Praktik Keagamaan Program Keagamaan SLB A PTN

hasil sembelihan dibagikan kepada siswa. tujuan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, untuk menanamkan sikap rela berkorban, serta keikhlasan terhadap apa yang telah dikorbankan, semisal harga hewan kurban yang mahal dan tak perlu memikirkan apa yang telah dikeluarkan berupa harta. Selain itu, mendidik siswa untuk tidak kikir, serta perduli terhadap sesama. 91 Adalagi kegiatan tambahan. Pada SLB menjelang libur pihak sekolah tepatnya satu tahun sekali mengadakan kegiatan di luar program formal, berupa tadabur, yaitu kegiatan untuk mendidik siswa dalam merenungkan perihal kehidupan yang dilaksanakan di tempat tertentu semisal Masjid Kubah Emas yang berlokasi di Depok. Rangkaian kegiatan tersebut berupa ceramah, dzikir, dan do’a. adapun substansinya, adalah pembelajaran mengenai kehidupan dan wisata religius. Tujuannya untuk mendidik siswa dalam mempertebal keimanan serta memahami kehidupan. 92 Maka terangkanlah bahwa sekolah mendidik siswa untuk senantiasa memperhatikan kehidupan yang di dalamnya bukan hanya sekedar mengenai masalah manusia tetapi dengan alam sekitar. Karena dijumpai pembelajaran mengenai menanam. Oleh karena itu, pendidikan lingkungan terkhusus dalam kaitannya dengan menjaga ekosistem telah di tanamkan di SLB. Dari berbagai uraian diatas, bisa dipahami bahwa SLB A PTN memiliki berbagai rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan. Maka dari itu bisa dipahami bahwa SLB memiliki sebuah usaha dalam membina keberagamaan siswa tunanetra. Darinya penulis akan menelusuri keberagamaan melalui kajian terhadap sikap keberagamaan siswa tunanetra sebagai dampak dari program keagamaan yang telah dijalankan. 91 Hasil Wawancara dengan Maksum, S. Ag, M. Pd, Guru Agama SMA-LB, Senin, 02, Mei, 2016. 92 Hasil Wawancara dengan Ahmad Sudarma, S. Pd, Guru Keterampilan SMP-LB, Senin, 02, Mei, 2016.

