Penentuan Prioritas Subkriteria Model AHP Analytic Hierarchy Process

109 subkriteria, dalam hal ini ada 3. Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. c. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Tabel 4.8 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Karakter Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0,64 0,81 0,42 1,87 Cukup 0,21 0,27 0,3 0,78 Kurang 0,08 0,05 0,06 0,19 Nilai 0,64 pada kolom baik baris baik diperoleh dari hasil perhitungan nilai prioritas baris baik pada tabel 4.7 yaitu 0,64 dikali dengan nilai kolom baik baris baik pada tabel 4.6 1. Nilai pada kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan nilai dari setiap baris. d. Perhitungan Rasio Konsistensi Tabel 4.9 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Karakter Jumlah Per Baris Prioritas Hasil Baik 1,87 0,64 2,51 Cukup 0,78 0,27 1,05 Kurang 0,19 0,06 0,25 Nilai-nilai pada kolom jumlah per baris diperoleh dari nilai-nilai kolom jumlah tabel 4.8 dan nilai-nilai pada kolom prioritas diperoleh dari nilai-nilai kolom prioritas tabel 4.7. Nilai-nilai pada kolom hasil diperoleh dari perhitungan nilai pada setiap baris.  Jumlah penjumlahan nilai-nilai hasil = 3,81 110  n jumlah kriteria = 3  λ maks jumlahn = 1,27  CI λ maks-n n-1 = -0,86  CR CIIR = -1,49 kurang dari 0,1, maka rasio konsistensi dapat diterima 2. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria kapasitas. a. Matriks Perbandingan Berpasangan Tabel 4.9 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Kapasitas Baik Cukup Kurang Baik 1 2 5 Cukup 0,5 1 3 Kurang 0,2 0,33 1 1,7 3,33 9 Nilai 1 pada kolom baik baris baik menggambarkan tingkat kepentingan yang sama, sedangkan angka 2 menggambarkan kriteria baik sedikit lebih penting dibandingkan cukup. Nilai 0,5 didapat dari hasil perhitungan 1 dibagi nilai kolom cukup baris baik 2 dan nilai 0,2 dan 0,33 diperoleh dengan cara yang sama. b. Matriks Nilai Subkriteria Tabel 4.10 Matriks Nilai Subkriteria dari Kriteria Kapasitas Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Subkriteria Baik 0,58 0,6 0,55 1,73 0,57 1 Cukup 0,29 0,3 0,33 0,92 0,3 0,52 Kurang 0,11 0,1 0,11 0,32 0,1 0,17 Nilai 0,58 pada kolom baik baris baik didapat dari hasil perhitungan nilai kolom baik baris Baik pada tabel 4.9 yaitu 1 dibagi jumlah kolom baik tabel 4.9. 111 Nilai pada kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan setiap baris dan nilai 0,57 pada kolom prioritas baris baik didapat dari nilai 1,73 dibagi dengan jumlah subkriteria, dalam hal ini ada 3. Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. c. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Tabel 4.11 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Kapasitas Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0,57 0,6 0,5 1,67 Cukup 0,28 0,3 0,3 0,88 Kurang 0,11 0,1 0,1 0,32 Nilai 0,57 pada kolom baik baris baik diperoleh dari hasil perhitungan nilai prioritas baris Baik pada tabel 4.10 yaitu 0,57 dikali dengan nilai kolom baik baris baik pada tabel 4.9 1. Nilai pada kolom Jumlah merupakan hasil penjumlahan nilai dari setiap baris. d. Perhitungan Rasio Konsistensi Tabel 4.12 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Kapasitas Jumlah Per Baris Prioritas Hasil Baik 1,67 0,57 2,24 Cukup 0,88 0,3 1,18 Kurang 0,32 0,1 0,42 Nilai-nilai pada kolom jumlah per baris diperoleh dari nilai-nilai kolom jumlah tabel 4.11 dan nilai-nilai pada kolom prioritas diperoleh dari nilai-nilai kolom prioritas tabel 4.10. Nilai-nilai pada kolom hasil diperoleh dari perhitungan nilai pada setiap baris. 