36
Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, maka soal tersebut tergolong sukar. Sebaliknya semakin besar
indeks yang diperoleh, maka soal tergolong mudah. Adapun Kriteria indeks taraf kesukaran soal tersebut adalah:
Tabel 3.5. Indeks kesukaran
Indeks Keterangan
0,00 – 0,30
0,31 – 0,70
0,71 - 1,00 Soal kategori Sukar
Soal kategori Sedang Soal kategori Mudah
4. Daya Pembeda
Pengujian daya pembeda soal digunakan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa
yang kurang pandai. Indeks daya pembeda dihitung atas dasar pembagian kelompok menjadi dua bagian, yaitu kelompok atas yang merupakan
kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah yaitu kelompok peserta tes yang berkemampuan rendah. Rumus yang
digunakan: D =
- Keterangan:
D = Daya pembeda soal J
A
= Banyaknya peserta kelompok atas J
B
= Banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar B
B
= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
37
Tabel 3.6 Klasifikasi daya pembeda
Rentang Keterangan
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
0,41 – 0,71
0,71 – 1,00
Buruk Cukup
Baik Baik Sekali
H. Teknik Analisis Data Hasil Belajar
Analisis Data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar. Dalam teknik analisis
data dilakukan beberapa pengujian dengan urutan sebagai berikut: 1.
Uji normalitas Uji normalitas dilakukan
” untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
yaitu uji liliefors. ”
13
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: a.
Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar b.
Menentukan nilai Z dari tiap-tiap data dengan rumus Z =
c. Menentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan
tabel Z dan sebut dengan F Z = 0,5± Z d.
Menghitung frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai Z dan disebut dengan S Z
e. Tentukan nilai L
o
dengan rumus L
o
= F Z – SZ
f. Ambil nilai terbesar dari selisih tersebut sehingga diperoleh nilai L
o
g. Memberikan interpretasi L
o
dengan membandingkan dengan L
t
nilai yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors dengan aturan:
13
Sudjana, Metode Statistik, Cet. Ke-3 Bandung: Tarsito, Mei 2005, hal.466.
38
1 Hipotesis
H
o
= sampel berdistribusi normal H
I
= sampel berdistribusi tidak norml 2
Jika L
o
L
t
maka sampel berdistribusi normal Jika L
o
L
t
maka sampel berdistribusi tidak normal 2.
Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel
tersebut homogeny sama atau tidak. “Pengujian homogenitas dalam
penelitian ini adalah pengujian mengenai sama tidaknya variasi-variasi dari dua buah distribusi.
”
14
Uji homogenitas dilakukan setelah data persyaratan normalitas terpenuhi, yakni data dinyatakan berdistribusi
normal. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fishe. rumus: F =
= Keterangan:
S
1 2
x = nilai standar deviasi pre-test yang nilainya paling besar
S
2 2
x = nilai standar deviasi post-test yang nilainya paling besar
Tentukan Kriteria pengujian: a.
Jika F
hitung
F
tabel
, maka H
o
diterima, kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.
b. Jika F
hitung
F
tabel
, maka H
i
diterima, kedua kelompok dapat dikatakan berasal dari populasi yang tidak homogen.
Untuk taraf signifikan ɑ = 0,05 dan derajak kebebasan pembilang dk=nb-1 serta penyebut dk = nk-1, dengan nb merupakan
ukuran sampel yang variansya besar dan nk merupakan ukuran sampel yang variansnya kecil.
3. Uji Hipotesis
Menganalisis data pre-test dan post-tes secara statistik untuk
mengetahui apakah kenaikan hasil belajar sosiologi tersebut signifikan
14
Ruseffendi, Statistik Dasar: untuk penelitian pendidikan Cet.1 Bandung: IKIP
Bandung Press, Mei 1998 h. 294.
