penelitian. Karakteristik masyarakat pendatang yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah:
1 Masyarakat yang datang dari daerah luar Jakarta dengan
berniat bertempat tinggal di Setu Babakan. 2
Minimal telah bermukim minimal selama enam bulan di Setu Babakan.
3 Masyarakat yang lahir di daerah lain baik telah memiliki
KTP Kartu Tnda Penduduk Jakarta ataupun belum. 4
Telah memiliki rumah sendiri baik sendiri ataupun menyewa.
3. Rumah Tradisional Betawi
a. Pengertian
Rumah tradisional Betawi merupakan ciri khas tempat tinggal orang Betawi asli sejak dahulu. Rumah tersebut memiliki bentuk atap
perisai landai yang diteruskan dengan atap pelana yang lebih landai,
terutama pada bagian teras.
“Arsitektur adalah salah satu bentuk hasil kebudayaan suatu masyarakat
”.
30
Arsitektur rumah tradisional Betawi dibandingkan dengan rumah tradisional lain di Indonesia lebih terbuka dalam
menerima pengaruh dari luar. Hal ini yang menggambarkan keterbukaan masyarakat Betawi terhadap unsur-unsur kebudayaan lain.
Abdul Chaer dalam bukunya Folklor Betawi Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi menjelaskan bahwa ar
sitektur adalah “gaya atau model bangunan seperti rumah atau tempat tinggal manusia,
kandang tempat binatang kambing, kuda, lembu, lumbung tempat
30
Harun B. Ismet, Rumah Tradisional Betawi, catatan kedua, Jakarta, Dinas Kebudayaan
DKI Jakarta, 1999 h.11
menyimpan padi dan sebagainya ”.
31
Bisa disimpulkan jika arsitektur adalah gaya atau model pada pada semua bangunan yang terbentuk
dari suatu kebudayaan masyarakat. “Sebetulnya rumah tempat tinggal orang Betawi dulu tidak
jauh berbeda dengan rumah tempat tinggal orang Sunda atau Jawa. Hanya saja ada beberapa ciri khas Betawi, seperti dalam
penyambungan tiang dang penglari atau penyambung balok
dalam kerangka kuda-kuda jarang menggunakan paku, melainkan menggunakan pasak atau
pen yang dibuat dari bambu yang diruncingkan. Setiap penyambung balok, dibuat
dulu lubang pada tempat penyambungan itu dengan bor atau jara, lalu pasak dimasukkan ke dalam lubang itu. Cara ini
sangat memudahkan andaikata rumah itu akan dibongkar untuk dipindahkan. Kita hanya tinggal mencabut pasak-
pasak itu”.
32
Selain terdapat perbedaan dalam proses pembangunannya seperti yang dijelaskan di atas. Perbedaan yang mencolok pada rumah
tradisional Betawi dengan rumah tradisional lain terdapat pada ornamennya, seperti
lisplank, langkan, banji, bentuk pintu dan jendelanya.
Rumah-rumah tradisional Betawi dapat dikatakan tidak memiliki arah mata angin maupun orientasi tertentu dalam
peletakkannya. Pada permukiman rumah Betawi, orientasi atau mata angin rumah lebih ditentukan oleh alasan-alasan praktis seperti bentuk
dan orientasi pekarangannya atau aksessibilitas atau kemudahan mencapai jalan.
“Pada awal perkembangannya pintu rumah cukup dua saja yaitu pintu depan dan belakang. Di belakang ruang tengah yang
memanjang ke samping terdapat kamar tidur yang biasa disebut pangkeng. Antara pangkeng dan pangkeng terdapat ruang terbuka. Di
31
Abdul Chaer, Folklor Betawi Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi, Jakarta,
Masup Jakarta, 2012, h. 217
32
Ibid.