B. Analisa Terhadap Sikap Keberagamaan Siswa Tunanetra

Sebagaimana telah diuraikan bahwa sikap keberagamaan merupakan moralitas masyarakat religius. Maka dari itu, agama melalui ajaran yang berefek bukan hanya sensasi psikologis individu saja, melainkan pada pembentukan intera personal. Dalam hal ini akan berpengaruh pada pola hubungan antar individu yang memilii satu keyakinan, bahkan antar umat beragama sekalipun. Perbedaan keyakinan di tengah masyarakat merupakan sebuah keniscayaan dari banyaknya agama yang dianut oleh masyarakat. Terkait demikian, suatu sikap toleransi ataupun konflik yang diakibatkan perbedaan tersebut merupakan bentuk sikap keberagamaan dari akumulasi atas keyakinan, pemahaman serta doktrin yang didapatkannya. Dari hal tersebut, Jalaluddin Rakhmat sebagai mana mengutif pendapat Gordon W. Allport, dalam bukunya yang berjudul Islam Alternatif, menyebutkan dua cara beragama yaitu sikap keberagamaan ekstrinsik dan intrinsik. Sikap Keberagamaan ekstrinsik yakni memandang beragama sesuatu untuk dimanfaatkan dan bukan untuk kehidupan. Di sini Agama digunakan untuk menunjang motif-motif lain, dalam arti hanya melaksanakan agama dari sisi ritual saja tanpa memperhatikan aspek utama dari ajaran tersebut. Cara beragama seperti ini tidak akan melahirkan masyarakat yang penuh kasih sayang melainkan sebaliknya, kebencian, iri hati dan fitnah masih akan tetap berlangsung. 93 Sedangkan sikap keberagamaan yang bersifat intrinsik yakni agama dipandang sebagai comprehensive commitment dan driving integrating motive, yang mengatur seluruh hidup seseorang. Agama diterima sebagai faktor pemadu unifying faktor. Dan cara beragama seperti ini lebih tertanam pada diri penganutnya, hanya dengan demikianlah kita menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang ”. 94 Jadi bisa dikatakan bahwa sikap keberagamaan intrinsic sebagai 93 Jalaluddin Rakhmat, Islam alternative ceramah-ceramahdi Kampus, Bandung: Mizan, 1986, h. 25. 94 Ibid, h. 26. sebuah efek keberagamaan yang ideal terlepas dari hasil tulisan orang yang secara prinsip memiliki perbedaan pemahaman, serta dari teori yang dirumuskan oleh ilmuan barat, namun secara substansial hal demikian mesti hadir pada masyarakat religius. Terkhusus dalam lembaga pendidikan yang memberikan bimbingan keagamaan hendaknya bisa membentuk jiwa keberagamaan siswa bukan hanya sekedar mengenai masalah ketaatan yang bersifat ritual saja, melainkan bisa membentuk sebuah kepribadian peserta didik yang memiliki etika yang baik dan bisa membentuk peserta didik yang religius dan berbudi pekerti baik. Uraian di atas sejalan dengan tujuan dari pendidikan Islam, yaitu menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat, serta senantiasa mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam kehidupan baik dengan Allah, sesama manusia, dan alam semesta. 95 Artinya penanaman keagamaan pada siswa memiliki harapan untuk membentuk sebuah manusia yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur. Maka dari itu, ajaran keagamaan yang termuat dalam sistem pendidikan baik formal maupun non formal mampu menanamkan akan nilai keagamaan pada peserta didik yang dalam finalitasnya bisa membentuk sebuah sikap keberagamaan sebagai kualitas dari moralitas manusia religius. Dalam membahas sikap keberagamaan siswa tunanetra, akan dirangkai dalam berberapa poin sebagaimana yang telah dirumuskan dalam BAB VI empat. Dalam pembahasannya, ini penulis akan mengacu pada program keagamaan SLB A Pembina Tingkat Nasional sebagimana telah diuraikan sebelumnya. 1. Aspek Ideologis keyakinan Siswa Tunanetra a. Mengimani agama Islam Sebuah keimanan dalam agama Islam secara terperinci terdapat dalam rukun iman yang menjadi fondasi keberagamaan dalam Islam. Dimulai dari iman kepada Allah SWT sampai iman kepada Qadha dan Qadhar. Namun dalam pembahasan skripsi ini akan ditambahkan 95 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012, Cet. Ke- 10, h. 29. dengan keimanan terhadap agama Islam. Hal tersebut perlu dilakukan menimbang sebelum membahas keimanan terlebih lanjut, kita perlu membahas keyakinan seseorang terhadap agamanya sebagai jalan pertama dalam menelusuri keberagamaan seseorang. Pada beberapa siswa yang penulis wawancara 96 , yaitu Siswa Menengah Pertama dan Siswa Menengah Atas di Sekolah Luar Bisaa A Pembina Tingkat Nasional yang berlokasi di Lebak Bulus Jakrta Selatan, didapati beberapa tanggapan siswa yang beragam. Islam dimaknai sebagai agama yang damai, karena pemeluknya dinilai mencintai Allah. Islampun dipandang sebagai sebuah prinsip, karena manusia memiliki pendirian masing-masing. Dalam pandangan lain dinilai agama Islam sebagai agama yang suci yang dipahami sebagai agama yang paling benar, agama yang dianjurkan Allah dan dimuliakan-Nya, serta agama yang paten. Dan pendapat lain menuturkan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kebenaran dan bukan agama yang mengajarkan kesesatan, Yang artinya secara kualitas, keberagamaan terlahir dari dua dasar yang berbeda yaitu agama didasari oleh sebuah kebenaran hakiki, dan agama didasari oleh sebuah keyakinan semu. Seorang siswi menyatakan, “Islam itu adalah sebuah agama yang mempelajari tentang bagaimana kita untuk berserah diri pada Allah, beribadah, berbuat sopan pada semua orang, mengajarkan kita berbagai kebaikan ”. 97 Ungkapan tersebut menunjukan bahwa siswa telah mengetahui bahwa Islam merupakan jalan untuk berserah diri kepada Allah. Sebagaimana dalam tinjauan terminologi, bahwa Islam merupakan Sebuah kepasrahan hamba kepada Penciptannya yaitu Allah. Siswi menyatakan bahwa Islam mengajarkan tentang kesopanan dan mengajarkan perihal kebaikan. Dalam hal ini siswi memahami Islam bukan hanya sebagai ajaran yang hanya menekankan ritual 96 Hasil Wawancara Pada Seluruh Informan Siswa Tunanetra, di SLB A Pembina Tingkat Nasional, Pada Tanggal 1-21 April 2016. 97 Hasil Wawancara dengan Nurul, Siswi Kelas VIII SMP-LB, semata, melainkan pula sebagai ajaran yang membimbing manusia untuk membangun sistem tata perilaku intrapersonal, yaitu mengajarkan tentang moralitas. Sebagai mana siswa lain menyatakan, “Islam adalah agama yang mengajarkan ketauhidan, mengajarkan adab, akhlak ”. 98 Maka, sebagian siswa telah memahami bahwa agama Islam bukan hanya sekedar menyangkut mengenai Eskatologis, melainkan pula sebagai moralitas yang membentuk sistem tata masyarakat yang dibangun dalam nilai keIslaman. Karena Ajaran Islam dalam hal ini tersimpul pada ibdat yang mengambil bentuk shalat, puasa, zakat, haji dan ajaran –ajaran mengenai moral atau akhlak Islam. Karena memang Nabi Muhammad diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak manusia. 99 Maka bila kita membicarakan masalah moral dalam kaitannya dengan Islam, maka kita sedang membicarakan akhlak Islam sebagai suatu sistem moral yang dasarnya telah diatur ajaran secara terperinci dari sumber utama agama Islam yaitu al- Qur’an dan as- Sunnah. Dari uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa Islam dalam pandangan siswa tunanetra dipahami sebagai sebuah prinsip kehidupan manusia yang mengandung nilai kebenaran melalui ajaran mengenai ibadah, moral manusia dan kebajikan lainnya. Sehingga dari rangkaian tersebut terlahir sebagai sebuah keberagamaan yang dipandang hanif atau lurus, yang secara khusus dimuliakan oleh Allah SWT, dan agama yang dianjurkan untuk dipeluk oleh umat manusia dengan kualitas bahwa Islam sebagai agama yang paten. Artinya Islam adalah agama yang sempurna. Adapun pengakuan siswa ketika ditanyakan mengenai keyakinan mereka terhadap agama Islam, dengan seragam, siswa menjawab dengan jawaban yang sama. yaitu siswa meyakini 98 Hasil Wawancara dengan Al-fathullah, Siswa Kelas VIII SMP-LB,. 99 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI-Press, 1985, Cet. Kelima, h. 30-31.

