Ulama Perempuan KERANGKA TEORI

2 Menjelaskan ajaran-ajaran Al-Qur`an baik yang tersurat maupun yang tersirat 24 .               “ Keterangan-keterangan mukjizat dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan ” Q.S An-Nahl : 44 Ayat ini menugaskan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjelaskan Al-Qur`an baik yang tersurat maupun yang tersirat. Memang As-Sunah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan Al-Qur`an dan fungsi sehubungan dengan pembinaan hukum syara` yaitu menguatkan serta memperjelas yang terdapat dalam As-Sunah dan harapan kiranya mereka berpikir menyangkut dirimu Nabi Muhammad bahwa apa yang disampaikan itu adalah kebenaran yang bersumber dari Allah SWT. 25 3 Memberi putusan dan solusi problem dari perselisihan masyarakat sejalan dengan firman-Nya 26 :                               24 M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur`an, Bandung : PT Mizan,1997 ,hal.385 25 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan keserasian al-Qur`an volume 7, Jakarta : Lentera Hati, 2000 ,hal 238 26 M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur`an, Bandung : PT Mizan,1997 ,hal.385                        “Manusia itu adalah umat yang satu. setelah timbul perselisihan, Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak- Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. Q.S Al-Baqoroh : 213 Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia sebagai mahluk sosial yang salin berkaitan dan saling membutuhkan. Tetapi manusia tidak mengetahui sepenuhnya bagaimana cara memperoleh kemaslahatan atau bagaimana cara menyelesaikan perselisihan mereka. Karena itu Allah mengutus nabi-nabi untuk menjelaskan ketentuan-ketentuan Allah dalam member keputusan tentang perkara yang diperselisihkan. 27 4 Memberi contoh pengalaman, sosialisasi, dan keteladanan. Hal ini sesuai dengan Hadis Aisyah yang menyatakan bahwa perilaku Nabi adalah praktek Al-Qur`an : 27 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan keserasian al-Qur`an volume 1, Jakarta : Lentera Hati, 2000 ,hal 425 Berkata Aisyah : Akhlak Nabi itu adalah Al-Qur`an, ridhonya dan marahnya sesuai dengan Al-Qur`an. 28

