai suatu sistem diperlukan
komponen-komponen Jogiyanto, 2009: a.
Komponen Input. Input merupakan data yang masuk ke dalam sistem informasi. Komponen
ini perlu ada karena merupakan bahan dasar dalam pengolahan informasi. b.
Komponen Output. Produk dari sistem informasi adalah output berupa informasi yang berguna
bagi para pemakainya. Output merupakan komponen yang harus ada di sistem informasi. Output dari sistem informasi dibuat dengan menggunakan data yang
ada di basis data dan diproses menggunakan model yang tertentu. c.
Komponen Basis Data. Basis data adalah kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer dan dengan menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.
d. Komponen Model.
Informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi berasal dari data yang diambil dari basis data yang diolah lewat suatu model-model tertentu. Model-
model yang digunakan dalam sistem informasi dapat berupa model logika yang menunjukan suatu proses perbandingan logika atau model matematik yang
menunjukan proses perhitungan matematika.
19 e.
Komponen Teknologi. Teknologi merupakan komponen yang penting di sistem informasi. Tanpa
adanya teknologi yang mendukung, maka sistem informasi tidak akan menghasilkan informasi yang tepat waktunya.
f. Komponen Kontrol.
Komponen kontrol digunakan untuk menjamin bahwa informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi merupakan informasi yang akurat.
2.5 Konsep Dasar Keputusan.
Secara tradisional, keputusan dianggap sebagai pilihan, pilihan tentang tindakan Simon dalam Burstein dan Holsapple, 2008. Keputusan tidak
diproduksi dalam ruang hampa. Mereka dibuat dalam konteks organisasi, dan lebih luas lagi dalam konteks lingkungan organisasi. Keputusan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa faktor seperti tingkat pengambilan keputusan misalnya,
keputusan taktis
versus strategis,
domain pembedaan wilayah misalnya, pemasaran versus keputusan investasi sumber
daya alam, dan tingkat strukturisasi misalnya, terstruktur dan keputusan tidak terstruktur, dijelaskan dalam tabel 2.1. Apresiasi jenis keputusan dapat membantu
kita memahami apa pengetahuan dan fiturmodel manipulasi pengetahuan yang akan berguna dalam pembuatan sistem pendukung keputusan Burstein dan
Holsapple, 2008.
20 Tabel 2.1 Strukturisasi Keputusan, Sumber: Burstein dan Holsapple, 2008
Keputusan Terstruktur Keputusan Tidak Terstruktur
Rutin, berulang-ulang. Tidak terduga, jarang.
Alternatif jelas. Alternatif jelas.
Implikasi dari alternatif langsung Implikasi dari alternatif tidak tentu.
Kriteria untuk memilih didefinisikan dengan baik.
Kriteria untuk memilih tidak jelas.
Pengetahuan yang dibutuhkan tersedia Pengetahuan yang dibutuhkan tidak
tersedia Hasil dari strategi khusus misalnya,
prosedur yang
secara eksplisit
menentukan langkah-langkah
yang diikuti
dalam rangka
mencapai keputusan.
Hasil dari strategi umum misalnya, analogi, ilham, perpaduan digunakan
untuk mendapatkan keputusan.
Bergantung pada tradisi. Ketergantungan
pada eksplorasi,
kreativitas, wawasan, dan kecerdikan.
2.5.1 Proses Pengambilan Keputusan.
Pengambilan keputusan adalah tindakan manajemen di dalam pemilihan alternatif untuk mencapai sasaran Jogiyanto, 2009. Perubahan lingkungan bisnis
menyebabkan pengambil keputusan harus membuat keputusan yang baik. Simon dalam Burstein dan Holsapple 2008, menjelaskan tiga fase dasar dalam proses
pengambilan keputusan yaitu, fase inteligensi, desain dan pilihan.
21 a.
