Kebutuhan zat besi tubuh Absorpsi zat besi

18 gandum dan kentang; yang absorpsinya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya zat pereduksi seperti asam askorbat misalnya dari brokoli, stroberi, tomat, bayam, jeruk, yang dapat mereduksi besi feri menjadi fero sehingga mempermudah disolusi zat besi. Meskipun jumlah besi non-hem yang dapat diabsorpsi sangat sedikit, keberadaan daging ataupun asam askorbat dapat meningkatkan absorpsinya hingga 1,5 – 2 kali, tergantung kebutuhan relatif tubuh terhadap besi Ivey, 1986; NIHODS, 2005. Faktor penghambat absorpsi besi adalah tanin terdapat dalam teh, kalsium, polifenol dalam kopi, teh herbal, minuman mengandung coklat, fitat terdapat dalam havermut, kacang, bubuk coklat, ekstrak vanilla, buncis, kalsium dan fosfat terdapat dalam antasida dan tablet kalsium, yaitu dengan membentuk kompleks dengan besi, serta adanya makanan lain di lambung NIHODS, 2005.

2.1.3 Kebutuhan zat besi tubuh

Untuk mengimbangi kehilangan zat besi per hari, maka kebutuhan pada tiap kelompok usia adalah 0,5 – 1 mg untuk pria dewasa, 1 - 2 mg untuk wanita dewasa yang mengalami menstruasi, 60 μgkg BB untuk bayi, 25 μgkg BB untuk anak-anak, dan 3 - 5 mg untuk wanita hamil pada 2 trimester terakhir Tripathi, 2004.

2.1.4 Absorpsi zat besi

Pola makan normal sehari-hari biasanya mengandung 10 - 20 mg zat besi, yang mana 10 - 20 ~1 mg dapat diabsorpsi tubuh. Pada kondisi defisiensi, absorpsi besi dapat meningkat hingga 20 - 30 Ivey, 1986. Sedangkan pada individu yang non- Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita Anemia Defisiensi Besi. USU e-Repository © 2008. 19 defisiensi, 3 – 10 besi yang dikonsumsi dapat diabsorpsi USPDI, 1989. Absorpsi besi terutama terjadi di duodenum dan jejunum proksimal. Dan absorpsi lebih efisien jika besi dikonsumsi dalam bentuk fero pada kondisi lambung kosong. Jika diberikan bersama makanan, jumlah besi yang diabsorpsi berkurang hingga 12 - 13-nya dibandingkan pada lambung kosong USPDI, 1989; ASHP, 2002. Kemampuan absorpsi besi tiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu oleh tingkat simpanan besi tubuh, jenis besi yang dikonsumsi, serta makanan lain yang dikonsumsi bersamaan dengan zat besi. Absorpsi zat besi meningkat untuk menghadapi peningkatan kebutuhan tubuh akan zat besi seperti pada kehamilan, menyusui, pertumbuhan, dan kondisi defisiensi besi Tripathi, 2004. Absorpsi zat besi sebenarnya dapat berlangsung di sepanjang usus, tetapi absorpsinya yang paling utama adalah pada bagian duodenum dan jejunum proksimal USPDI, 1989 oleh karena kondisi asamnya akan mendorong terbentuknya fero sehingga meningkatkan absorpsi zat besi Sacher, 2004. Jumlah zat besi tubuh dikendalikan dari tempat absorpsinya tersebut sehingga dapat mencegah masuknya zat besi dalam jumlah yang berlebihan ke dalam tubuh. Secara molekuler absorpsi zat besi di usus dapat digambarkan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita Anemia Defisiensi Besi. USU e-Repository © 2008. 20 Gambar 2.1 Absorpsi Zat Besi di Usus Andrews, 2005 Absorpsi zat besi pada mamalia memerlukan proses transpor besi melintasi bagian apikal maupun basolateral membran enterosit duodenum. Besi makanan masuk ke dalam epitel usus melalui transporter brush-border yaitu Divalent Metal Transporter DMT1, yang jumlahnya meningkat jika terjadi defisiensi besi, dan keluar melewati membran basolateral. Bentuk besi yang dapat diabsorpsi adalah bentuk FeII; maka FeIII harus diubah dahulu oleh duodenal cytochrome b Dcytb sebelum diterima oleh DMT1 pada membran brush-border apikal. Bagian basolateral kemudian mentransfer besi dengan membutuhkan hephaestin enzim besi oksidase yang mengandung tembaga dan protein transpor IREG1. Sebagian zat besi ini tetap berada di dalam sel untuk digunakan di sana atau untuk disimpan dalam feritin. Sedangkan sisanya ditransfer ke sirkulasi oleh feroportin eksporter besi non-hem. Dwi Lestari P : Uji Toleransi Lambung Terhadap Ferosulfat yang Diberikan Dalam Cangkang Kapsul Alginat pada Penderita Anemia Defisiensi Besi. USU e-Repository © 2008. 21 Besi yang dilepaskan kemudian harus dioksidasi untuk dapat berikatan dengan transferin Anderson, 2002; Andrews, 2005. Sedangkan proses absorpsi besi hem, dimediasi oleh HCP1 Heme Carrier Protein 1 yang juga terdapat pada membran apikal pada usus proksimal, sebagai tempat absorpsi besi hem yang utama. Sejumlah hem kemudian dikatabolisme oleh hem oksigenase. Besi anorganik yang kemudian dilepaskan kemungkinan juga mengalami hal yang sama dengan besi non-hem. Keberadaan protein eksporter yaitu Bcrp dan FLVCR, meningkatkan kemungkinan bahwa hem transit di dalam enterosit untuk kemudian diekspor ke serum Andrews, 2005.

2.1.5 Metabolisme zat besi pengangkutan, penyimpanan dan ekskresi besi