1 Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada
ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis
angka minimalnya adalah dua orang yang hidup bersama.
2 Bercampur untuk waktu yang cukup lama.
3 Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan
lainnya.
24
Dari pengertian-pengertian di atas masyarakat dapat diartikan dua orang atau lebih yang berkumpul dalam waktu lama
dan memiliki nilai dan norma yang mengaturnya.
b. Pengertian Masyarakat Pendatang
Masyarakat pendatang terjadi karena adanya gerak penduduk secara permanenatau sementara. Dimensi gerak
penduduk permanen biasa disebut dengan migrasi. Seperti yang dikatakan
Said Rusli
dalam bukunya
Pengantar Ilmu
Kependudukan bahwa “seseorang dikatakan migrasi apabila
melakukan pindah tempat secara permanen atau relatif permanenuntuk
jangka waktu
minimal tertentu
dengan menempuh jarak minimal tertentu, atau pindah dari satu unit
geografis ke unit geografis lainnya”.
25
Migrasi dapat juga diartikan perpindahan masyarakat dari suatu daerah ke daerah lain.
“Dalam hal ini, setiap orang yang ditemukan bertempat tinggal di luar tempat atau berdomisili di luar
tempat kelahirannya disebut sebagai migran semasa hidup”.
26
Lester R. Brown dalam bukunya Twenty-Two Dimensions
of the Population Problem yang telah diterjemahkan oleh Masri Maris memberikan istilah penduduk yang datang dari desa ke kota
24
Ibid., h.26-27
25
Said Rusli, Pengantar Ilmu Penduduk, Jakarta, LP3ES, 1995, h. 136
26
Ibid., h.137
dengan sebutan penduduk pendatang.
27
Dan sebutan tersebut sejalan dengan buku dari Dinas Kependudukan DKI Jakarta yang
berikan istilah para migran sebagai pendatang.
28
Maka dalam skrpisi ini penduduk pendatang disebut juga dengan masyarakat
pendatang karena memliki kesamaan arti. Lamanya tinggal masyarakat pendatang dijelaskan pula
oleh Said Rusli “tinggal di tempat tujuan untuk periode tertentu
umpamanya seminggu, dua minggu, sebulan, atau dengan pola yang kurang teratur diselang dengan kembali dan tinggal di tempat
asal untuk waktu- waktu tertentu pula”.
29
c. Karakteristik Mayarakat Pendatang
Kaum migran atau pendeduk pendatang sama saja dengan masyarakat pendatang, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1 Sekelompok orang dari suatu daerah yang mendiami dan
bertempat tinggal di daerah lain, dengan periode tertentu. Walaupun mereka sudah memiliki rumah didaerah tersebut
pada waktu-waktu tertentu mereka kembali kedaerah asal untuk waktu yang tidak menentu pula.
2 Masyarakat pendatang dapat juga diartikan masyarakat
yang terlahir di suatu daerah tetapi hidup di daerah lain. 3
Masyarakat yang tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk
daerah yang ia diami.
Untuk memfokuskan
penelitian, peneliti
akan membatasi masyarakat pendatang yang akan dijadikan subjek
27
Lester R. Brown et al, Dua Puluh Dua Segi Masalah Kependudukan, oleh Mari Maris
dan Zen Rosdy, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1982, cet. 1, h. 64
28
Dinas Kependudukan DKI Jakarta, Migrasi Wilayah DKI Jakarta Pendatang Baru dan Beberapa Karakteristiknya,
Proyek Survey dan Penelitan Kependudukan no. 2p.0.16.3.02.009. h. 7
29
Said Rusli , op, cit., h.137-138
penelitian. Karakteristik masyarakat pendatang yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah:
1 Masyarakat yang datang dari daerah luar Jakarta dengan
berniat bertempat tinggal di Setu Babakan. 2
Minimal telah bermukim minimal selama enam bulan di Setu Babakan.
3 Masyarakat yang lahir di daerah lain baik telah memiliki
KTP Kartu Tnda Penduduk Jakarta ataupun belum. 4
Telah memiliki rumah sendiri baik sendiri ataupun menyewa.
3. Rumah Tradisional Betawi
a. Pengertian
Rumah tradisional Betawi merupakan ciri khas tempat tinggal orang Betawi asli sejak dahulu. Rumah tersebut memiliki bentuk atap
perisai landai yang diteruskan dengan atap pelana yang lebih landai,
terutama pada bagian teras.
“Arsitektur adalah salah satu bentuk hasil kebudayaan suatu masyarakat
”.
30
Arsitektur rumah tradisional Betawi dibandingkan dengan rumah tradisional lain di Indonesia lebih terbuka dalam
menerima pengaruh dari luar. Hal ini yang menggambarkan keterbukaan masyarakat Betawi terhadap unsur-unsur kebudayaan lain.
Abdul Chaer dalam bukunya Folklor Betawi Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi menjelaskan bahwa ar
sitektur adalah “gaya atau model bangunan seperti rumah atau tempat tinggal manusia,
kandang tempat binatang kambing, kuda, lembu, lumbung tempat
30
Harun B. Ismet, Rumah Tradisional Betawi, catatan kedua, Jakarta, Dinas Kebudayaan
DKI Jakarta, 1999 h.11