Partisipasi dalam Perencanaan Bentuk Partisipasi
budaya Betawi. Setidaknya setiap rumah harus memasukkan satu atau lebih ornamen budaya Betawi baik berupa gigi balang,
langkan, bentuk daun jendela dan pintu, ataupun pengaplikasian bentuk teras yang bernuansakan Betawi.
Dari hasil wawancara yang didapatkan, masyarakat pendatang ataupun pribumi Betawi belum memiliki rasa takut.
Rasa takut belum dimiliki karena tidak adanya sanski dari pemerintah. Seperti yang dituturkan oleh Om Garry sebagai warga
pendatang asal Papua yang telah tinggal di Setu Babakan selama 32 tahun, sebagai berikut:
“tidak ada sanksi, itu saja masih banyak rumah yang modern di Setu Babakan dan mereka aman-aman saja
”
34
Tidak adanya sanksi yang membuat masyarakat bebas membangun rumah sesuai impian dan kemauan mereka. Karena
tidak ada yang harus ditakuti banyak masyarakat yang membiarkan ornamen yang diberikan oleh pemerintah rusak begitu saja. Jika
sudah rusak dan terlihat usang, langkah yang mereka ambil adalah melepasnya dan membiarkan rumah Betawi berubah menjadi
rumah biasa. Sanksi sangatlah bergunauntuk mendorong semua elemen
masyarakat memiliki rumah bercirikan Betawi. Rasa takut pada sanksi akan menjadikan masyarakat turut aktif dalam pembangunan
dan pelaksanaan tujuan Perda. Rasa takut dan terpaksa dapat muncul dengan adanya sanksi yang diberikanlangsung oleh
pemerintah. Dengan sanksi tersebut semua masyarakat yang mendapatkan bantuan ornamen dari Dinas dapat melestarikan dan
merawatnya sebaik mungkin.
34
Wawancara pribadi dengan om Garry tanggal 3 September 2014
Jika sudah banyak yang merawat dan membangun rumah tradisional Betawi dengan alasan takut, maka akan menambah
kuantitas rumah
tradisional Betawi
yang menghiasai
Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan. Hal tersebut akan mendorong masyarakat lain yang belum memiliki rumah bercirikan
Betawi untuk ikut membangun dan meletasrikannya karena faktor ikut-ikutan.
b. Faktor ikut-ikutan muncul sebagai simbol rasa solidaritas kepada
sesama warga di Setu Babakan. Seperti yang dijelaskan oleh Khairudin faktor yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi
adalah “ikut-ikutan karena dorongan rasa solidaritas yang tinggi antara sesama anggota masyarakat”.
35
Masyarakat banyak yang memiiki keinginan untuk memiliki rumah tradisional Betawi
karena faktor solidaritas terhadap masyarakat asli. Seperti halnya Om Garry walaupun pendatang dari Papua tetap melestarikan
rumah tradisional Betawi dari awal membeli rumah hingga sekarang. Rumahnya belum berubah masih lengkap dengan
ornamen-ornamennya. Walaupun dalam hati memiliki keinginan untuk membangun rumah khas Papua.
c. Motivasi lain dari masyarakat pendatang dalam melestarikan rumah
tradisional Betawi adalahkeindahan rumah Betawi. Seperti yang dituturkan oleh Pak Wagino pendatang asal wates yang mengagumi
rumah tradisional Betawi, sebagai berikut: “menurut saya rumah Betawi bagus, diliatnya adem dan
ngebetahin ”
36
Bahkan ada salah satu warga yang membangun rumah bercirikan Betawi di kampung halamannya. Sayangnya rumah
35
M. Syerly, “Partisipasi Masyarakat dalam „Program Pembangunan Perumahan Nelayan Desa Penjajap
’ di Desa Pemangkat Kota Kabupaten Sambas”, Tesis pada Pascasarjana UI, Jakarta, 2003, h.43 tidak dipublikasikan
36
Wawancara pribadi dengan pak Wagino tanggal 15 September 2014
kontrakan yang ia tempati di Setu Babakan belum bercirikan Betawi karena berbagai alasan. Seperti yang dituturkan oleh pak
Zaenal yang telah tinggal di Setu Babakan selama 15 tahun, sebagai berikut:
“saya membangun rumah di kampung juga mirip rumah Betawi. Ada terasnya udah mirip banget sama rumah Betawi
cuma ga ada gigi balangnnya, soalnya tukang di desa saya ga bisa buat gigi balang. Bagi saya rumah Betawi itu bagus
”
37
. Dari tiga faktor pendorong partisipasi di atas, masyarakat pendatang
di kawasan Setu babakan belum memiliki motivasi yang jelas untuk melestarikan rumah tradisonal Betawi.