c. Macam dan Kriteria Ulama

Kata-kata ulama disebutkan dalam Alquran sebanyak dua kali, dalam Surah Asy-Syuara 197 dan Surah Fathir 28. Intisarinya, ulama adalah orang yang memiliki ilmu yang mumpuni sehingga membawa dirinya memiliki sifat khasyyah. Ulama dalam kontek Alquran sering digunakan istilah ulil albab yang disebutkan 16 kali. Mereka disanjung sebagai orang yang memiliki sifat khasyyah, martabat mulia, banyak zikir, takwa, mencapai derajat iman dan keyakinan yang tinggi, komitmen dengan syariat Islam dan ajaran-ajarannya. 29 sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur`an surat Ali Imran ayat 7:                                                    “ Dia-lah yang menurunkan Al kitab Al Quran kepada kamu. di antara isi nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al quran dan yang lain ayat-ayat mutasyaabihaatAdapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari tawilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui tawilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: Kami 28 M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur`an, Bandung : PT Mizan,1997 ,hal.385 29 Ismail, Achmad Satori. “Amalan Terbaik.”, www.republika.co.id 23 April 2014 beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami. dan tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal. ” Q.S. Ali Imran: 7 Imam al Ghazali mengemukakan sebagaimana yang dikutip Badruddin Hsubky “Ada 2 macam jenis ulama di dunia yaitu, pertama ulama akhirat, Ulama akhirat adalah mereka yang tidak menjual ilmunya untuk kemegahan dunia semata, apa yang ia ucapan relevan dengan apa yang ia kerjakan, senantiasa khasyyah atau takut kepada Allah SWT, takzim atas segala kebesarannya, tawaddhu`, hidup sederhana, berakhlak mulia terhadap Allah maupun sesamanya , serta ilmu yang dimilikinya merupakan ilmu yang bersumber dari hati, dia hanya mengikuti perkara perkara yang di ajarkan nabi. Kedua, ulama dunia ulama suu` yaitu adalah mereka yang memperoleh ilmu semata-mata untuk mencapai kepentingan dan kenikmatan dunia, memiliki kedudukan mulia menurut ahli-ahlinya. 30 Achmad Satori Ismail mengatakan ada beberapa criteria yang harus dimiliki ketika seseorang menjadi ulama: 31 1 Orang yang selalu berzikir kepada Allah, baik dalam keadaan berdiri, duduk, ataupun berbaring. Ulama akan menjauhi perbuatan laghwun atau lahwun. Yaitu perbuatan yang tidak ada gunanya, perbuatan yang sia-sia. 2 Selalu bertafakur tentang penciptaan langit dan bumi.                       30 Badruddin Hsubky, Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman, Jakarta : Gema Insani Press , 1995, Cet ke-I, hal 57. 31 Achmad Satori Ismail http:www.republika.co.idberitadunia-islamhikmah121017 mc0sq1-amalan-terbaik, 23 April 2014 “yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. ” Q.S. Ali Imran:191 Menjauhi penyembahan kepada thagut yaitu sesembahan selain Allah. Kalau ada orang yang masih percaya atau memberikan pengabdian kepada jin, jimat, atau totem lainnya bukanlah termasuk Muslim apalagi ulama.               “dan orang-orang yang menjauhi Thaghut yaitu tidak menyembah- nyadan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku .”Q.S. Az-Zumar: 17 4 Mengembalikan semua urusan kepada Allah dan hanya Allah sajalah yang disembah-Nya. 5 Selalu mengikuti hal-hal yang terbaik dari semua pendapat yang didengarnya kemudian direalisasikan dalam bentuk perbuatan dan sikap atau ucapannya. Ulama tidak congkak dengan pendapatnya. Memiliki sifat toleran terhadap pendapat orang lain.                 “yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal. ” Q.S. Az- Zumar:18 6 Senantiasa memenuhi janji Allah untuk mengakui rububiyah dan memenuhi apa yang diajarkan Allah dalam kitab suci-Nya. 7 Tidak merusak perjanjian umum yang telah dikukuhkan antara mereka dan Allah atau dengan manusia.         “yaitu orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjia n.” Q.S.Ar-Ra`d:20 8 Mereka selalu menghubungkan apa-apa yang diperintahkan Allah untuk dihubungkan seperti silaturahim, loyal terhadap sesama mukmin, iman terhadap semua nabi, dan menjaga semua hak manusia. 9 Memiliki sifat khasyyatul ammah kepada Allah dan keagungan-Nya. 10 Takut kepada keburukan hari hisab.                “ dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. ” Q.S.Ar-Ra`d:21 11 Memiliki kesabaran dalam menghadapi semua beban, kesulitan, dan musibah di dunia serta senantiasa menentang kehendak hawa nafsu. Maka ulama yang sejati adalah ulama yang senantiasa selalu takut kepada Allah, selalu ingat kepada Allah dalam keadaan apapun sehingga hubungan taqorub terjalin diantara hamba dan pencipta-Nya tersebut. Beribadah dan menuntut ilmu selalu dengan tujuan atau berimplementasi kepada Allah semata, kebaikan yang ia berikan semua ikhlas hanya mengharap keridhoan Allah semata, segala yang ia perbuat sesuai dengan syariat Allah berdasarkan Al- Qur`an dan Sunnah nabinya. D. Ulama Perempuan Indonesia Islam memposisikan perempuan pada kedudukan yang mulia. Perempuan diagungkan sebagai tiang kehidupan sebuah bangsa, Negara, dan agama. Jika baik para perempuannya baiklah bangsa dan negara itu, demikian pula sebaliknya. Sebab perempuan memiliki peran yang beragam dalam kehidupan. Perempuan tak hanya berfungsi sebagai istri dan ibu rumah tangga yang baik. Perempuan juga memiliki peran dan kiprah yang dibutuhkan oleh lingkungan masyarakatnya. 32 Di dalam sejarah Islam kita banyak mengenal tokoh-tokoh ulama perempuan yang memberikan kontribusi sangat besar seperti Siti Aisyah, Khodijah, Robiatul Adawiyah. Demikian juga di Indonesia, yang berkiprah dalam mengembangkan keilmuan terutama dalam lembaga-lembaga pendidikan.