Fase Inteligensi Tahap intelijen adalah periode ketika pembuat keputusan melakukan
persiapan untuk membuat keputusan, mendiagnosa masalah, mengumpulkan pengetahuan dari internal dan sumber eksternal, dan mengevaluasi pengetahuan
tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. b.
Fase Desain Pada fase desain, pembuat keputusan merumuskan pengetahuan dari
alternatif yang ada, menganalisis alternatif untuk menghasilkan pengetahuan tentang implikasi masing-masing alternatif, dan mengevaluasi harapan-harapan
yang berhubungan dengan konteks putusan. Selama fase desain, pembuat keputusan bisa menentukan bahwa pengetahuan tambahan diperlukan. Hal ini
akan menyebabkan proses kembali ke fase intelijen untuk memenuhi kebutuhan tersebut sebelum melanjutkan dengan aktivitas desain.
c. Fase Pilihan
Pada fase pilihan, setelah alternatif dievaluasi, pembuat keputusan berwenang memilih alternatif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh. Hal
ini dilakukan karena adanya tekanan dari pihak internal maupun eksternal yang berhubungan dengan keputusan yang harus diambil. Apabila tidak ada alternatif
yang cocok, maka harus kembali ke fase desain untuk menghasilkan hasil evaluasi yang lebih positif atau bahwa konteks keadaaan telah berubah secara signifikan
sejak alternatif dirumuskan dan dianalisis, maka harus kembali lagi ke tahap inteligensi.
22 Namun, Turban et al. 2005 menambahkan fase implementasi setelah fase
pilihan, fase implementasi adalah fase yang mengimplementasikan solusi yang telah dipilih dari fase pilihan, dimana hasil dari fase implementasi adalah
terpecahkannya masalah riil.
2.6 Konsep Sistem Pendukung Keputusan.
Konsep sistem pendukung keputusan sangat luas dan dengan definisi yang beragam sesuai pandangan penulis. Sistem pendukung keputusan SPK atau
Decision Support System DSS adalah sistem berbasis komputer interaktif yang membantu pemakai dalam melakukan aktivitas penilaian dan pemilihan. SPK
menyediakan media penyimpanan dan pengambilan data serta mendukung untuk pemetaaan, pemodelan dan pemecahan masalah Druzdzel, 2002. Menurut
Power 2002, sistem pendukung keputusan merupakan sistem berbasis komputer interaktif yang membantu pemakai dengan menggunakan komunikasi komputer,
data, dokumen, pengetahuan dan model untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan. DSS merupakan suatu pendekatan atau metodologi untuk
mendukung pengambilan keputusan yang menggunakan Computer Base Information System CBIS yang fleksibel, interaktif, dan dapat diadaptasi, yang
dikembangkan untuk mendukung solusi untuk masalah manajemen spesifik yang tidak terstruktur. Sedangkan menurut Burstein dan Holsapple 2008, DSS adalah
sistem terkomputerisasi yang memproses pengetahuan dengan cara-cara yang memungkinkan pengambil keputusan menjadi lebih produktif, gesit, inovatif dan
terkemuka. DSS menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna yang
23 mudah, dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. Istilah DSS
kadang-kadang digunakan sebagai suatu istilah umum untuk menggambarkan semua sistem terkomputerisasi yang mendukung pengambilan keputusan dalam
suatu organisasi. Organisasi bisa saja memiliki suatu sistem manajemen pengetahuan untuk memandu seluruh personelnya dalam memecahkan masalah, ia
dapat memiliki DSS tersendiri untuk pemasaran, keuangan, dan akuntansi Turban et al. 2005.
2.6.1 Komponen- Komponen DSS.
Berdasarkan definisi, DSS harus mencakup tiga komponen utama, yaitu database management system DBMS, model-base management system
MBMS, dan antarmuka pengguna. Komponen-komponen tersebut membentuk sistem aplikasi DSS yang dapat dikoneksikan ke intranet perusahaan, ke ekstranet,
atau ke internet Turban et al. 2005. Berikut adalah komponen utama dalam DSS menurut Sage dalam Druzdzel 2002.
a. Database Management System DBMS. DBMS bertindak sebagai bank
data dalam DSS. DBMS menyimpan sejumlah besar data yang relevan dengan pengelompokan masalah dan berguna bagi DSS yang telah
dirancang untuk menyediakan struktur data logis. Sebuah DBMS juga harus menginformasikan kepada pengguna jenis data yang tersedia dan bagaimana
cara mengaksesnya. b.