112  Jumlah penjumlahan nilai-nilai hasil = 3,84  n jumlah kriteria = 3  λ maks jumlahn = 1,28  CI λ maks-n n-1 = -0,86  CR CIIR = -1,49 kurang dari 0,1, maka rasio konsistensi dapat diterima 3. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria jaminan. a. Matriks Perbandingan Berpasangan Tabel 4.13 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Jaminan Baik Cukup Kurang Baik 1 2 5 Cukup 0,5 1 3 Kurang 0,2 0,33 1 1,7 3,33 9 Nilai 1 pada kolom baik baris baik menggambarkan tingkat kepentingan yang sama, sedangkan angka 2 menggambarkan kriteria baik sedikit lebih penting dibandingkan cukup. Nilai 0,5 didapat dari hasil perhitungan 1 dibagi nilai kolom cukup baris baik 2 dan nilai 0,2 dan 0,33 diperoleh dengan cara yang sama. b. Matriks Nilai Subkriteria Tabel 4.14 Matriks Nilai Subkriteria dari Kriteria Jaminan Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Subkriteria Baik 0,58 0,6 0,55 1,73 0,57 1 Cukup 0,29 0,3 0,33 0,92 0,3 0,52 Kurang 0,11 0,1 0,11 0,32 0,1 0,17 113 Nilai 0,58 pada kolom baik baris baik didapat dari hasil perhitungan nilai kolom baik baris baik pada tabel matriks perbandingan berpasangan yaitu 1 dibagi jumlah kolom baik tabel matriks perbandingan berpasangan. Nilai pada kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan setiap baris dan nilai 0,57 pada kolom prioritas baris baik didapat dari nilai 1,73 dibagi dengan jumlah subkriteria, dalam hal ini ada 3. Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. c. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Tabel 4.15 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Jaminan Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0,57 0,6 0,5 1,67 Cukup 0,28 0,3 0,3 0,88 Kurang 0,11 0,1 0,1 0,32 Nilai 0,57 pada kolom baik baris baik diperoleh dari hasil perhitungan nilai prioritas baris baik pada tabel matriks nilai subkriteria yaitu 0,57 dikali dengan nilai kolom baik baris baik pada tabel matriks perbandingan berpasangan 1. Nilai pada kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan nilai dari setiap baris. d. Perhitungan Rasio Konsistensi Tabel 4.16 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Jaminan Jumlah Per Baris Prioritas Hasil Baik 1,67 0,57 2,24 Cukup 0,88 0,3 1,18 Kurang 0,32 0,1 0,42 Nilai-nilai pada kolom jumlah per baris diperoleh dari nilai-nilai kolom jumlah tabel matriks penjumlahan setiap baris dan nilai-nilai pada kolom prioritas 114 diperoleh dari nilai-nilai kolom prioritas tabel matriks nilai subkriteria. Nilai-nilai pada kolom hasil diperoleh dari perhitungan nilai pada setiap baris.  Jumlah penjumlahan nilai-nilai hasil = 3,84  n jumlah kriteria = 3  λ maks jumlahn = 1,28  CI λ maks-n n-1 = -0,86  CR CIIR = -1,49 kurang dari 0,1, maka rasio konsistensi dapat diterima 4. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria pekerjaan. a. Matriks Perbandingan Berpasangan Tabel 4.17 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pekerjaan Baik Cukup Kurang Baik 1 2 3 Cukup 0,5 1 2 Kurang 0,33 0,5 1 1,83 3,5 6 Nilai 1 pada kolom baik baris baik menggambarkan tingkat kepentingan yang sama, sedangkan angka 2 menggambarkan kriteria baik sedikit lebih penting dibandingkan cukup. Nilai 0,5 didapat dari hasil perhitungan 1 dibagi nilai kolom cukup baris baik 2 dan nilai 0,33 dan 0,5 diperoleh dengan cara yang sama. b. Matriks Nilai Subkriteria Tabel 4.18 Matriks Nilai Subkriteria dari Kriteria