a. Rahmah el Yunisiah

Rahmah el Yunisiah adalah anak bungsu dari lima bersaudara, yang lahir dari pasangan Rafi`ah dan Muhammad Yunus bin Imanuddin. Dia lahir pada jum`at pagi 20 Desember 1900 1 Rajab1318, di Negeri Bukit Surungan Padang Panjang. Ayah Rahma adalah seorang ulama besar yang menjabat sebagai kadi di negeri pandai sikat, Padang Panjang. Dia juga seorang haji yang pernah mengenyam pendidikan agama selama 4 tahun di Mekkah. Sebagaimana kakeknya Imanuddin, ayah Rahmah adalah seorang ahli falak dan pemimpin Tarekat Naqsabandiyah yang banyak pengikutnya. Imanuddin sendiri masih ada hubungan keluarga dengan haji miskin dari Pandai Sikat, salh seorang Harimau Nan Salapan pada perang Paderi. Selain 32 Zainal Arifin Hoesain ed., 70 Tahun Tutty Alawiyah : Di Mata Tokoh Indonesia dan Dunia, Jakarta : UIA Press, 2012 ,h.140. itu juga ia juga mempunyai pertalian darah dengan Tuanku Nan Pulang di Rao, seorang ulama minangkabau yang hidup di masa Paderi. 33 Zaenuddin Labai, kakak sulung Rahmah, adalah gurunya yang banyak memberikan bimbingan dan dorongan yang sangat berarti bagi perkembangan intelektual Rahmah. Menurut Rahmah, Zaenuddin Labai adalh seorang ulama otodidak, yang dikenal sebagai pendidik dan tokoh pembaharu system pendidikan model surau dengan “Diniyah School-nya.” Pengusasaan Labai atas beberapa bahasa asing sangat membantunya dalam mengakses berbagai literature asing, khususnya yang berkaitan dengan ide- ide pembaharuan, sehingga menjadikan dirinya seorang tokoh yang berpandangan maju. 34 Oleh karena itu, meski ia hanya sempat menempuh sekolah dasar selama 3 tahun di kota kelahirannya, kemampuan Rahmah dalam baca-tulis Arab dan latin diperoleh melalui bimbingan kedua kakaknya, Zaenuddin Labay dan Mohammad Rasyid. Ia juga aktif belajar sendiri dengan cara membaca buku-buku yang dikarang Labay. Karena itu ketika menjadi siswa Diniya School, ia dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Di sore hari ia berguru pada Haji Rasul Haji Abdul Karim Amarullah, ayah Buya Hamka di Surau Jembatan Besi, Padang Panjang. 35 Setelah runtuhnya jembatan besi akibat gempa bumi yang menyapu padang panjang dan sekitarnya, Haji Rasul memutuskan untuk kembali ke kampong halamannya du Sungai Batang,Maninjau. Karena itu Rahmah melanjutkan pelajaran agamanya kepada Tuanku Modo Abdul Hamid Hakim, Syekh Abdul Latif Rasyid, Syekh Mohammad Jamil Jambek, dan Syekh Daud Rasyidi. 36 33 Junaidatul Munawaroh, Rahmah el Yunisiah : Pelopor Pendidikan Perempuan ,dalam Jajat Burhanuddin ed., Ulama Perempuan Indonesia Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama,2002,h.3. 34 Ibid.,h.4. 35 Ibid., h.5 36 Ibid. Lembaga pendidikan formal yang didirikan Rahmah el Yunisiah adalah Perguruan Diniyah Putri. Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang yang didirikan pada tanggal 1 November 1923, dengan nama perguruan agama putri kemudian nama perguruan ini diganti dengan “Diniyyah School Poetri”. 37 Ada tiga kategori yang ingin dihasilkan Rahmah dari pendidikan Diniyah Puteri, yakni : a Wanita Ibu Pemimpin yang cakap dan bijaksana dalam masyarakat yang leadershipnya dapat diandalkan untuk menggembleng masyarakat ke taraf ketahanan fisik dan ketahanan mental. b Wanita Ibu pendidik yang bijaksana bagi anak-anak didiknya di lembaga pendidikan dan mampu membina kecerdasan dan mental mereka ke tingkat yang diidam-idamkan. c Wanita Ibu dan Istri yang cerdas dalam rumah tangganya dan mampu menjadi ratu yang sanggup memancarkan kedamaian dan ketenangan untuk semua anggota keluarganya. 38 Di samping usaha tersebut, Rahmah juga mulai mengadakan usaha pemberantasan buta huruf bagi kalangan ibu-ibu yang lebih tua. Berikutnya pada tahun 1930 sebuah kelas tambahan pada tingkat menengah diselenggarakan di samping madrasah berkelas tujuh tadi dengan maksud untk memberikan pelajaran dan didikan yang lebih tinggi lagi pada murid- murid, dengan tujuan agar mereka memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengajar. Selanjutnya pada tahun 1932 Diniyah putra yang agak bertambah mundur setelah Labai meninggal digabungkan dengan madrasah yang didirikan Rahmah. Dengan demikian di sekolah tersebut terdapat pelajaran putra-putri. Upaya koedukasi atau pendidikan campuran laki-laki 37 Guntur Cahaya Kesuma,” Usaha-usaha Rahmah el-Yunisiyyah dalam Bidang Pendidikan Kaum Wanita”, Tesis pada Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2007,h.114,tidak dipublikasikan. 38 Ibid.,h.119. dan prempuan ini merupakan upaya yang pertama kali dilakukan di Indonesia. 39 Pada tahun 1936 beliau mengumumkan pembukaan suatu sekolah baru yang semata-mata untuk putra yang pada waktu itu muridnya mencapai 100 orang. Perkembangan kedua bagian dari sekolah Diniyah ini kemudian berjalan lancer dan dalam tahun 1937 sebuah sekolah guru untuk putri didirikan, yang disusul tidak berapa lama kemudian dengan pembukaan sebuah sekolah yang sama untuk putra. 40 Ketika ia wafat, Diniyah Putri telah memiliki Perguruan Tinggi dengan satu fakultas yaitu Dirasah Islamiyah. 41 Di bawah kepemimpinan Rahmah, Diniyah Putri berkembang pesat. Keberhasilan lembaga ini mendapat perhatian dan pujian dari berbagai tokoh pendidikan, pemimpin nasional, politikus, dan tokoh agama, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Untuk itu pada tahun 1957 Rahmah memperoleh gelar Syaikhah dari Senat Guru Besar Universitas Al-Azhar, Mesir. Gelar ini, belum pernah dianugrahkan kepada siapapun sebelumnya. 42 Dari kajian di atas penulis menyimpulkan bahwa, Rahma el Yunisiah merupakan seorang ulama yang berpandangan maju. Selain itu beliau memiliki sumbangsih yang besar terhadap pendidikan bagi perempuan dengan mendirikan pendidikan formal berupa Diniyyah School Poetri yang akhirnya mendapat gelar Syaikhah dari Senat Guru Besar Universitas Al- Azhar karena berkembangnya Diniyah kepemimpinannya.