Model-Base Management System MBMS. Tujuan dari MBMS adalah mengubah data dari DBMS menjadi informasi yang berguna dalam
pengambilan ke masalah yang t
dalam pembang c.
Dialog Generat yang tidak terl
dengan tampilan antarmuka ini m
dengan model, se Tugas utama da
untuk dapat men
Gambar 2.2
2.6.2 DSS User Interf
Kualitas dan merupakan hal yang p
user interface. Sistem n keputusan, karena pengguna DSS mungkin sa
g tidak terstruktur. MBMS juga harus memba ngunan model.
ration and Management System DGMS. Se erlatih dalam penggunaan komputer, DSS ha
pilan antarmuka yang mudah dipahami dan diguna ni membantu dalam pembuatan model, tetapi juga
l, seperti mendapatkan wawasan dan rekomenda dari DGMS adalah memberikan kemampua
enggunakan sistem dan mendapatkan manfaat da
2.2 Arsitektur DSS Sumber: Sage dalam Druzdz
terface.
keandalan alat pemodelan dan arsitektur penting, tetapi aspek yang paling penting dari
stem dengan antarmuka pengguna yang rumit
24 n saja menghadapi
mbantu pengguna
Sebagai pengguna harus dilengkapi
unakan. Tampilan pi juga berinteraksi
endasi dari model. puan kepada user
at darinya.
uzdzel, 2002
ktur internal DSS ari DSS ini adalah
atau tidak jelas
25 atau yang membutuhkan keterampilan luar biasa jarang bermanfaat dan diterima
dalam praktek. Antarmuka pengguna yang baik untuk DSS harus mendukung konstruksi model dan analisis model, penalaran tentang struktur masalah di
samping perhitungan numerik dan optimasi variabel keputusan Druzdzel, 2002. User interface atau antarmuka pengguna merupakan komponen yang paling
penting karena merupakan sumber dari berbagai power, fleksibilitas, dan karakteristik easy-to-use dari management support system MSS Sprauge dan
Watson dalam Turban et al. 2005. Whitten et al. 2004, menyatakan bahwa antarmuka pengguna merupakan sistem dari sisi pengguna karena antarmuka
adalah satu-satunya dalam sistem yang dilihat oleh pengguna. Antarmuka yang sulit
merupakan suatu
kecemasan bagi
pemakai sistem
informasi terkomputerisasi. Mereka berjuang untuk mempelajari bahasa perintah atau sistem
pemilihan menu yang diusulkan untuk membantu mereka dalam mengerjakan pekerjaan mereka Shneiderman dalam Pressman, 2002. Browser Web dikenal
sebagai GUI DSS yang efektif karena browser tersebut fleksibel, user friendly, dan merupakan gateway untuk semua sumber informasi dan data yang diperlukan
Meredith dalam Turban et.al 2005.
2.6.3 Manfaat DSS
Beberapa alasan penting dipergunakannya DSS antara lain seperti dibawah ini Sabarguna, 2003:
1. Perusahaan berada pada keadaan yang tidak menentu.
2. Menghargai kompetisi lokal maupun internasional.
26 3.
Membantu menyelesaikan masalah yang sulit dalam operasional. 4.
Adanya komputer yang membantu dalam peningkatan efisiensi dan kemampuan menuju unggulan pasar.
5. Bagian informasi tak bisa lagi hanya sewaktu-waktu saja, tetapi harus
merupakan bagian yang menyatu dari proses bisnis. Secara umum manfaat yang dapat diambil dengan menggunakan DSS
adalah seperti berikut ini Sabarguna, 2003. 1.
