Faktor Pendukung Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Pengkaderan Ulama

perempuan peserta Pengkaderan Ulama Perempuan Rahima memiliki Jama`ah sebagai upaya pertama gress road pengkaderan dapat terlaksana, baru kemudian berkembang kesekitarnya. Keterbukaan akan informasi yang baru, hal ini sangat penting sebagai modal utama keterbukaan pemikiran yang ada pada para peserta pengkaderan. Selain itu diharapkan para peserta juga tanggap dan terbuka terhadap isu-isu yang beredar pada saat ini. Ketiga, tadarus merupakan hal terinti dari pengkaderan ini, tadarus merupakan sebuah pelatihan dengan maksud memberikan pemahaman betapa pentingnya peran perempuan di masyarakat, penetapan hukum keislaman yang baru yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman, serta peng-advokasian dan pengorganisasian di masyarakat. Hasil pengamatan penulis, dari ketiga langkah tersebut dalam praktek yang dilakukan Rahima memiliki hasil yang baik sebagai langkah mencapai tujuan Pendidikan Pengkaderan Ulama Perempuan. Dari dasar ini pulalah keseluruhan kurikulum dan sistem pendekatan pembelajaran pengkaderan ulama perempuan Rahima terbentuk. Serta ketiga rangkaian langkah yang diharapkan tercapai dalam tujuan Pendidikan Pengkaderan Ulama Perempuan tersebut, sesuai dengan tujuan yang dipaparkan oleh Ibnu Sina yang kutip Abudin Nata diatas yaitu mampu menumbuhkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik atau peserta pengkaderan dan juga dapat menyalurkan bakat yang sudah ada pada dirinya.

b. Pendekatan Pendidikan Pengkaderan Ulama Perempuan

Pendidikan pengkaderan ulama perempuan ini memiliki sebuah pendekatan atau cara pembelajaran, pendekatan yang dilakukan lembaga Rahima dalam Pendidikan Pengkaderan Ulama Perempuan yaitu pendekatan pendidikan orang dewasa atau disebut pendidikan kritis. Pendidikan kritis pada dasarnya adalah sebuah sistem pendidikan yang ditempa dan dibangun bersama peserta, dengan tujuan menggarap realitas, dan karena itu secara metodologis pendidikan ini bertumpu diatas prinsip- prinsip aksi dan refleksi. Aksi dan refleksi adalah prinsip bertindak untuk mengubah kenyataan dan pada saat yang sama secara terus menerus menumbuhkan kesadaran atas realitas itu dan hasrat untuk mengubahnya. 41 Pendidikan orang dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar berkelanjutan sepanjang hidup. Belajar bagi orag dewasa berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya. 42 Pendekatan belajar yang dilakukan oleh Rahima adalah pendekatan pendidikan orang dewasa, jadi pendekatan orang dewasa itu sebenarnya memiliki daur belajar yaitu ; Mengalami – Mengungkap – Menganalisa – Menyimpulkan. 43 Berdasarkan pengamatan penulis, lembaga Rahima dalam pendekatan pendidikan orang dewasa, lembaga Rahima terlebih dahulu menjelaskan kepada para peserta didahului dari praktek ataupun studi kasus. Lembaga Rahima dengan fasilitatornya mengungkapkan atau memuat sebuah kasus yang ada dimasyarkat semisal Trafficking kemudian dikemukakan di forum dan para peserta diperkenankan untuk membahas, menjawab dan mengomentari apa yang terjadi dalam kasus tersebut. Itulah pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh Rahima. Pendekatan pembelajaran yang seperti inilah yang disebut kegiatan aksi refleksi, para peserta bukan serta merta mereka yang belum tahu sama sekali namun mereka adalah orang-orang yang sudah tahu kemudian merefleksikannya, memadukan apa yang sudah mereka ketahui dengan peserta yang lain, kemudian menjadikannya menjadi suatu konsep atau pola pikir bersama. Hal ini merupakan dasar dalam upaya pemunculan sikap percaya diri yang dimiliki oleh para peserta, kecenderungan sifat malu atau kurang aktif dalam bermasyarakat semua diubah menjadi sifat 41 Hilmy Ali Yafie, The Rahima Story, Jakarta : Rahima hal 56. 42 Suprijanto, Pendidika Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi, Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2007 Cet.I,h.11 43 Maman AR, Koordinator Program, Wawancara Pribadi, Jakarta 6 Mei 2014