b. Prof.Dr. Zakiah Daradjat

Zakiah Daradjat dilahirkan di ranah Minang, tepatnya di kampung kota Merapak, kecamatan Ampek Angkek, Bukit Tinggi pada tanggal 6 November 1929 dan beliau wafat pada tanggal 15 Januari 2013. 39 Abuddin Nata, Zakiah Daradjat, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005, h.31. 40 Ibid.,h.32 41 Ibid.,h.35 42 Ibid Beliau adalah anak sulung dari sepasang suami istri yang taat beragama. Ayahnya bernama H.Daradjat Husein, yang memiliki dua istri. Dari istrinya yang pertama yaitu bernama Hajjah Rafiah binti Abdul Karim ia memiliki enam anak, dan Zakiah Daradjat adalah anak pertama dari enam bersaudara. Sedangkan dari istrinya yang kedua, Hj. Rasunah ia memiliki lima anak. Dengan demikian, dari dua istri tersebut, H.Daradjat memiliki 11 orang anak. 43 Sebagaimana umumnya masyarakat Padang, kehidupan keagamaan mendapat perhatian serius dilingkungan keluarganya. Keluarga Zakiah sendiri seperti diakuinya, bukan dari kalangan ulama atau pemimpin agama. “ kakek saya bahkan seorang abtener,”katanya. Kakek Zakiah dari pihak ayah menjabat sebagai tokoh adat di lembah Tigo Patah Ampek Angkek Candung. Kampung kota Merapak pada dekade tahun 30-an dikenal sebagai kampung yang religius. Zakiah menuturkan,” jika tiba waktu sholat, masyarakat kampung saya akan meninggalkan semua aktivitasnya dan bergegas pergi ke masjid untuk menunaikan kewajibannya sebagai muslim .” Pendeknya, suasana keagamaan dikampung itu sangat kental. 44 Dengan suasana kampung yang religius, ditambah lingkungan keluarga yang senantiasa dinafasi semangat ke-Islaman, tak heran jika sejak kecil Zakiah sudah mendapatkan pendidikan agama dan dasar keimanan yang kuat. Sejak kecil ia sudah dibiasakan oleh ibunya untuk menghadiri pengajian-pengajian agama. Pada perkembangannya, Zakiah tidak sekedar hadir, kadang-kadang dalam usia masih belia itu Zakiah disuruh memberikan ceramah agama. 45 Pada usia 6 tahun, Zakiah mulai memasuki sekolah bukit tinggi, pagi belajar di Standard School Muhammadiyah, sementara sorenya mengikuti 43 Ibid., h.233. 44 Rabiatul Adawiyah, “ Agama Islam Pada Masa Remaja Studi Pemikiran Zakiah Daradjat ”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014,h.37, tidak dipublikasikan. 45 Ibid sekolah Diniyah. Hal ini dilakukan karena ia tidak mau hanya semata- matamenguasai pengetahuan umum, ia juga ingin mengerti masalah-masalah dan memahami ilmu-ilmu keislaman. Setelah menamatkan sekolah dasar, Zakiah melanjutkan pendidikan ke SMP, seperti halnya ketika duduk disekolah dasar, sore harinya Zakiah mengikuti pendidikan agama. Namun pada saat SMA Zakiah tidak merangkap, ini dikarenakan lokasi yang relatif jauh dari kampungnya yaitu di Bukit Tinggi. Meskipun demikian Zakiah Daradjat masih menyempatkan diri untuk mengikuti Kuliyatul Mubaligh. Dalam mengikuti Kulliyatul Muballigh di Padang Panjang selama hampir enam tahun dilembaga pendidikan ini, Zakiah memperoleh pendidikan agama secara lebih mendalam. Namun demikian, perhatiannya terhadap bidang studi juga tetap besar. Hal ini terlihat pada aktivitas Zakiah dalam memasuki SMP di kota yang sama, di dua lembaga pendidikan, Zakiah berhasil menyelesaikan tepat waktu. Pada tahun 1951, setelah menamatkan SMA Zakiah meninggalkan kampung halamannya untuk melanjutkan studinya ke Yogyakarta, di kota pelajar ini Zakiah masuk Fakultas Tarbiyah dan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri PTAIN. Selain kuliah di PTAIN, Zakiah juga merangkap kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia UII Yogyakarta. Pertimbangannya