perbedaan antara kedua jenis kelamin dalam hal akut atau reaktivitas kumulatif iritan. Persepsi umumnya, wanita memiliki kulit yang lebih
sensitif dibandingkan dengan pria. Dalam studi yang lebih baru, pria bereaksi terhadap paparan iritan yang lebih besar tingkatnya daripada wanita
Schnuch Carlsen, 2011. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trihapsoro 2003, Dari 40 pasien yang diuji tempel bahwa ternyata jenis
kelamin yang terbanyak adalah perempuan yaitu 29 pasien 72,5 dibandingkan dengan laki-laki yaitu hanya 11 pasien 27,5.
2.4.7 Ras
Variasi antar etnis dalam reaksi iritan telah dinilai antara orang Asia dan Kaukasia, kulit hitam dan kulit putih, serta Hispanik dan Kaukasia.
Beberapa studi telah dilakukan dengan tujuan untuk menyelidiki perbedaan reaktivitas iritan antara kulit hitam dan kulit putih. Studi dasar penilaian
visual, telah dilaporkan penurunan reaktivitas pada kulit hitam, sedangkan studi dasar pada parameter obyektif telah menghasilkan peningkatan
reaktivitas, kesamaan reaktivitas, ataupun penurunan reaktivitas, tetapi untuk sebagian besar penurunan reaktivitas pada kulit hitam dibandingkan dengan
kulit putih. Lapisan korneum memainkan peran utama dalam perbedaan antar etnis yang diamati. Mungkin ada perbedaan struktural dalam stratum
korneum antara kulit hitam dan kulit putih. Jumlah lapisan sel dan kohesi interseluler dari stratum korneum dilaporkan lebih besar pada kulit Hitam,
tetapi ketebalan stratum korneum sama. Lipid interseluler juga tampaknya lebih besar pada kulit Hitam. Jadi dapat dikatakan, kulit putih lebih rentan
untuk terjadinya dermatitis Schnuch Carlsen, 2011. 2.4.8
Riwayat Atopi
Riwayat atopi adalah sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat keadaan kepekaan dalam keluarganya, missal dermatitis
atopi, rhinitis alergi, asma bronkiale Djuanda, 2007. Ada pengaruh yang signifikan antara riwayat atopik dengan timbulnya dermatitis kontak iritan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Sulistyani dkk 2010, didapatkan bahwa orang dengan riwayat atopik akan lebih mudah terkena dermatistis
kontak iritan dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat atopi. Berdasarkan penelitian tersebut, didapatkan 41 orang 58,6 menderita
dermatitis kontak iritan DKI dan 29 orang 41,4 tidak menderita DKI. Dari 41 orang yang menderita DKI, sebanyak 29 orang 41,4 mempunyai
latar belakang riwayat atopi dan sebanyak 12 orang 17,1 tidak mempunyai latar belakang riwayat atopi. Dari hasil penelitian tersebut juga
dikatakan bahwa orang yang memiliki riwayat atopik memiliki peluang yang lebih besar yaitu sebesar 5,37 kali dibandingkan dengan orang yang tidak
memiliki riwayat atopik. Sularsito 2007 menyatakan bahwa seseorang yang telah
memiliki riwayat atopik akan lebih mudah terkena dermatitis kontak iritan
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat atopik. Schnuch Carlsen 2011 juga mengatakan bahwa pasien dengan riwayat dermatitis
atopi tetapi tidak ada lesi aktif tidak menunjukkan reaktivitas meningkat dibandingkan dengan pasien dengan dermatitis atopi aktif. Hiperreaktivitas
yang diamati pada pasien dermatitis atopi mungkin juga berkorelasi positif dengan keparahan penyakit. Kerentanan tinggi terhadap reaksi iritasi pada
orang yang memiliki riwayatdermatitis atopi mungkin sebagian dikarenakan oleh permeabilitas barrier kulit yang lebih tinggi dan oleh respon inflamasi
yang lebih besar.
2.4.9 Riwayat Penyakit Kulit
Pada pekerja yang sebelumnya memiliki riwayat penyakit dermatitis, merupakan kandidat utama untuk terkena penyakit dermatitis. Hal
ini karena kulit pekerja tersebut sensitif terhadap berbagai macam zat kimia. Jika terjadi inflamasi maka zat kimia akan lebih mudah dalam mengiritasi
kulit, sehingga kulit lebih mudah terkena dermatitis Cohen, 1999. Dari
hasil penelitian Cahyawati dan Budiono 2011, menyatakan bahwa faktor riwayat penyakit kulit ternyata menjadi faktor yang berhubungan dengan
kejadian dermatitis. Sebagian besar responden yang memiliki riwayat
penyakit kulit sebelumnya cenderung menderita dermatitis. Sumantri dkk 2008 memgatakan bahwa beberapa faktor mungkin mempengaruhi
tingkatan respon kulit. Adanya penyakit kulit sebelumnya dapat