Tahapan Pembelajaran Realistic Mathematics Education RME
Berpikir kreatif melibatkan rasa ingin tahu mengapa sebuah konsep berlaku dan mengapa suatu pernyataan harus dipercaya. Setiap siswa memiliki
kapasitas untuk menggunakan pikiran dan imajinasi mereka secara konstruktif untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Siswa mampu merumuskan sebuah ide
yang baru, baik perkembangan dari yang sudah ada maupun memperkenalkan sesuatu yang benar-benar baru dan unik.
Kemampuan otak untuk menemukan makna dengan membuat hubungan dan berbagai relevansi menjelaskan mengapa siswa didorong menghubungkan
tugas-tugas sekolah dengan konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu agar siswa mampu menemukan makna pada materi akademik mereka. Hal ini yang
membuat pembelajaran menjadi berkesan, diingat dan terus berkembang dalam tahapan berpikir siswa. Pembelajaran yang bermakna mendorong siswa untuk
melakukan pengalaman-pengalaman baru dan merangsang otak membuat hubungan-hubungan baru. Munculnya ide-ide baru merupakan wujud
perkembangan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau yang disingkat RME
merupakan pendekatan pembelajaran yang berangkat dari aktivitas manusia. Menuntun siswa dari keadaan yang sangat kongkrit melalui proses matematisasi
horizontal dengan masalah-masalah kontekstual, menuju ke pemodelan matematika, dan lanjut ke dalam bentuk matematika yang sebenarnya. Melalui
proses doing mathematics siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri sehingga berpeluang untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Semakin tinggi
pengalaman yang dilalui, maka semakin banyak kesempatan bagi siswa menghasilkan ide-ide baru dan unik yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya.
Keenam tahapan pendekatan pembelajaran RME diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan
masalah kontekstual matematika yang diberikan oleh guru, diantaranya yaitu: 1.
Prinsip Aktivitas, prinsip ini mewadahi siswa agar dapat berpikir lancar. Lancar dalam arti siswa dapat mengungkapkan banyak gagasan terkait konsep
yang dipelajari karena masalah yang disajikan dekat dengan kehidupan siswa. Prinsip Realitas, prinsip ini mewadahi siswa agar dapat berpikir fleksibel
22
luwes. Keluwesan dalam berpikir terlihat dari beragam ide atau cara yang muncul sesuai dari pengalaman dan pemahaman masing-masing siswa.
2. Prinsip Tahap Pemahaman, prinsip ini mewadahi siswa agar dapat berpikir
asli orisinil, yaitu siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan mengembangkan ide-ide baru serta dapat menghasilkan sesuatu yang
unik yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. 3.
Prinsip Intertwinement, prinsip ini dapat mewadahi kemampuan berpikir kreatif siswa pada indikator keluwesan dan elaboratif rinci, karena siswa
diberikan kesempatan untuk menerapkan berbagai konsep, rumus, prinsip, serta pemahaman secara terpadu dan saling berkaitan.
4. Prinsip Interaksi, prinsip ini dapat mewadahi kemampuan berpikir lancar,
luwes dan rinci pada siswa, dengan kata lain siswa diberi kesempatan untuk melakukan tukar pengalaman, strategi penyelesaian, serta temuan lainnya
diantara sesama mereka. 5.
Prinsip Bimbingan, dari keseluruhan proses belajar matematika siswa di sekolah, maka perlunya bimbingan agar siswa mampu menemukan kembali
matematika.