seperti diungkapkan adalah keinginan untuk menguasai ilmu-ilmu agama dan umum. Akan tetapi kuliahnya di UII harus berhenti ditengah j alan. “pada tahun ketiga di PTAIN, saya mendapat teguran beberapa dosen, mereka menyarankan agar saya konsentrasi saja di PTAIN,” cerita Zakiah perihal keluarnya dari kampus UII. 46 Setelah mencapai tingkat Doktoral Satu D1, Zakiah bersama Sembilan orang temannya yang kebetulan semua laki-laki mendapatkan tawaran dari Depatermen Agama untuk melanjutkan studi ke Kairo, Mesir. Pada tahun 46 Ibid.,h.38 1956 Zakiah berangkat ke Mesir dan langsung diterima tanpa test di Fakultas Pendidikan Universitas Ein Syams, Kairo Mesir untuk program S2. Pada waktu itu berdasarkan kesepakatan antara pemerin tah Indonesia dan Pemerintah Mesir, doctoral satu di Indonesia disamakan dengan S1 di Mesir. Inilah kiranya yang menyebabkan Zakiah bisa diterima tanpa tes di Universitas Ain Syams. Dengan pengetahuan dasar yang kuat serta didorong oleh ketekunan, semangat dan bakatnya yang besar, menyebabkan ia berhasil menyelesaikan studinya sesuai dengan waktu yang ditentukan. 47 Zakiah berhasil meraih gelar MA dengan tesis tentang Problema Remaja di Indonesia Musyiklat al-Muharaqah fi Indonesia pada tahun 1959 dengan spesialisasi mental-hygiene dari Universitas Ein Syams, setelah setahun sebelumnya mendapat diploma pada pasca sarjana sengan spesialisasi pendidikan dari Universitas yang sama. Selama menempuh S2 inilah Zakiah mulai mengenal klinik kejiwaan, ia bahkan sudah sering berlatih praktik konsultasi psikologi di klinik Universitas. Untuk menuntaskan studi tingkat tingginya Zakiah mengikuti program Doktor Ph.D pada universitas yang sama dengan mendalami lagi bidang psikologi, khususnya psikoterapi. Disertasi yang berhasil disusun dan dipertahankannya pada program doktornya ini adalah “ Perawatan Jiwa untuk Anak-anak Dirasah Tajribiyah li Taghayyur al-Ilaj al-nafs Ghair al- Muwajjah an Thariqal-La`b “, bimbingan Mustafa Fahmi dan Attia Mahmoud Hanna. Dengan demikian Zakiah telah menjadi seorang Doktor Muslimah pertama dalam bidang psikologi dengan spesialisasi psikoterapi dari Universitas Eins Syams. Pada tahun 1967, Zakiah ditunjuk untuk menduduki jabatan Kepala Dinas Penelitian dan Kurikulum Perguruan Tinggi di Biro Perguruan Tinggi dan Pesantren Luhur. Kemudian tahun 1977 sampai 1984. Zakiah menjabat 47 Nata dan Daradjat.,op.cit., h.236. Direktur Pembinaan Agama Islam. Di samping itu, membuka klinik konsultasi di Depag, juga membuka klinik yang sama di rumahnya di Cipete hingga akhir hayatnya. Penceramah kuliah subuh TVRI juga RRI semenjak tahun 1969 hingga pensiunny, pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung DPA periode 1983-1988, ia satu-satunya anggota perempuan dan Dewan Riset Nasional, serta terpilih menjadi anggota MPR 1992-1997. Pendiri yayasan Ruhama yang bergerak dalam bidang pendidikan sejak tahun 1983, diangkat menjadi ketua MUI perempuan yang pertama. Di IAIN Jakarta dan Yogyakarta Zakiah Daradjat masing-masing menjadi guru besar dan memimpin fakultas Pasca Sarjana. Dari kajian diatas penulis menyimpulkan, bahwa Zakiah Daradjat merupakan sosok yang cinta akan ke-ilmuwan dimulai dari masa kecilnya yang gemar mengaji, sekolah yang di dilaluinya terkesan cukup padat, pagi harus sekolah umum sore harinya harus sekolah diniyah atau agama kesemuanya dilalui dengan penuh semangat. Kecintaan ilmunya pula dibuktikan dengan mendirikan Lembaga Pendidikan Ruhama, kemudian menjadi ketua MUI perempuan pertama, serta menjadi guru besar di Universitas yang berbeda.