Punya kemampuan mendukung pemecahan masalah yang komplek. 2.
Bereaksi cepat terhadap sistuasi yang tak diharapkan pada kondisi yang berubah. DSS melakukan analisis kuantitatif dengan sangat cepat, dan
menghemat waktu. 3.
Punya kemampuan dengan mencoba berbagai strategi berbeda kondisi dengan tepat dan cepat.
4. Belajar dan mengembangkan program baru, dengan menggunakan pola
analisis “what if” apabila, merupakan sarana dalam pelatihan manajer. 5.
Membangun jembatan komunikasi, sehingga pengumpulan data dan pemecahan masalah yag merupakan alat untuk meningkatkan kerjasama tim.
6. Meningkatkan pengendalian pengukuran dan meningkatkan kinerja
organisasi. 7.
Menghemat biaya, pembuatan atau menghemat biaya akibat keputusan yang salah.
8. Keputusan lebih objektif, dan konsisten dibandingkan dengan intuisi saja.
27 9.
Meningkatkan efektifitas manajerial, dengan menghemat waktu kerja pada bidang analisis, perencanaan, dan pelaksanaan.
10. Meningkatkan produktivitas dari analisis. 11. DSS mampu menyajikan berbagai alternatif.
12. DSS dapat menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran sehingga dapat memperkuat posisi pengambil keputusan.
2.6.4 Tujuan DSS
Menurut McLeod 2004, DSS memiliki tujuan sebagai berikut: 1.
Membantu pengambil keputusan dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur.
2. Mendukung penilaian seorang pengambil keputusan bukan menggantikan
keputusan yang akan diambil oleh pengambil keputusan. 3.
Meningkatkan efektivitas dari suatu keputusan, bukan dari sisi efisiensi.
2.7 Baitul Mal wat Tamwil BMT
Baitul mal wat tamwil BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengn antara lain mendorong kegiatan
menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, baitul mal wat tamwil juga bisa menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta
menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya Pinbuk dalam Soemitra,
28 2009. BMT merupakan solusi bagi kelompok ekonomi masyarakat bawah yang
membutuhkan dana bagi pengembangan usaha kecil. BMT merupakan lembaga ekonomi rakyat kecil yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan berdasarkan prinsip syariah dan prinsip koperasi Pinbuk dalam Norvadewi,
2007.
2.7.1 Profil BMT
Secara umum profil BMT dapat dirangkum dalam butir-butir berikut Soemitra, 2009:
a. Tujuan BMT, yaitu meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. b.
Sifat BMT, yaitu memiliki usaha bisnis yang bersifat mandiri, ditumbuhkembangkan dengan swadaya dan dikelola secara profesional serta
berorientasi untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat lingkungannya. c.
Visi BMT, yaitu menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat dan kuat, ynag kualitas ibadah anggotanya meningkat sedemikian rupa sehingga
mampu berperan menjadi wakil pengabdi Allah memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.
d. Misi BMT, yaitu mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan masyarakat
dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan dan ekonomi ribawi, gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil dan
kelembagaannya menuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju dan
29 gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani yang adil dan
berkemakmuran berkemajuan, serta makmur maju berkeadilan berlandaskan syariah dan rida Allah SWT.
e. Fungsi BMT, yaitu 1 mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir,
mendorong, dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota, kelompok usaha anggota muamalat dan kerjanya; 2
mempertinggi kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh menghadapi tantangan global; dan 3
menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.
f. Prinsip-prinsip utama BMT, yaitu:
1. Keimanan dan
ketakwaan pada
Allah SWT.
Dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam ke
dalam kehidupan nyata; 2. Keterpaduan kaffah di mana nilai-nilai spiritual berfungsi
mengarahkan dan menggerakkan etika dan moral yang dinamis, proaktif, progresif, adil, dan berakhlak mulia;
3. Kekeluargaan; 4. Kebersamaan;
5. Kemandirian; 6. Profesionalisme;
7. Istikamah: konsisten, kontinuitasberkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa.
30 g.