Pekerjaan Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Subkriteria Baik 0,54 0,57 0,5 1,61 0,53 1 Cukup 0,27 0,28 0,33 0,88 0,29 0,54 Kurang 0,18 0,14 0,16 0,48 0,16 0,3 115 Nilai 0,54 pada kolom baik baris baik didapat dari hasil perhitungan nilai kolom baik baris baik pada tabel matriks perbandingan berpasangan yaitu 1 dibagi jumlah kolom baik tabel matriks perbandingan berpasangan. Nilai pada kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan setiap baris dan nilai 0,53 pada kolom prioritas baris baik diperoleh dari nilai 1,61 dibagi dengan jumlah subkriteria, dalam hal ini ada 3. Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. c. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Tabel 4.19 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Pekerjaan Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0,53 0,58 0,48 1,59 Cukup 0,27 0,29 0,32 0,88 Kurang 0,17 0,14 0,16 0,47 Nilai 0,53 pada kolom baik baris baik diperoleh dari hasil perhitungan nilai prioritas baris baik pada tabel matriks nilai subkriteria yaitu 0,53 dikali dengan nilai kolom baik baris baik pada tabel matriks perbandingan berpasangan 1. Nilai pada kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan nilai dari setiap baris. d. Perhitungan Rasio Konsistensi Tabel 4.20 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Pekerjaan Jumlah Per Baris Prioritas Hasil Baik 1,59 0,53 2,12 Cukup 0,88 0,29 1,17 Kurang 0,47 0,16 0,63 Nilai-nilai pada kolom jumlah per baris diperoleh dari nilai-nilai kolom jumlah tabel matriks penjumlahan setiap baris dan nilai-nilai pada kolom prioritas 116 diperoleh dari nilai-nilai kolom prioritas tabel matriks nilai subkriteria. Nilai-nilai pada kolom hasil diperoleh dari perhitungan nilai pada setiap baris.  Jumlah penjumlahan nilai-nilai hasil = 3,92  n jumlah kriteria = 3  λ maks jumlahn = 1,3  CI λ maks-n n-1 = -0,85  CR CIIR = -1,46 kurang dari 0,1, maka rasio konsistensi dapat diterima 5. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria data tambahan. a. Matriks Perbandingan Berpasangan Tabel 4.21 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Data Tambahan Baik Cukup Kurang Baik 1 2 2 Cukup 0,5 1 2 Kurang 0,5 0,5 1 2 3,5 5 Nilai 1 pada kolom baik baris baik menggambarkan tingkat kepentingan yang sama, sedangkan angka 2 menggambarkan kriteria baik sedikit lebih penting dibandingkan cukup. Nilai 0,5 didapat dari hasil perhitungan 1 dibagi nilai kolom cukup baris baik 2. b. Matriks Nilai Subkriteria Tabel 4.22 Matriks Nilai Subkriteria dari Kriteria Data Tambahan Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Subkriteria Baik 0,5 0,57 0,4 1,47 0,49 1 Cukup 0,25 0,28 0,4 0,93 0,31 0,63 Kurang 0,25 0,14 0,2 0,59 0,19 0,38 117 Nilai 0,5 pada kolom baik baris baik didapat dari hasil perhitungan nilai kolom baik baris baik pada tabel matriks perbandingan berpasangan yaitu 1 dibagi jumlah kolom baik tabel matriks perbandingan berpasangan. Nilai pada kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan setiap baris dan nilai 0,49 pada kolom prioritas baris baik didapat dari nilai 1,47 dibagi dengan jumlah subkriteria, dalam hal ini ada 3. Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. c. Matriks Penjumlahan Setiap Baris. Tabel 4.23 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Data Tambahan Baik Cukup Kurang Jumlah Baik 0,49 0,62 0,38 1,49 Cukup 0,24 0,31 0,38 0,93 Kurang 0,24 0,15 0,19 0,58 Nilai 0,49 pada kolom baik baris baik diperoleh dari hasil perhitungan nilai prioritas baris baik pada tabel matriks nilai subkriteria yaitu 0,49 dikali dengan nilai kolom baik baris baik pada tabel matriks perbandingan berpasangan 1. Nilai pada kolom jumlah merupakan hasil penjumlahan nilai dari setiap baris. d. Perhitungan Rasio Konsistensi. Tabel 4.24 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Data Tambahan Jumlah Per Baris Prioritas Hasil Baik 1,49 0,49 1,98 Cukup 0,93 0,31 1,24 Kurang 0,58 0,19 0,77 118 Nilai-nilai pada kolom jumlah per baris diperoleh dari nilai-nilai kolom jumlah tabel matriks penjumlahan setiap baris dan nilai-nilai pada kolom prioritas diperoleh dari nilai-nilai kolom prioritas tabel matriks nilai subkriteria. Nilai-nilai pada kolom hasil diperoleh dari perhitungan nilai pada setiap baris.  Jumlah penjumlahan nilai-nilai hasil = 4  n jumlah kriteria = 3  λ maks jumlahn = 1,33  CI λ maks-n n-1 = -0,83  CR CIIR = -1,43 kurang dari 0,1, maka rasio konsistensi dapat diterima

4.3.1.4 Perhitungan Hasil

Nilai prioritas kriteria dan subkriteria kemudian dituangkan dalam matriks hasil dibawah ini. Tabel 4.25 Matriks Hasil Karakter Kapasitas Jaminan Pekerjaan Data Tambahan 0,35 0,26 0,19 0,1 0,06 Baik Baik Baik Baik Baik 1 1 1 1 1 Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup 0,42 0,52 0,52 0,54 0,63 Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 0,09 0,17 0,17 0,3 0,38 Seandainya diberikan data nilai dari tiga orang pemohon pembiayaan murabahah seperti di bawah ini, maka hasilnya akan tampak pada tabel 4.27. 119 Tabel 4.26 Nilai Pemohon Murabahah Karakter Kapasitas Jaminan Pekerjaan Data Tambahan Rio Baik Cukup Baik Cukup Kurang Amin Cukup Cukup Kurang Baik Cukup Rusdi Kurang Baik Baik Cukup Baik Tabel 4.27 Hasil Akhir Karakter Kapasitas Jaminan Pekerjaan Data Tambahan Total Rio 0,35 0,13 0,19 0,05 0,02 0,74 Amin 0,14 0,13 0,03 0,1 0,03 0,43 Rusdi 0,03 0,26 0,19 0,05 0,06 0,59 Nilai 0,35 pada kolom karakter baris Rio diperoleh dari nilai Rio untuk kriteria karakter, yaitu baik dengan prioritas sebesar 1 dikalikan dengan prioritas karakter sebesar 0,35. Kolom total diperoleh dari penjumlahan pada masing- masing barisnya. Nilai total tersebut yang dipakai sebagai dasar memberi peringkat kelayakan calon nasabah pembiayaan murabahah. Semakin besar nilainya, pemohon murabahah tersebut akan semakin layak untuk menerima pembiayaan. 120

4.3.2 Use Case Diagram

Use case diagram mendeskripsikan interaksi aktor di dalam sistem pendukung keputusan penilaian kelayakan calon nasabah. Tabel 4.28 Identifikasi Aktor dan Use case No. Aktor Description 1. Kepala Marketing Orang yang meng-input nilai calon nasabah, skala penilaian pada masing-masing kriteria AHP dan membuat print out hasil penilaian. 2. Administrasi Pembiayaan Orang yang meng-input data calon nasabah. Selanjutnya pada tabel 4.29 menjelaskan interaksi aktor dengan sistem atau menjadi sebuah use case. Tabel 4.29 Daftar Diagram Use case Proses Penilaian Kelayakan Calon Nasabah Murabahah No. Use case Name Description Aktor 1. Login Use case menggambarkan kegiatan mengisi username dan password untuk masuk ke dalam sistem. Kepala Marketing, Administrasi Pembiayaan 2. Input nilai karakter pemohon Use case menggambarkan kegiatan meng-input nilai karakter pemohon murabahah. Kepala Marketing 3. Tampil nilai karakter pemohon Use case menggambarkan kegiatan menampilkan data penilaian karakter pemohon murabahah. Kepala Marketing 4. Input data pemohon Use case menggambarkan kegiatan meng-input data pemohon Administrasi Pembiayaan