c. Tutty Alawiyah

Prof.Dr.Tutty Alawiyah AS. MA lahir di Jakarta, 30 Maret 1942 M, merupakan putri ketiga dari pasangan KH. Abdullah Syafi`ie dan ibu H Ruqayah binti H.Ahmad Mukhtar. Ayah Tutty Alawiyah, KH. Abdullah Syafi`ie adalah ulama besar adalah tokoh kharismatik yang biasa menyebut dirinya, “Khadim al-Thalabah,” pelayan para santri yang sangat dikagumi, dihormati, dan dicintai oleh masyarakat bangsa Indonesia. Ibunya, Hj Siti Ruqayah, adalah juga seorang ustadzah yang memiliki pengetahuan agama yang sangat baik. Ibu Hj. Ruqayyah meninghgal saat Tutty Alawiyah berusia 9 tahun. 48 Dalam hal membaca al-Qur`an, Tutty Alawiyah dibimbing dan dilatih langsung oleh ibundany, Ibu Hj. Ruqayah. Sejak usia kecil, Tutty Alawiyah sudah pandai membaca al-Qur`an dengan fasih dan lengkap dengan lagunya. Sehingga pada usia 9 tahun, sudah diminta membaca al-Qur`an di Istana Merdeka di depan Presiden Soekarno pada acara Maulid Nabi SAW tahun 1950-an. 49 Pada waktu usianya belum mencapai 15 tahun, Tutty Alawiyah telah aktif membuka bermacam-macam kursus, mengisi ruang-ruang kelas yang masih tersedia di As-Syafi`iyah. Diantara kursus yang dibuka adalah kursus untuk remaja puteri, li al-Banat atau disingkat Banat. Kursus li al-Banat ini terus berkembang karena muridnya terus bertambah hingga mencapai enam kelas. Tutty Alawiyah kemudian membuka kursus tilawah al-Qur`an dan satu kursus lagi untuk ibu-ibu As-Syafi`iyah. Kursus ini karena disediakan untuk ibu-ibu, maka diberi nama kursus li al-Ummahat disingkat Ummahat al-Syafi`iyah. 50 Sepeninggal Ibu Hj.Ruqayah, urusan pengajian kaum ibu As-Syafi`iyah diserahkan kepada Hj.Muhibbah, kakak Tutty Alawiyah. Tapi, tidak lama berselah , Hj.Muhibbah juga meninggal dunia. Lantas K.H Abdullah Syafi`ie meminta Tutty Alawiyah menggantikan kakandanya itu, memimpin Majlis Taklim Kaum Ibu biasa disingkat MTKI As-Syafi`iyah yang saat itu berumur 15 tahun yang berjalan hingga sekarang ini. Di MTKI ini Tutty Alawiyah membuat inovasi-inovasi baru, antara lain, membuat kurikulum dan menyediakan bahan ajar atau modul dalam pengajian. Model taklim ini kemudian banyak diikuti oleh majelis-majelis taklim di tempat lain. Bahan 48 A.Ilyas Ismail ed., 70 Tahun Tutty Alawiyah: The Inspiring Woman, Penggerak Kemajuan dan Peradaban, Jakarta : UIA Press, 2012,h.13-15. 49 Ibid.,h. 19. 50 Ibid., h. 21 ajar Tuty Alawiyah di MTKI As-Syafi`iyah masih terkodifikasi dengan baik hingga sekarang dalam beberapa jilid. 51 Pada Januari 1981, Tutty Alawiyah, mendirikan Badan Kontak Majlis Taklim BKMT. Tak kurang dari 732 Majelis Taklim ikut secara bersama- sama mendeklarasikan dan membentuk BKMT di Pesantren puteri As- Syafi`iyah Jatiwaringin Pondok Gede. Pembentukan BKMT disaksikan oleh pendiri As-Syafi`iyah K.H Abdullah Syafi`ie yang ketika itu menjadi ketua MUI Jakarta. Jamaah yang hampir tidak kurang dari dua ribu orang wakil dari Majelis taklim yang ada di JABODETABEK dan Jabar. Di bawah kepemimpinan Tutty Alawiyah BKMT berkembang pesat sampai sekarang ini. BKMT kini telah memiliki cabang di 33 Provinsi di Indonesia. Sebagai ormas keagamaan dengan jumlah anggota hampir 15 sampai 20 juta jemaah. 52 Kiprah Tutty Alawiyah dalam bidang pendidikan formal dimulai pada tahun 1965. Bersama ayahandanya K.H Abdullah Syafi`ie pada tanggal 14 November 1965, ia mendirikan Akademi Pendidikan Islam AKPI As- Syafi`iyah. Selanjutnya AKPI ini berkembang menjadi Universitas Islam As- Syafi`iyah UIA pada tanggal 12 Maret 1969. 53 Tutty alawiyah juga turut berpatisipasi dalam pendidikan tinggi UIA, baik sebagai pengurus yayasan pergurua As-Syafi`iyah, ketua Presidium, Sekretaris Rektor, Ketua Harian Yapta Yayasan Perguruan As-Syafi`iyah, dan memangku jabatan Rektor untuk masa bakti 1997-2001, terpilih kembali untuk masa bakti 2001-2005, kemudian terpilih kembali untuk masa bakti 2005-2009, serta terpilih kembali untuk masa bakti 2009-2013. Pada masa kepemimpinannya UIA berhasil membuka beberapa prodi baru, program S2 dan S3, serta lembaga- 51 Ibid., h. 22-23 52 Ismail, op.cit, h.24 53 Hoesein,op.cit.,h.141 lembaga baru, seperti lembaga Lemkia, Lembaga Kajian Publik, Lembaga Bahasa Arab dan Inggris. 54 Tutty Alawiyah merupakan sosok yang inspiratif, dimulai dari kecil ketika ia diminta membaca al-Qur`an di istana merdeka ketika umur 9 tahun. Selain itu beliau mendirikan lembaga kursus bagi remaja putri dan ibu-ibu serta banyaknya orang yang mengikuti kursus itu. Tutty Alawiyah berinovasi membentuk BKMT serta membuat rancangan bahan ajar serta kurikulum yang dipergunakan dalam setiap pengajian yang tentunya diikuti oleh majlis-majlis taklim di tempat lain. Perannya dalam pendidikan formal terlihat dalam perannya membangun pendidikan tinggi UIA bersama ayahnya K.H Abdullah Syafi`ie, serta membuka lembaga-lembaga baru, jurusan dan prodi baru di bawah naungan Tutty Alawiyah.