Ciri-ciri utama BMT, yaitu: 1. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan
ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya; 2. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan
penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak. 3. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di
sekitarnya. 4. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT itu
sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat itu.
2.8 Konsep Dasar Pembiayaan Murabahah
Akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan
harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. murabahah berasal dari kata ribhu keuntungan karena dalam transaksi jual beli penjual menyebut jumlah
keuntungannya marginmark up Soemitra, 2009. Dalam hal ini, lembaga keuangan syariah perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah non-bank
bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga yang
disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan PSAK 102, 2006.
Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual-beli dan jika
telah disepakati, tidak dapat berubah selama berlakunya akad PKES, 2008. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran
31 tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan
kepada pembeli tetapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu PSAK 102, 2006. Berikut adalah skema dalam
akad murabahah. 1
4 5
2 3
Gambar 2.3 Skema murabahah pada Bank Syariah Sumber: Hosen et al. 2008 Misalnya, nasabah menginginkan mobil dengan cara mencicil namun
mendapatkan barang di awal. 1. Nasabah mengajukan pembiayaan mobil ke bank
2. Bank akan membelikan mobil ke pemasok tunai 3. Pemasok memberikan mobil
4. Bank akan menyerahkan mobil ke nasabah 5. Nasabah membayar secara cicilan Pokok + Keuntungan
Bank Syariah
Nasabah
Pemasok
32
2.8.1 Ketentuan Syar’i Transaksi Murabahah.
Pembolehan penggunaan murabahah didasarkan pada Al Qur’an surat An- Nisa ayat 29 dan surat Al Baqarah ayat 275:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.....An-Nisaa: 29.
Artinya: Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...Al Baqarah: 275 Selain itu, ada pula hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang berbunyi
sebagai berikut: Dari Shuaib Ar Rumi R.A bahwa Rasulullah SAW bersabda, “
Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah mudharabah,
33
dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” HR. Ibnu Majah dari Shuhaib.
Ketentuan syar’i terkait dengan transaksi murabahah, digariskan oleh Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 04DSN-MUIIV2000
tentang murabahah. Fatwa tersebut membahas tentang ketentuan umum murabahah dalam bank syariah, ketentuan murabahah kepada nasabah, jaminan,
utang dalam murabahah, penundaan pembayaran, dan kondisi bangkrut pada nasabah murabahah Yaya et al. 2009.
2.8.2 Rukun Transaksi Murabahah
Rukun transaksi murabahah meliputi transaktor, objek murabahah, serta ijab dan kabul Yaya et al. 2009.
1. Transaktor
Transaktor dalam transaksi murabahah terdiri atas pembeli yaitu nasabah yang memerlukan barang dan penjual yaitu bank syariah. Dalam fikih
muamalah, transaktor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang optimal, seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa, dan
lainnya. 2.
Objek murabahah Rukun objek murabahah meliputi barang dan harga barang yang
diperjualbelikan. Terkait dengan barang, Fatwa DSN nomor 4 menyatakan bahwa dalam jual beli murabahah, barang yang diperjual belikan bukanlah barang yang
diharamkan oleh syariah Islam.
34 3.
Ijab dan Kabul Ijab dan kabul merupakan pernyataan kehendak para pihak yang
bertransaksi, baik secara lisan, tertulis, atau secara diam-diam. Akad murabahah memuat semual hal yang yang terkait dengan posisi serta hak penjual dan
pembeli.
