dan saling menghargai
13
. Sedangkan dalam rancangan penelitian yang penulis akan lakukan lebih khusus mengkaji karakteristik kemampuan berpikir kreatif dari
aspek kognitif yang dimodifikasi dari indikator berpikir kreatif menurut munandar dengan pembatasan pada 4 indikator dan 7 sub indikator seperti diuraikan berikut:
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Pengertian Perilaku
Berpikir Lancar Fluency
1. Mencetuskan banyak gagasan,
penyelesaian masalah atau pertanyaan
a. Lancar
mengungkapkan gagasan-
gagasannya b.
Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi
Berpikir Luwes Flexibility
2. Menghasilkan gagasan,
jawaban atau pertanyaan yang bervariasi.
a. Memberikan bermacam-macam penafsiran
terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. b.
Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacam cara yang berbeda
untuk menyelesaikannya.
Berpikir Orisinil Originality
3. Mampu melahirkan ungkapan
baru dan unik a.
Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang
lain b.
Lebih senang
mensintesa daripada
menganalisis sesuatu.
Berpikir Rinci Elaboration
4. Mampu memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan atau produk.
a. Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan
melakukan langkah-langkah
terperinci. Indikator-indikator yang diuraikan diharapkan dapat tercapai melalui
pembelajaran matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics Education.
13
Munandar, op. cit., h. 91-93.
13
2. Kajian Teoretik tentang Pendekatan Realistic Mathematics Education
Pernyataan “matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia” menunjukkan bahwa Freudenthal tidak menempatkan matematika sebagai suatu
produk jadi, melainkan sebagai suatu bentuk aktivitas atau proses. Menurut Fruedenthal matematika sebaiknya tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu
produk jadi yang siap pakai, melainkan sebagai suatu bentuk kegiatan dalam mengkonstruksi konsep matematika. Fruedenthal mengenalkan istilah “guided
reinvention ” sebagai proses yang dilakukan siswa secara aktif untuk menemukan
kembali suatu konsep matematika dengan bimbingan guru.
14
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan:
“Learning is the process by wich an activity originates or change through training procedurs wether in the
laboratory or in the natural environment as distinguished from change by factors not atributable to training”. Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan
melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium ataupun dalam lingkungan alamiah.
15
Sedangkan, belajar menurut pakar psikologi adalah perilaku sebagai proses psikologi individu dengan lingkungannya secara alami, sedangkan pakar
pendidikan melihat belajar atau perilaku belajar sebagai proses psikologis paedagogik yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan
belajar yang sengaja diciptakan. Menurut Bell Gredler belajar adalah proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan aneka ragam kompetensikemampuan,
skillketerampilan, dan attitudesikap secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat
14
Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012, h. 20 .
15
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, Cet.7, h. 112.
14
dengan keterlibatan dalam pendidikan formal sekolah, informal kursus dan non formal majlis-majlis ilmu.
16
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan diatas, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu
diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai
proses belajar.
17
I Nyoman Sudana Degeng mengemukakan bahwa: kalau arti pengajaran membatasi diri pada tatap muka didalam kelas, maka kata pembelajaran mengacu
kepada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Dalam pembelajaran ada interaksi siswa yang tidak dibatasi oleh kehadiran guru
secara fisik lahiriah, akan tetapi siswa dapat berinteraksi dan belajar melalui media cetak, elektroik, media kaca dan televisi serta radio. Walaupun demikian
rancangan tetap ada pada guru. Pengajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran. Dalam suatu definisi pembelajaran dikatakan upaya untuk siswa dalam bentuk
kegiatan memilih, menetapkan, dan megembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.
18
Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang
melaksanakan kegiatan belajar. Dalam hal ini, pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman
dalam belajar matematika.
16
Ali Hamzah, Perencanaan Pembelajaran Matematika, Diktat, Jakarta: Pendidikan Matematika UIN Jakarta, 2011, h. 4. t.d.
17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet.15, h. 90.
18
Hamzah, op. cit., h. 8. t.d.
