Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 6. Kurang variatifnya guru dalam menyampaikan materi 7. Siswa bosan dan cenderung mengantuk didalam kelas 8. Masih ada nilai siswa dibawah KKM.

C. Pembatasan masalah

Dari uraian identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti agar tidak melebar kepada masalah yang lain dan mengingat keterbatasan waktu penelitian. Agar pembatasan masalah lebih terarah dan tidak menimpang dari judul penelitian, maka peneliti membatasi permasalahan pada: 1. Masih ada beberapa guru belum bisa menggunakan model serta media yang menarik. 2. Masih ada nilai siswa dibawah KKM.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: “ Bagaimana pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi di SMA Darussalam Ciputat ”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi di SMA Darussalam Ciputat.

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat baik dunia pendidikan, guru, siswa, peneliti, maupun peneliti lain. 1. Bagi Dunia Pendidikan Penelitian ini diharapkan menumbuhkan kreativitas dan profesionalisme dan menumbuh-kembangkan budaya social di lingkungan 6 sekolah untuk proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan pembelajaran secara berkelanjutan. 2. Bagi Guru Diharapakan bagi semua guru harap tidak monoton penggunaan model dalam pembelajaran, perlu wawasan yang terbaru untuk mengatasi atau menyiasati kejenuhan di kelas, sehingga siswa semangat dan gembira dalam belajar. 3. Bagi siswa Bagi siswa sendiri, diperlukan tuangan ide dari murid-murid untuk lebih mengembangkan atau menciptakan ice breaking dalam pembelajaran, baik pembelajaran intern maupun ekstern. 4. Bagi peneliti Selesainya penelitian bukan berarti selesainya kreativitas peneliti, anggaplah penelitian dan hasil penelitian yang di dapat merupakan awal mula seorang guru memulai kreativitasnya. 5. Bagi peneliti lain Penelitian yang peneliti lakukan masih kurang sempurna, bagi peneliti lain alangkah baiknya mengembangkan kreatifitasnya tiada henti dan menarik untuk di teliti. 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Bambang Warsita, Belajar merupakan kewajiban bagi setiap manusia, karena sebagai makhluk sosial dan berbudaya memerlukan perkembangan yang baik antara dirinya dan lingkungannya. Sehingga dengan belajar manusia dapat mengembangkan dirinya. 1 Menurut Wina sanjaya, “Belajar adalah proses berfikir. Belajar berfikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. ” 2 Belajar atau yang disebut dengan learning adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Pendapat Zikri, “Belajar adalah proses peubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. ” 3 Dan menurut Ngalim Purwanto, “Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kapada tingkah laku yang leih buruk. ” 4 Dari beberapa pengertian mengenai belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar memiliki arti proses untuk mendapatkan pengetahuan yang berhubungan dengan perubahan, yang meliputi tingkah laku maupun perubahan pada beberapa aspek dari kepribadian individu, seperti kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. 1 Bambang Warsito, Teknologi pembelajaran landasan dan aplikasinya, Jakarta:Rineka Cipta, 2008. h.6 2 Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010. h.107 3 Zikri Neni Iska, Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan. Jakarta: Kizi Brother, 2006. h. 82 4 Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, Bandung: PT. Rosdakarya, 2007 h. 85 8

2. Tipe –Tipe Belajar

Menurut Gagne, sebagai suatu proses ada delapan tipe perbuatan belajar dari mulai perbuatan belajar yang sederhana sampai perbuatan belajar yang kompleks. a. Belajar signal. Bentuk belajar ini paling sederhana, yaitu memberikan reaksi tehadap perangsang, misalnya reaksi jantung kita berdebar ketika mendengar suara gemuruh guntur. b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang – ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan. c. Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung – hubungkan gejala atau faktor yang satu dengan yang lain sehingga menjadi satu kesatuan rangkaian yang berarti. d. Belajar asosial verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata – kata, bahasa terhadap persangsang yang diterimanya. e. Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangasang yang diterimanya. f. Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. Kemampuan konsep berhubungan dengan kemampuan menjelaskan sesuatu berdasarkan atribut yang dimilikinya. g. Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung – hubungkan beberapa konsep. h. Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahakan persoalan. 5 Kedelapan tipe di atas tersusun secara hirearki, yang memberi petunjuk bagaimana perbuatan belajar itu dilakukan, atau bagaimana terjadinya perbuatan belajar. Bukan petunjuk mengenai hasil belajar yang harus dicapai siswa. 5 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2010 h.232