d. Hj. Nonoh Hasanah

Hj. Nonoh Hasanah lahir pada 1938 di Cintapanda, Cibeureum, Tasikmalaya. Ia adalah putrid kedua dari enam bersaudara pasangan KH.M.Syamsudin dan Hj.Qamariyah. Ia hanya belajar sampai kelas IV Sekolah Rakyat, sementara pendidikan agamanya ia peroleh dengan ngaji ngalong ke pesantren kakak kandungnya, Muflihah. Selama beberapa waktu, Nonoh kecil juga belajar pada para kiai yang tinggal tidak jauh dari tempat tinggalnya, seperti pada K.H.Khaeruddin di Cisaro. Tidak puas dengan pelajaran yang telah diterimanya dari pada”kiai kampung” itu, atas dukungan kedua orang tuanya, Nonoh kecil bersama adiknya, Imoh, 54 Azra`ie Zakaria, Pemikiran Prof.DR.Hj.Tutty Alawiyah AS,MA, Tentang Pendidikan, dalam Dailami Firdaus ed., 70 Tahun Tutty Alawiyah:Mereka Bicara Tentang Kak Tutty, Jakarta:UIA Press, 2012 ,Cet.I, h.39. berangkat menuju Cipasung, berguru pada K.H Ruhiat yang sudah termasyhur. 55 Pada 25 Desember 1959, Ahmad Dimyati, pewaris pesantren Cintapanda ini beserta istrinya Nonoh Hasanah, dating ke pesantren peninggalan orang tuanya itu. berbeda dengan kebijakan yang telah dijalankan pengasuh pesantren saat itu, KH.Ahmad dan Nonoh bermaksud hanya menerima santri putri. Berdasarkan musyawarah keluarga, dicapailah kesepakatan, K.H. Yusuf dengan para santri yang sudah ada pindah ke sebelah selatan, menempati lokasi baru. Lokasi lama kemudian diperuntukkan khusus bagi santri putri, dengan nama pesantren putrid al- Hasanah Cintapanda. Pada 1968, Sembilan tahun setelah didirikannya, jumlah santri al-Hasanah mencapai 133 orang. Ketika Hj.Nonoh wafat, santri yang ada sekitar 450 orang. Jumlah santri yang tercatat sejak 1978 sekitar 8000 orang. 56 Dalam rangka pembangunan fisik pesantren ini, Hj.Nonoh Hasanah berusaha mencari dana sendiri. Meski beberapa kali mendapat tawaran bantuan dari pemerintah,ia senatiasa menolaknya. Nonoh memegang teguh prinsipnya untuk tidak menerima bantuan dari pemerintah. Ia khawatir bantuan itu akan mengurangi independensi pesantren yang dipimpinnya. Untuk menutup kebutuhan ini, Hj. Nonoh menyusun sebuah buku riwayat “Ashabul Kahfi”, disusul kemudian “Sejarah `Am al-fil”. Dua kitab itu dicetak dan disebarluaskan ke sebagian pelosok wilayah Jawa Barat, terutama kepada para murid-muridnya, dan mendapat sambutan cukup baik. 57 Menjelang wafatnya, ia pernah mengungkapkan keinginannya untuk menggenapkan jumlah gurunya menjadi 40 orang. Dia memang mempunyai semangat yang tinggi untuk tepat mencari ilmu di sela aktivitas 55 Wiwi Siti Sajaroh, H.Nonoh Hasanah: Perintis Pesantren Putri di Jawa Barat, dalam Jajat Burhanuddin ed., Ulama Perempuan Indonesia Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2002,h.353. 56 Ibid. 57 Ibid h.359 kesehariannya yang padat. Pada 20 November 1986 beliau berpulang ke pangkuan Rabb-nya. 58 Hj.Nonoh memiliki andil besar dalam mengembangkan pesantren Cintapanda khususnya terhadap pendidikan pesantren bagi santri putri. Prinsipnya yang kuat dalam membangun pesantren tanpa campur tangan dari luar merupakan sebuah cita-cita yang luhur, pembiayaan yang dilakukan dipesantrennya dilakukan melalui penjualan buku atau kitab yang ia buat.

