Distribusi zat besi Zat besi dalam makanan

16 menyebabkan daging dan otot berwarna merah. Selain itu zat besi juga berperan sebagai kofaktor berbagai enzim penting seperti sitokrom, xantin oksidase, katalase dan peroksidase Tripathi, 2001; AHFS, 2002.

2.1.1 Distribusi zat besi

Zat besi dalam tubuh terdapat dalam bentuk fungsional dan yang berupa simpanan. Besi fungsional ditemukan dalam hemoglobin, mioglobin, enzim hem, kofaktor dan besi transpor. Sedangkan bentuk lainnya tersimpan dalam bentuk feritin dan hemosiderin. Feritin adalah suatu molekul protein bulat berukuran besar yang terdiri dari sebuah selubung apoferitin dan inti bagian dalam feri oksihidroksida. Jika besi diserap pada saat simpanan feritin tubuh berlebih, maka besi tersebut diendapkan di membran lisosom sebagai suatu kompleks pseudokristalin yang disebut homosiderin Sacher, 2004. Tempat penyimpanan feritin dan hemosiderin adalah di mukosa usus, hati, limpa, dan sumsum tulang Ivey, 1986. Tempat penyimpanan zat besi yang paling penting adalah sel retikuloendotel. Besi parenkim terdapat sebagai gugus prostetik dalam banyak enzim seluler seperti sitokrom, peroksidase, katalase, dan beberapa enzim mitokondria Tripathi, 2004. Jumlah total zat besi pada orang dewasa adalah 2,5 – 5 g rata-rata 3,5 g. Jumlah zat besi pada pria lebih tinggi 50 mgkgBB daripada wanita yang hanya 38 mgkgBB. Distribusi zat besi dalam tubuh dapat dilihat pada Tabel 2.1. Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita Anemia Defisiensi Besi. USU e-Repository © 2008. 17 Tabel 2.1 Distribusi Zat Besi Tubuh Kompartemen Zat Besi g Persentase Total Hemoglobin 2.7 66 Mioglobin 0.2 3 Enzime Hem 0.008 0.1 Enzim Non-hem 0.0001 --- Simpanan Intraseluler Feritin 1.0 30 Transpor Intraseluler Transferin 0.003 0.1 http:sicklece.bwh.harvard.eduiron_transport.html Hemoglobin merupakan suatu protoporfirin yang pada tiap molekulnya memiliki empat residu hem yang mengandung besi. Hilangnya darah sebanyak 100 mL ~15 g Hb berarti kehilangan 50 mg besi elemental. Untuk meningkatkan kadar Hb darah sebesar 1 gdL maka diperlukan sekitar 200 mg Fe Tripathi, 2004.

2.1.2 Zat besi dalam makanan

Zat besi yang terdapat dalam makanan tersedia dalam dua bentuk, yaitu besi hem dan besi non-hem. Besi hem dapat diabsorpsi lebih baik yaitu hingga 35 daripada besi non-hem yang hanya sekitar 5. Besi non-hem paling banyak terdapat dalam bentuk feri sehingga perlu direduksi terlebih dahulu ke bentuk fero untuk dapat diabsorpsi Tripathi, 2004. Besi hem berasal dari hemoglobin sehingga dapat ditemukan di sumber pangan hewani daging sapi, ikan, ayam, dan hati. Absorpsi besi hem sebagian besar tak tergantung pada makanan lain yang dikonsumsi secara bersamaan. Sedangkan besi non hem merupakan bentuk zat besi utama dalam makanan berbagai sayuran hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, beras, jagung, Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita Anemia Defisiensi Besi. USU e-Repository © 2008. 18 gandum dan kentang; yang absorpsinya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya zat pereduksi seperti asam askorbat misalnya dari brokoli, stroberi, tomat, bayam, jeruk, yang dapat mereduksi besi feri menjadi fero sehingga mempermudah disolusi zat besi. Meskipun jumlah besi non-hem yang dapat diabsorpsi sangat sedikit, keberadaan daging ataupun asam askorbat dapat meningkatkan absorpsinya hingga 1,5 – 2 kali, tergantung kebutuhan relatif tubuh terhadap besi Ivey, 1986; NIHODS, 2005. Faktor penghambat absorpsi besi adalah tanin terdapat dalam teh, kalsium, polifenol dalam kopi, teh herbal, minuman mengandung coklat, fitat terdapat dalam havermut, kacang, bubuk coklat, ekstrak vanilla, buncis, kalsium dan fosfat terdapat dalam antasida dan tablet kalsium, yaitu dengan membentuk kompleks dengan besi, serta adanya makanan lain di lambung NIHODS, 2005.

2.1.3 Kebutuhan zat besi tubuh