Human Instrumen Pedoman Wawancara

2. Credibility dan transferbility Validitas

Credibility dan transferbility atau validitas desain menunjukkan tingkat kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan kenyataan. 32 Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas menyangkut akurasi instrumen. 33 “Menurut S Margono yang dikutip oleh Nurul Zuriah, dalam mengukur reliabilitas perhatian peneliti harus ditujukan kepada kemantapan, ketetapan, dan homogenitas instrumen. Sedangkan di dalam mengukur validitas, perhatian ditujukan pada isi dan kegunaan instrumen ”. 34

3. Dependabilityaudibility Reliabilitas

Reliabilitasketerandalan ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana alat ukur dkatakan konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Untuk diketahui bahwa perhitunganuji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas, jadi jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas. 35 Biasanya reliabilitas lebih mudah dimengerti, dengan memperhatikan tiga aspek dari suatu alat ukut, yaitu kemantapan, ketetapan, dan homogenitas. 36 32 Anon, op, cit., h. 72 33 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya ilmiah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, cet. ke-1, h. 132 34 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011, cet ke-3, h.19 35 Ibid., h. 130 36 Ibid., h. 192 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Sejarah Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan

Berawal dari berkurangnya komunitas perkampungan asli Betawi yang mengakibatkan tergesernya budaya Betawi di kota asalnya yaitu Jakarta. Hal ini yang membuat masyarakat Betawi mulai berpikir keras bagaimana cara melestarikan budayanya tersebut. Tercetuslah cara untuk mendirikan Perkampungan Budaya Betawi yang di desak oleh keinginan arus bawah masyarakat Betawi dan lebih dari 62 organisasi-organisasi masyarakat di bawah Bamus Betawi, maka pada tahun 1998 Bamus Betawi mengajukan proposal kepada Pemda DKI Jakarta tentang Perkampungan Budaya Betawi dengan alternatif lokasi di Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. 1 Sebenarnya perencanaan penetapan Setu Babakan sebagai cagar budaya sudah ada sejak 1996, pemerintah juga pernah menetapkan kawasan Condet sebagai kawasan cagar budaya Betawi namun gagal karena kawasan tersebut sudah luntur dari nuansa Betawi. Pemerintah DKI Jakarta menetapkan kawasan baru sebagai pengganti kawasan cagar budaya sebelumnya. 2 Hal ini kemudian ditanggapi oleh Pemda DKI Jakarta dengan menyusun masterplan mengenai Perkampungan Budaya Betawi pada Februari 2000, dan diperkuat dengan keluarnya Surat Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta tanggal 18 1 Mutiara Khusnul Chotimah, “Partisipasi Warga Betawi Setempat dalam Rangka Keberlanjutan Program Perkampungan Budaya Betawi ”, Tesis pada Pascasarjana UI,Jakarta, 2007 h.4 tidak dipubliksikan 2 Ibid., h.2