salah satu gambar aktivitas siswa eksperimen saat mengerjakan soal pemahaman:
Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan Soal Pemahaman yang Terdapat pada LKS
4. Guru mengelilingi siswa sambil memberikan bantuan seperlunya, serta
menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka ke depan kelas. Pada tahapan ini, terdapat karakteristik
RME Prinsip interaksi, pada forum interaktif mendorong siswa untuk mengembangkan sikap menghargai, baik menghargai ide-idenya sendiri,
maupun menghargai ide siswa-siswa lain. Banyaknya ide yang muncul akan memberikan makna pembelajaran tersebut bagi siswa. Kesempatan
bertanya selalu diberikan selama proses belajar mengajar belangsung. Berikut merupakan gambar siswa eksperimen saat mempresentasikan hasil
diskusinya ke depan kelas. Pada Gambar 4.3 terlihat salah satu kelompok sedang mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas. Hal yang
dipresentasikan adalah hasil pemahaman serta analisis jawaban yang mereka berikan pada tahapan ilustrasi yang terdapat dalam LKS.
Kelompok lain yang berbeda pendapat boleh melakukan tanya jawab serta memberikan ide setelah kelompok tersebut selesai mempresentasikan hasil
diskusinya.
46
Gambar 4.3 Salah Satu Kelompok Mempresentasikan Hasil Diskusinya
5. Guru mengenalkan istilah konsep, karakteristik RME yang terdapat pada
tahapan ini adalah prinsip bimbingan, pada tahapan ini guru melakukan bimbingan kepada siswa, meluruskan pemahaman siswa yang masih dianggap
keliru demi terwujudnya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. 6.
Tahapan akhir dalam pembelajaran ini adalah guru memberikan tugas dirumah yaitu membuat masalah kontekstual beserta jawabannya yang sesuai
dengan matematika formal. Sedangkan pembelajaran di kelas kontrol dilakukan secara konvensional.
Guru lebih berperan aktif dalam membangun konsep pengetahuan siswa. Proses diskusi dan mengemukakan jawaban di depan kelas saat mengerjakan latihan soal
dilakukan untuk melatih kemampuan bekerjasama dan komunikasi siswa yang terdapat dalam tujuan pembelajaran pada kurikulum 2013. Berikut merupakan
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dikelas kontrol dengan menggunakan pendekatan konvensional:
1. Guru menjelaskan materi di depan kelas dan seluruh siswa mendengarkan dengan baik penjelasan yang diberikan oleh guru.
2. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru secara berkelompok. Berikut gambar kegiatan diskusi siswa kontrol:
Gambar 4.4 Siswa Kontrol Melakukan Diskusi Mengenai Soal yang Diberikan
Pada Gambar 4.4 menjelaskan bahwa siswa kelas kontrol melakukan diskusi kelompok mengenai soal latihan yang diberikan oleh guru, hal ini mampu
mengembangkan kemampuan berdiskusi serta kemampuan bekerjasama siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran pada kurikulum 2013.
3. Tahapan selanjutnya, yaitu guru menunjuk salah satu siswa dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Setelah
siswa selesai mempresentasikan hasil diskusinya, terdapat sesi tanya jawab antara kelompok dengan kelompok maupun kelompok dengan guru mengenai
materi yang belum mereka pahami. Berikut merupakan gambar siswa kelas kontrol yang sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka:
Gambar 4.5 Siswa Kontrol Melakukan Presentasi Hasil Diskusi
48
Pada Gambar 4.5 menjelaskan bahwa kegiatan diskusi dan sesi tanya jawab baik antar siswa maupun antar siswa dengan guru yang dilakukan
oleh siswa kelas kontrol mampu mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa, serta guru mendapatkan informasi mengenai pemahaman
konsep siswa, keaktifan siswa dalam belajar, dan perkembangan kemampuan berpikir siswa.
4. Tahapan akhir yang dilakukan adalah siswa bersama dengan guru melakukan refleksi terhadap materi yang telah disampaikan, serta guru memberikan
pekerjaan rumah kepada siswa.
2. Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Setelah dilakukan pengolahan data hasil penelitian, secara umum, penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan
pendekatan RME dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis ini terlihat dari cara menjawab soal postes oleh siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada siswa kelas kontrol.
Seperti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dalam penelitian ini kemampuan berpikir kreatif matematis yang diteliti terdiri dari empat indikator
yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil, dan berpikir rinci. a
Kemampuan Berpikir lancar
Mengacu kepada indikator berpikir kreatif yang dikemukakan Munandar, berpikir lancar adalah mencetuskan banyak gagasan, penyelesaian masalah atau
pertanyaan. Untuk unsur berpikir lancar ini, terdapat 2 perilaku siswa yang diteliti, yaitu:
Kemampuan menjawab dengan sejumlah jawabanalasan mengenai kalimat tertutup dan kalimat terbuka
. Dari soal postes yang diberikan, pertanyaan yang mampu melihat bagaimana
siswa menjawab dengan sejumlah alasan dengan benar mengenai kalimat tertutup dan kalimat terbuka adalah soal nomor 1a. Contoh model soal fluency yang
diberikan sebagai berikut:
49
“Perhatikan kalimat-kalimat berikut, Jakarta adalah Ibu Kota Indonesia. 9 dikurangi suatu bilangan hasilnya adalah 5. Mengapa kamu tidak masuk sekolah?