B. Tinjauan Pustaka

Untuk penelitian terkait tentang pengkaderan atau pengembangan ulama, sebelumnya pernah dilakukan penelitian namun dengan pembahasan yang berbeda, sebagaimana yang pernah ditulis dalam Skripsi yang berjudul“ Peran Forum Komunikasi Ustadzah FKU dalam Pengembangan Kader Ustadzah di Kota Tangerang “ yang di tulis oleh Farhatullaili Zahrah Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Kemudian skripsi dengan judul “ Peran Ulama Perempuan dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam” yang ditulis oleh Sophia Al-Muyassara Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Kemudian skripsi yang berjudul “ Aktivitas Pendidikan Dasar Ulama PDU-MUI Jakarta Barat dalam Mendidik Ulama “ yang ditulis oleh Slamet Khumaedi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah baik itu terkait obyek penelitian serta pembahasan yang akan dikemukakan oleh penulis terkait Ulama Perempuan dan Pendidikan Pengkaderan yang di lakukan oleh Lembaga Rahima yang diberi judul “ Peran Lembaga Rahima Terhadap Kaderisasi Ulama Perempuan“. 58 Ibid h.361 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat serta nama lembaga yang dipilih sebagai bahan penelitian ini adalah, Lembaga Rahima yang beralamat atau bertempat di Jl.H. Shibi No.70 RT 00701 Srengseng Sawah, Jakarta Selatan 12640. Adapun waktu penelitian sebagai upaya pengumpulan data terkait judul tersebut, maka penelitian ini di lakukan mulai bulan Mei tahun 2014 sampai dengan bulan Oktober tahun 2014

B. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian, metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan metode yang baik dan benar akan memungkinkan tercapainya suatu tujuan penelitian. Adapun dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini, perlu kiranya di kemukakan teori menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan dari orang dan perilaku yang diamati. 1 Dengan memilih data kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan 1 Lexy J Moleong, Metode Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002 H. 4 hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi. 2 Dan Menurut Whitney, sebagaimana dikutip oleh Nazir, yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah: “pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. ” 3 Maka yang dilakukan penulis untuk mencapai hasil yang ingin dicapai yaitu dengan mengolah kata-kata dari hasil wawancara, observasi, dokumntasi dan buku- buku yang relevan dengan bahasan yang penulis buat.

C. Tekhnik Pengumpulan Data

Agar dapat diperoleh data yang aktual dari lapangan, maka penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Observasi : Yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena- fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Adapun objek pengamatan yang di teliti tersebut adalah pengkaderan ulama perempuan yang dilakukan oleh lembaga Rahima, dengan cara mengamati pengkaderan yang dilakukan. 2. Wawancara : Secara umum yang dimaksud wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab secara lisan, sepihak, berhadapan muka dan dengan arah tujuan yang telah dilakukan. Adapun tujuan dan harapan diadakannya wawancara ini adalah mengetahui bagaimana 2 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik, Bandung : PT. Rosdakarya, 2002, Cet.11, hal.24 3 Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, Cet. IV, hal. 63-64. cara atau sistem yang dilakukan lembaga Rahima dalam melaksanakan program pendidikan Pengkaderan Ulama Perempuan . 3. Kepustakaan Library Research . Dilakukan dengan cara membaca, menelaah, mendeskripsikan dan menganalisa buku-buku yang sesuai serta berhubungan dengan penelitian ini. 4. Dokumentasi Berarti mengumpulkan data dengan mencatat data yang sudah ada dalam dokumen atau arsip. Arsip yang dimaksud disini adalah seputar kegiatan yang terkait dengan Pengkaderan Ulama Perempuan yang dilakukan adapun arsip tersebut bias berupa foto, buku maupun profil dari pengkaderan yang dilakukan lembaga Rahima.

D. Pengolahan Data

Setelah data-data terkumpul dan penulis merasa sudah lengkapnya data-data yang dibutuhkan, maka data tersebut di klasifikasikan menurut jenisnya sehingga memudahkan dalam menganalisis data tersebut.

E. Tekhnik Analisis Data

Karena metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, maka analisis data yang digunakan adalah model analisis data mengalir flow model. Adapun langkah- langkah model analisis ini adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan data Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi yang merupakan catatan yang terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian. 2. Reduksi data Setelah data dikumpulkan melalui studi dokumentasi, lalu dibaca, dan dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Langkah ini berkaitan dengan proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mengtransformasikan data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian. 3. Penyajian data Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian dalam penelitian kualitatif ini menggunakan bentuk penyajian data teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian.

F. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan menjadi fokus utama adalah peran atau upaya yang dilakukan oleh lembaga Rahima dalam melakukan pengkaderan ulama perempuan serta hasil atau out put Pengkaderan Ulama Perempuan tersebut.