2.9 Prinsip Pemberian Kredit Kepada Nasabah
Pemberian kredit kepada seorang calon debitur harus memenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 5C, kelima prinsip tersebut adalah Kasmir, 2002:
1. Character Karakter Merupakan data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti sifat-
sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga maupun hobinya. Kegunaan dari penilaian tesebut untuk
mengetahui sampai sejauh mana iktikadkemauan calon calon debitur untuk memenuhi kewajibannya wiilingness to pay sesuai dengan janji yang telah
ditetapkan. Pemberian kredit atas dasar kepercayaan, sedangkan yang mendasari suatu kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank
bahwa calon debitur memiliki moral, watak dan sifat-sifat pribadi yang positif dan koperatif. Disamping itu mempunyai tanggung jawab, baik
dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat, maupun dalam menjalankan usahanya. Karakter merupakan
faktor yang dominan, sebab walaupun calon debitur tersebut cukup mampu
35 untuk menyelesaikan hutangnya, kalau tidak mempunyai itikad yang baik
tentu akan membawa kesulitan bagi bank dikemudian hari.
2.
Capacity Kapasitas Capacity dalam hal ini merupakan suatu penilaian kepada calon debitur
mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Jadi
jelaslah maksud penilaian dari terhadap capacity ini untuk menilai sampai sejauh mana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut akan mampu
untuk melunasinya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Pengukuran capacity dari calon debitur dapat dilakukan melalui
berbagai pendekatan antara lain pengalaman mengelola usaha business record nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola pernah mengalami
masa sulit apa tidak, bagaimana mengatasi kesulitan. Capacity merupakan ukuran dari ability to pay atau kemampuan dalam membayar.
3. Capital Kekayaan Adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang
dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur permodalan, ratio-ratio keuntungan yang diperoleh seperti return on equity,
return on investment. Dari kondisi di atas bisa dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan, dan beberapa besar plafon pembiayaan yang
layak diberikan.
36 4. Condition of Economy Kondisi Ekonomi
Kredit yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon debitur. Ada suatu usaha yang
sangat tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha calon debitur. Permasalahan
mengenai Condition of economy erat kaitannya dengan faktor politik, peraturan perundang-undangan negara dan perbankan pada saat itu serta
keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran seperti Gempa bumi, tsunami, longsor, banjir dsb. Sebagai contoh beberapa saat yang lalu terjadi gejolak
ekonomi yang bersifat negatif dan membuat nilai tukar rupiah menjadi sangat rendah, hal ini menyebabkan perbankan akan menolak setiap bentuk
kredit invenstasi maupun konsumtif. 5. Collateral Jaminan
Adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon debitur benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya .Collateral diperhitungkan
paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang
mungkin bisa dijadikan jaminan. Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan bisa juga collateral tidak berwujud, seperti
jaminan pribadi bortogch, letter of guarantee, rekomendasi. Penilaian terhadap collateral ini dapat ditinjau dari 2 dua segi yaitu:
a. Segi ekonomis yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan digunakan.
37 b. Segi yuridis apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis
untuk dipakai sebagai agunan. Djohan 2000 menjelaskan Tujuh unsur dalam konsep 7P sebenarnya
mempunyai kesamaan dengan lima unsur dalam 5C. Misalnya unsur kepribadian memiliki kesamaan dengan unsur karakter. Sedangkan unsur tujuan, prospek, dan
pembayaran dapat memperjelas unsur kapasitas dalam konsep 5C. Unsur perlindungan dalam 7P mungkin dapat disamakan dengan kollateral dalam konsep
5C. Konsep 7P yaitu:
1.
Personality Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat
hidupnya kelahiran, pendidikan, pengalaman, usahapekerjaan, dan sebagainya, hobi, keadaan keluarga istri, anak, social standing pergaulan
dalam masyarakat serta bagaimana pendapat masyarakat tentang diri si peminjam, serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian si
peminjam. 2. Purpose
Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah akan digunakannya untuk berdagang, atau untuk membeli rumah atau untuk
tujuan lainnya. Selain itu apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit yang bersangkutan. Misalnya, tujuan atau keperluan
kredit untuk perkapalan sedangkan line of business bank dalam bidang pertanian.