Dokumen yang terkait

GAMBARAN HARGA DIRI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB-A) TPA BINTORO KABUPATEN JEMBER

0 4 92

Peran perpustakaan SLB dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra : studi kasus perpustakaan SlB-A Pembina Tingkat Nasioanl Jakarta

22 112 102

Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra Pada Perpustakaan Sekolah Luar Biasa-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta

0 4 167

PRESTASI DIRI PENYANDANG TUNANETRA (STUDI KASUS SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA Prestasi Diri Penyandang Tunanetra (Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra/SLB A-YKAB Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013).

0 0 17

PRESTASI DIRI PENYANDANG TUNANETRA (STUDI KASUS SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA Prestasi Diri Penyandang Tunanetra (Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra/SLB A-YKAB Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013).

0 1 14

EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMBAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) (Studi Kasus Pada Tingkat SMP YKAB di SLB-

3 11 16

PENDAHULUAN EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) (Studi Kasus Pada Tingkat SMP YKAB di SLB-A Jebres Surakarta).

0 0 16

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA TUNANETRA (SLB-A) Budaya Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB-A) (Studi Etnografi Di SLB-A YKAB Surakarta).

0 4 14

PENDAHULUAN Budaya Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB-A) (Studi Etnografi Di SLB-A YKAB Surakarta).

0 4 6

Pemanfaatan bola sebagai alat peraga untuk membantu siswa Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB A) memahami konsep perkalian : studi kasus pada siswa kelas II SLB A Yaketunis Yogyakarta.

0 4 146