Hubungan antara Masa Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak

kimia. pada pekerja dengan lama bekerja 2 tahun dapat dimungkinkan telah memiliki resistensi terhadap bahan kimia yang digunakan. Resistensi ini dikenal sebagai proses hardening yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap bahan kimia karena pajanan bahan kimia yang terus- menerus. Masa kerja yang tidak berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak dapat dimungkinkan juga dipengaruhi oleh adanya riwayat alergi. Pada pekerja dengan masa kerja dibawah rata-rata 72,48 bulan dan mengalami dermatitis kontak didapatkan sebanyak 9 42,9 dari 21 pekerja tersebut telah memiliki riwayat alergi. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan pada pekerja dengan masa kerja dibawah rata-rata 72,48 bulan dan tidak mengalami dermatitis kontak yaitu sebanyak 4 9,1 dari 44 pekerja telah memiliki riwayat alergi. Hal tersebut berarti bahwa kejadian dermatitis kontak pada pekerja dengan masa kerja dibawah rata- rata dipengaruhi oleh adanya riwayat alergi. Namun bagi pekerja bengkel yang memiliki masa kerja lama dan tidak mengalami resistensi terhadap bahan kimia dapat mengalami dermatitis kontak. Hal tersebut dimungkinkan karena semua pekerja bengkel memiliki personal hygiene yang tidak baik serta tidak memakai pelindung berupa sarung tangan selama bekerja. Salah satu dari faktor tersebutlah yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak pada pekerja bengkel.

6.3.4 Hubungan antara Usia dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian dermatitis kontak. Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa rata-rata usia pekerja bengkel motor adalah 28,91 tahun dengan standar deviasi 7,915 tahun. Usia pekerja bengkel motor terendah yaitu 15 tahun, sedangkan usia tertinggi yaitu 50 tahun. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami dermatitis kontak memiliki rata-rata usia yaitu 29.63 tahun, sedangkan rata- rata usia pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak adalah 28.48 tahun. Dari hasil tersebut juga didapatkan P value sebesar 0,480 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nuraga dkk 2008 yang mengatakan bahwa faktor umur tidak mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Berbeda dengan hasil penelitian Lestari dan Utomo 2007 yang menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dermatitis kontak lebih banyak terjadi pada pekerja dengan usia ≤ 30 tahun yaitu sebesar 60,5, sedangkan pada usia 30 tahun kejadian dermatitis kontak sebesar 35,1. Namun menurut Cohen 1999 mengatakan bahwa kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit menjadi lebih mudah terkena dermatitis. Cronin dalam Lestari dan Utomo 2007 juga berpendapat yang sama bahwa, usia pekerja yang lebih tua menjadi lebih rentan terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut terjadi kegagalan dalam pengobatan dermatitis kontak, sehingga timbul dermatitis kronik. Berdasarkan teori diatas, maka yang lebih memungkinkan untuk mengalami dermatitis kontak yaitu pekerja dengan usia yang lebih tua. Namun pada penelitian ini didapatkan pekerja yang mengalami dermatitis kontak memiliki rata-rata usia yaitu 29.63 tahun, usia tersebut dapat dikatakan usia muda. Menurut Health Safety ExecutiveHSE 2000 kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai dari usia 40 tahun. Pada usia tersebut, sel kulit lebih sulit menjaga kelembapannya karena menipisnya lapisan basal. Selain itu produksi sebum juga menurun tajam, sehingga banyak sel mati yang menumpuk karena pergantian sel menurun. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel rata-rata berada pada usia muda. Hal tersebut dikarenakan pekerja bengkel memiliki rata-rata usia sebesar 28,91 tahun, bisa dikataka pekerja bengkel di wilayah Kecamatan Ciputat Timur berada pada usia muda. Namun meski begitu, tidak menutup kemungkinan pada pekerja yang lebih tua untuk mengalami dermatitis kontak, karena kulit pada orang yang tua yang telah mengalami degenerasi hingga menjadi lebih kering dan mudah untuk mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan hasil observasi bahwa semua pekerja bengkel memiliki personal hygiene yang tidak baik dan kebiasaan bekerja tidak memakai sarung tangan, maka hal itu juga yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak, baik untuk pekerja muda ataupun pekerja yang lebih tua. Pada penelitian ini faktor umur menjadi tidak berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak. Hal tersebut dimungkinkan karena rata-rata umur pada pekerja yang mengalami dermatitis kontak dengan rata-rata umur pada pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak hampir sama, rata-ratanya hanya berselisih 1 tahun. Hal lain juga dimungkinkan karena usia dipengaruhi oleh riwayat penyakit kulit sebelumnya. Pada pekerja dengan usia dibawah rata-rata 28,91 tahun dan mengalami dermatitis kontak didapatkan sebanyak 17 89,5 dari 19 pekerja tersebut telah memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan pada pekerja dengan usia dibawah rata-rata 28,91 tahun dan mengalami dermatitis kontak yaitu sebanyak 14 42,4 dari 33 pekerja telah mengalami dermatitis kontak. Hal tersebut berarti bahwa kejadian dermatitis kontak pada pekerja dengan usia dibawah rata-rata dipengaruhi oleh adanya riwayat penyakit kulit sebelumnya. Untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak baik pada pekerja muda ataupun pekerja tua, maka disarankan para pekerja memiliki kesadaran untuk melakukan proteksi terhadap kulitnya, dengan cara menggunakan sarung tangan yang sesuai dan nyaman, serta menjaga kebersihan diri.

6.3.5 Hubungan antara Riwayat Atopi dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Riwayat atopi adalah sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat keadaan kepekaan dalam keluarganya, misal dermatitis atopi, rhinitis alergi, asma bronkiale Djuanda, 2007. Dalam penelitian ini riwayat atopi dilihat dari penyakit pada pekerja yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya atau diturunkan dari keluarganya, seperti asma, rhinitis alergi, dermatitis atopi. Dari hasil distribusi riwayat atopi dapat diketahui bahwa pekerja bengkel motor yang memiliki riwayat atopi adalah 22 21,8 pekerja, sedangkan yang tidak memiliki riwayat atopi yaitu 79 78,2 pekerja. Hasil analisis selanjutnya menunjukkan bahwa dari 22 pekerja yang memiliki riwayat atopi terdapat 10 45,5 pekerja mengalami dermatitis kontak dan 12 54,5 pekerja tidak mengalami dermatitis kontak. Sedangkan dari 79 pekerja yang tidak memiliki riwayat atopi terdapat 28 35,4 pekerja mengalami dermatitis kontak dan 51 64,6 pekerja tidak mengalami dermatitis kontak. Pada penelitian ini, hasil analisis bivariat riwayat atopi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat atopi