38 3. Prospect
Yang dimaksud dengan prospect adalah harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha si peminjam. ini dapat diketahui dari
perkembangan usaha
peminjam selama
beberapa bulantahun,
perkembangan keadaan
ekonomi perdagangan,
keaadaan ekonomiperdagangan sektor usaha si peminjam, kekuatan keuangan
perusahaan yang
dibuat dari
earning power
kekuatan pendapatankeuntungan masa lalu dan perkiraan masa mendatang.
4. Payment Mengetahui bagaimana perkiraan pembayaran kembali pinjaman yang
akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospek, kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan
kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengambilannya.
5. Profitability Menilai berapa tingkat keuntungan yang akan diraih calon debitur,
bagaimana polanya, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya. 6. Protection
Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau
asuransi.
39 7. Party
Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank
dalam hal pemberian fasilitas. Penggalian informasi mengenai pemohon kreditpembiayaan sangat
dibutuhkan dalam proses analisis pengajuan kreditpembiayaan. Penggalian informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan saluran-saluran yang ada dari
pihak di luar pemohon. Menurut Laksmana 2009, informasi eksternal pemohon kredit adalah sumber-sumber informasi di luar pemohon yang dapat
menginformasikan kondisi pemohon dari berbagai sisi, diantaranya adalah: 1. SID-BI Sistem Informasi Debitur – Bank Indonesia
SID merupakan suatu sistem pelaporan debiturnasabah pembiayaan perbankan kepada Bank Indonesia. Dalam SID bisa diketahui apakah
seseorang sedangtidak menikmati fasilitas pembiayaan atau kredit dari bank. Bilamana tercantum seseorang sedang menikmati fasilitas dari bank,
maka akan dapat diketahui informasi terkait pembiayaannya meliputi: Nama bank pemberi fasilitas.
Plafon dan outstanding terakhir fasilitas. Jaminan yang diikat oleh bank.
Kondisi kolektibilitas tingkat kelancaran pembayaran kewajiban nasabah kepada bank.
Informasi terpenting SID adalah laporan tingkat kolektibilitas pembiayaan yang saat ini sedang dinikmati pemohon. Apakah dalam
40 kondisi kolektibilitas 1 lancar, 2 dalam perhatian khusus, 3 kurang
lancar, 4 diragukan, dan 5 macet. Menurut ketentuan Bank Indonesia, bank dilarang memberikan pembiayaan baru, tambahan, maupun
perpanjangan fasilitas apabila seseorang diindikasikan memiliki fasilitas di bank dalam kondisi tidak lancar selain kolektibilitas 1. Dengan demikian
apabila pemohon memiliki catatan kolektibilitas terbaru tidak lancar kolektibilitas 2,3,4 dan 5, maka sebaiknya permohonannya tidak diproses
lebih lanjut ditolak. 2. DHN Daftar Hitam Nasional
DHN adalah suatu pelaporan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, berisikan informasi mengenai pemilik rekening giro di seluruh perbankan di
Indonesia mengalami black-list karena adanya tolakan penarikan giro akibat dana yang tersedia tidak cukup. Mekanisme pelaporan DHN diatur sendiri
oleh Bank Indonesia. Seorang account officer harus mewaspadai kondisi keuangan seorang pemohon pembiayaan apabila namanya tercatat sebagai
black list dalam DHN. Status ini mengindikasikan manajemen keuangan pemohon yang kurang baik. Seperti adanya kondisi mis-match antara waktu
pembayaran tagihan dari para pembeli dan kewajiban pembayaran utang kepada supplier, atau adanya kondisi pembelian barang yang excessive
berlebihan tanpa mempertimbangkan kemampuan kapasitas penjualan, dan sebagainya.
41
2.10 Metodologi Pengembangan Sistem
Metodologi pengembangan sistem merupakan sebuah proses pengembangan terstandarisasi yang mendefinisikan satu set aktivitas, metode, praktik terbaik, dan
perangkat terotomasi yang akan digunakan oleh para pengembang sistem dan manajer proyek untuk mengembangkan dan secara berkesinambungan
memperbaiki sistem informasi dan perangkat lunak Whitten et al. 2004.