15
Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara belajar dengan pembelajaran. Dalam belajar yang aktif hanyalah siswa, namun dalam
pembelajaran adanya interaksi antara siswa dengan guru ataupun dengan siswa yang lainnya untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan serta terbentuklah
perubahan perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir siswa.
b. Pendekatan Pembelajaran Realistic Mathematics Education RME
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
19
Tujuan pembelajaran saat ini adalah siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran, yaitu
aktif dalam mengemukakan ide, menemukan prinsip, konsep, atau rumus-rumus matematika melalui kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa juga dituntut kreatif
dalam proses pembelajaran, terutama kreatif dalam berpikir dan menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Untuk itu pendekatan pembelajaran yang dapat
diterapkan adalah pendekatan pembelajaran realistik atau Realistic Mathematics Education RME.
Realistic Mathematics Education pertama kali berkembang di Belanda sejak awal tahun 70-an. Adapun orang yang mengembangkannya adalah
Freudenthal dan kawan-kawan dari Fruedenthal Institute. Dalam pandangan Fruedenthal, agar matematika memiliki nilai kemanusiaan human value maka
pembelajarannya harus dikaitkan dengan realita, dekat dengan pengalaman anak serta relevan untuk kehidupan masyarakat. Selain itu Freudenthal juga
berpandangan bahwa matematika sebaiknya tidak dipandang sebagai suatu bahan ajar yang harus ditransfer secara langsung sebagai matematika siap pakai,
melainkan harus dipandang sebagai suatu aktivitas manusia. Pembelajaran matematika sebaiknya dilakukan dengan memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada anak untuk mencoba menemukan sendiri melalui bantuan tertentu dari guru. Dalam istilah Fruedenthal kegiatan seperti ini disebut guided reinvention,
19
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2008, cet. ke-5, h. 127.
16
yakni suatu kegiatan yang mendorong anak untuk menemukan prinsip, konsep, atau rumus-rumus matematika melalui kegiatan pembelajaran yang secara spesifik
dirancang oleh guru. Dengan demikian, prinsip utama pembelajaran matematika tidaklah terletak pada matematika sebagai suatu sistem tertutup yang kaku,
melainkan pada aktivitasnya yang lebih dikenal sebagai suatu proses matematisasi process of mathematization.
20
Kegiatan RME dalam pembelajaran di kelas, dimulai dari masalah kontekstual dan memberi kebebasan kepada siswa untuk dapat mendeskripsikan,
menginterpretasikan dan menyelesaikan masalah kontekstual tersebut dengan caranya sendiri sesuai dengan pengetahuan awal yang dimiliki. Proses
penjelajahan, penginterpretasian, dan penemuan kembali dalam RME menggunakan konsep matematisasi horizontal dan vertikal, yang diinspirasi oleh
cara-cara pemecahan informal yang digunakan oleh siswa.
21
RME mencerminkan suatu pandangan tentang matematika sebagai sebuah subject matter, bagaimana anak belajar matematika, dan bagaimana matematika
seharusnya diajarkan. Pandangan ini terurai dalam enam karakteristik RME yang akan diuraikan berikut ini
22
: 1.
Prinsip Aktivitas. Menurut Freudenthal, karena ide proses matematisasi berkaitan erat dengan pandangan bahwa matematika merupakan aktivitas
manusia, maka cara terbaik untuk mempelajari matematika adalah melalui doing yakni dengan mengerjakan masalah-masalah yang didesain secara
khusus. Anak tidak dipandang sebagai individu yang hanya siap menerima konsep-konsep matematika siap-pakai secara pasif, melainkan harus
diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam keseluruhan proses pendidikan
20
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2009, cet. 1, h.176.
21
Tri Dyah Prastiti, Pengaruh Pendekatan Pembelajaran RME dan Pengetahuan Awal terhadap Kemampuan Komunikasi dan Pemahaman Matematika Siswa SMP Kelas VII, Dosen
FKIP Universitas Terbuka di UPBJJ Surabaya, h. 201.
22
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, op. cit., h. 177.
17