Negatif 8 kurang dari 5. 8x + 7 ≥ 23. Siapa nama guru matematika kalian?
Tentukanlah kalimat-kalimat yang merupakan kalimat tertutup, kalimat terbuka, dan bukan keduanya, serta berikan alasannya”
Pada soal no 1.a siswa diharapkan dapat mengelompokkan dengan benar kalimat tertutup, kalimat terbuka, dan bukan keduanya dengan memberikan
alasan yang sesuai. Berikut merupakan perbandingan skor yang diperoleh siswa di kedua kelas:
Tabel 4.6 TABEL PERBANDINGAN SKOR SISWA NO. 1.a
SKOR PROPORSI
PROPORSI EKSPERIMEN
KONTROL 2,8
5,6 1
11,1 2
16,7 44,4
3 19,4
13,9 4
61,1 25
Setelah dilakukan analisis terhadap jawaban siswa, terlihat bahwa 0 siswa kelas eksperimen yang mendapatkan skor 1, dan 61,1 siswa yang mendapatkan
skor maksimal, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa kelas eksperimen sudah
mampu mencetuskan
argumenalasan dengan
lancar mengenai
penggolongan kalimat tertutup, kalimat terbuka, serta bukan keduanya. Siswa yang mendapatkan skor maksimal adalah siswa yang menggolongkan ketiga
kalimat tersebut dengan sesuai serta lancar dalam memberikan alasangagasan sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki. Sebagian besar siswa kelas
kontrol mendapatkan skor 2, hal tersebut dapat terjadi karena rata-rata siswa kelas kontrol belum lancar dalam mengungkapkan gagasannya, bahkan hanya
menggolongkan saja tanpa memberikan alasan yang sesuai dengan perintah soal. Berikut contoh jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol:
- Contoh jawaban siswa kelas eksperimen :
Gambar 4.6.i skor 4
Gambar 4.6.i mewakili salah satu jawaban siswa kelas eksperimen. Peneliti memberikan skor maksimal pada jawaban diatas karena sudah terlihat kelancaran
siswa dalam berpikir yaitu dapat mencetuskan gagasanalasan terhadap masalah yang diberikan dengan baik dan sesuai. Menggolongkan keenam kalimat dengan
tepat serta memberikan alasan dengan jelas. -
Contoh jawaban siswa kelas kontrol:
Gambar 4.6.ii skor 2
Sebanyak 44,4 siswa kelas kontrol menjawab seperti Gambar 4.1.ii, sebagian besar siswa kelas kontrol belum dapat mengemukakan gagasanalasan dengan
lancar, bahkan tidak mengemukakan alasan sama sekali. Sebagian besar dari mereka hanya menggolongkan keenam kalimat tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir lancar siswa kelas eksperimen terutama pada nomor 1a lebih baik dibandingkan dengan siswa kontrol.
Kemampuan mengemukakan banyak gagasan mengenai model matematika pada PLSV dan PtLSV.
Dari soal postes yang diberikan, pertanyaan yang mampu mengukur kemampuan siswa dalam mengemukakan ide mengenai model matematika pada
PLSV adalah soal nomor 3a, dan pada PtLSV adalah nomor 4a. Salah satu contoh model soal fluency yang diberikan sebagai berikut:
“Soleh akan membeli sepatu dan sandal di Toko Makmur. Harga sepasang sepatu sama dengan lima kali harga sepasang sandal. Jika Soleh akan membeli sepasang
sepatu dan tiga pasang sandal maka Soleh harus membayar Rp144.000,00. Buatlah beberapa model matematik
a yang sesuai dengan masalah tersebut” Pada soal diatas, siswa diminta membuat beberapa model matematika
yang merujuk pada soal tersebut sesuai dengan aturan Persamaan Linier Satu Variabel PLSV. Adapun perbandingan skor yang diperoleh siswa kelas
ekperimen dan siswa kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 TABEL PERBANDINGAN SKOR SISWA NO. 3.a
SKOR PROPORSI
PROPORSI EKSPERIMEN
KONTROL 5,6
13,9 1
5,6 27,8
2 19,4
11,1 3
52,7 19,4
4 16,7
27,8 Setelah dilakukan analisis terhadap jawaban siswa, presentase siswa yang
mendapatkan skor maksimal di kelas kontrol lebih tinggi daripada siswa di kelas eksperimen yaitu 16,7 : 27,8. Namun jawaban yang diberikan oleh kelas
eksperimen lebih bervariasi dibandingkan kelas kontrol. Kesalahan yang banyak dilakukan siswa kelas eksperimen yaitu masih menggunakan dua variabel dalam
mengemukakan gagasannya mengenai model matematika serta belum dapat menggunakan aturan aljabar dengan baik sepeti tidak menggunakan satu huruf
alphabet saja dalam memisalkan objek, sehingga belum memperoleh skor yang maksimal. Bagaimana cara siswa menjawab di kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat diamati pada gambar berikut :