2.10.1 Prinsip-Prinsip Dasar Pengembangan Sistem
Whitten et al. 2004 memperkenalkan beberapa prinsip umum yang mendasari semua metodologi pengembangan sistem.
1. Keterlibatan Para Pengguna Sistem.
Keterlibatan pengguna
sistem adalah
kebutuhan absolut
untuk pengembangan sistem yang berhasil. Analis, desainer dan pembangun sistem yang
bertanggung jawab dalam pengembangan sistem harus mengikutsertakan para pemilik dan pengguna, mendesak partisipasi mereka, dan mencari persetujuan dari
semua stakeholder mengenai keputusan-keputusan yang mungkin mempengaruhi mereka. Komunikasi konstan dan menyeluruh dengan para pemilik dan pengguna
dapat melawan ancaman yang berupa pertentangan pada perubahan dan penggunaan teknologi informasi.
2. Pendekatan Pemecahan Masalah.
Pendekatan pemecahan masalah yang klasik adalah sebagai berikut: Mempelajari dan memahami masalah, konteks, dan impaknya.
Mendefinisikan persyaratan yang harus dipenuhi oleh semua solusi.
42 Mengidentifikasikan solusi-solusi calon yang memenuhi persyaratan
dan memilih solusi terbaik. Mendesain dan atau mengimplementasikan solusi terpilih.
Mengamati dan mengevaluasi impak solusi, dan memperbaiki solusi tersebut.
3. Pembentukan Fase dan Aktivitas.
Semua metodologi menentukan fase-fase dan aktivitas-aktivitas. Jumlah dan lingkup fase dan aktivitas bervariasi dari penulis ke penulis, ahli ke ahli,
metodologi ke metodologi dan bisnis ke bisnis. 4.
Dokumentasi. Untuk meningkatkan komunikasi yang baik antara para stakeholder yang
berubah secara konstan, dokumentasi haruslah menjadi produk tambahan seluruh usaha pengembangan sistem
5. Pembentukan Standar.
Dalam banyak organisasi, standar-standar berbentuk arsitektur teknologi informasi enterprise. Arsitektur TI menetapkan standar yang berperan untuk
mengarahkan solusi teknologi dan sistem informasi ke visi teknologi atau konfigurasi umum.
6. Pengelolaan Proses dan Proyek.
Pengelolaan proses dan proyek harus dilakukan dalam metodologi pengembangan sistem. Manajemen proses memastikan bahwa proses atau
manajemen terpilih perusahaan digunakan secara konsisten pada dan lintas proyek. Manajemen proyek memastikan bahwa sistem informasi dikembangkan
43 dengan biaya minimal, dalam kerangka waktu yang ditentukan, dan dengan
kualitas yang dapat diterima. 7.
Sistem Informasi Sebagai Investasi Modal. Sistem informasi adalah investasi modal. Para pemilik sistem telah
berkomitmen pada investasi ini, di mana komitmen ini terbentuk saal awal proyek, saat para pemilik sistem setuju untuk mensponsori dan mendanai proyek
tersebut. 8.
Pembatalan atau Revisi Lingkup. Proyek harus dievaluasi ulang pada tiap titik periksa untuk menentukan
apakah proyek tetap praktis untuk melanjutkan investasi waktu, usaha, dan sumber daya ke dalam proyek. Pada tiap titik periksa, analis harus memperhatikan
opsi-opsi: Membatalkan proyek jika sudah tidak praktis lagi.
Mengevaluasi ulang dan menyesuaikan biaya dan jadwal jika lingkup proyek akan ditingkatkan.
Mengurangi lingkup jika anggaran dan jadwal proyek macet dan tidak cukup untuk membiayai semua tujuan proyek.
9. Subsistem.
Sebuah sistem dibagi menjadi subsistem-subsistem dan komponen- komponen supaya lebih mudah menaklukkan masalah dan membangun sistem
yang lebih besar.