Bahan Kimia Faktor-faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak

2.4.5 Usia

Pada beberapa literatur menyatakan bahwa kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit menjadi lebih mudah terkena dermatitis Cohen, 1999. Usia pekerja yang lebih tua menjadi lebih rentan terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut terjadi kegagalan dalam pengobatan dermatitis kontak, sehingga timbul dermatitis kronik Cronin dalam Lestari dan Utomo, 2007. Dapat dikatakan bahwa dermatitis kontak akan lebih mudah menyerang pada pekerja dengan usia yang lebih tua. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari 2007, pekerja dengan usia yang lebih muda justru lebih banyak yang terkena dermatitis kontak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dermatitis kontak lebih banyak terjadi pada pekerja dengan usia ≤ 30 tahun yaitu sebesar 60,5, sedangkan pada usia 30 tahun kejadian dermatitis kontak sebesar 35,1.

2.4.6 Jenis Kelamin

Dermatitis kontak sering terjadi pada perempuan Wigger dalam Avivah, 2005. Studi epidemiologi secara konsisten menunjukkan di antara pasien dengan iritasi eksim pada tangan tingkatnya lebih tinggi pada wanita, tetapi kebanyakan penelitian eksperimental tidak dapat memastikan adanya perbedaan antara kedua jenis kelamin dalam hal akut atau reaktivitas kumulatif iritan. Persepsi umumnya, wanita memiliki kulit yang lebih sensitif dibandingkan dengan pria. Dalam studi yang lebih baru, pria bereaksi terhadap paparan iritan yang lebih besar tingkatnya daripada wanita Schnuch Carlsen, 2011. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trihapsoro 2003, Dari 40 pasien yang diuji tempel bahwa ternyata jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan yaitu 29 pasien 72,5 dibandingkan dengan laki-laki yaitu hanya 11 pasien 27,5.

2.4.7 Ras

Variasi antar etnis dalam reaksi iritan telah dinilai antara orang Asia dan Kaukasia, kulit hitam dan kulit putih, serta Hispanik dan Kaukasia. Beberapa studi telah dilakukan dengan tujuan untuk menyelidiki perbedaan reaktivitas iritan antara kulit hitam dan kulit putih. Studi dasar penilaian visual, telah dilaporkan penurunan reaktivitas pada kulit hitam, sedangkan studi dasar pada parameter obyektif telah menghasilkan peningkatan reaktivitas, kesamaan reaktivitas, ataupun penurunan reaktivitas, tetapi untuk sebagian besar penurunan reaktivitas pada kulit hitam dibandingkan dengan kulit putih. Lapisan korneum memainkan peran utama dalam perbedaan antar etnis yang diamati. Mungkin ada perbedaan struktural dalam stratum korneum antara kulit hitam dan kulit putih. Jumlah lapisan sel dan kohesi interseluler dari stratum korneum dilaporkan lebih besar pada kulit Hitam,