39
atau tidak. Dalam hal ini digunakan uji-t karena data tersebut berdistribusi normal dengan taraf signifikasi ɑ = 0,05 untuk itu menguji kebenaran
hipotesis dalam penelitian menggunakan rumus sebagai berikut: t
hitung
= dengan dsg = √
keterangan: x
1
= nilai rata-rata kelompok eksperimen x
2
= nilai rata-rata kelompok kontrol n
1
= jumlah siswa kelas eksperimen n
2
= jumlah siswa kelas kontrol v
1
= standar deviasi nilai posttest kelas eksperimen yang dikuadratkan v
2
= standar deviasi nilai posttest kelas kontrol yang dikuadratkan. Adapun kriteria t
tabel
jika: t
hitung
t
tabel
maka H
o
diterima dan H
o
ditolak t
hitung
t
tabel
maka H
o
diterima dan H
o
diterima 4.
Uji normal Gain Gain adalah
“selisih antara posttest dan pretest, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau pengusaha konsep siswa setelah
pembelajaran dilakukan guru. ”
15
Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan bisa penelitian, karena pada nilai pretest kedua kelompok penelitian sudah
berbeda, digunakan uji normalitas gain. Rumus normal Gain menurut Meltzer, yaitu:
N
gain
=
15
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, Jakarta: Jurusan
Pendidikan IPA,FITK,UIN Syarif Hidayatullah, 2006. Hal.70.
40
Tabel 3.7 Kategorisasi Perolehan nilai Gain
Rentang nilai Keterangan
1 0,70 0,70 ≥ 0,30
0 0.30 G-Tinggi
G-Sedang G-Rendah
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain atara dua kelompok dilakukan uji-t sebagai berikut:
t
hitung
= dengan dsg = √
kemudian hasil t-hitung diatas dibandingkan dengan nilai t tabel pada signifikasi 5 ɑ = 0,05 dan derajat kebebasan dk = n1-1+n2-
2. Jika t
tabel
t
hitung
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan norml gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Jika t
hitung
≤ t
tabel
atau t
tabel
≤ t
hitung
, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan normal gain antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis Statistik yang digunakan adalah: H
a
: penerapan ice breaking berpengaruh secara signifikan terhadap hasil
belajar siswa pada pembelajaran sosiologi pada materi interaksi sosial. H
o
: Penerapan ice breaking tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi pada materi interaksi sosial.
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Hasil penelitian di SMA Darussalam Ciputat dengan penerapan Ice
breaking membuktikan bahwa ice breaking dapat menambah gairah siswa untuk lebih fokus terhadap pelajaran karena mereka sendiri pada nantinya
akan memvisualisasikan apa yang telah dipelajari dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian siswa lebih memperhatikan penjelasan secara
mendalam agar dapat berperan yang mungkin akan dimainkannya. Siswa dapat belajar sambil bermain agar mereka tidak merasa tertekan memahami
konsep yang abstrak sehingga siswa mempelajari pelajaran dengan antusias dan penuh semangat, karena mereka menyadari akan pentingnya suatu
pelajaran yang dipelajari dengan mudah, cepat dan menyenangkan. Tahap pertama penerapan
ice breaking pada materi Interaksi sosial pada kelas kontrol di XI dan Kelas Eksperimen di X2. Perlakuan di dua kelas
ini berbeda. Di kelas kontrol di awali dengan apersepsi, setelah itu dilanjut dengan pemberian materi tentang interaksi sosial, selanjutnya diadakan
evaluasi dan kesimpulan. Sedangkan di kelas eksperimen, pembelajaran di awali dengan penerapan
ice breaking untuk perkenalan lingkungan kelas, setelah itu diadakan apersepsi yang bersangkutan dengan materi, selajutnya
penjelasan materi interaksi sosial, lalu diberlakukan kembali penerapan ice
breaking. Setelah itu barulah diadakan evaluasi dan penutupan yang di konsep dengan
ice breaking. Penggunaan model pembelajaran
ice breaking ini mempunyai kelebihan dalam hal penguasaan suatu konsep, karena dengan teknik ini siswa
lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran. Karena mereka belajar sambil bermain, maka mudah memahami, menghayati masalah-masalah yang
diangkat. Siswa juga tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.