Materi Belajar Kurikulum Pengkaderan Ulama Perempuan

pemikiran seseorang mulai berkembang dan mulai menjadi dasar-dasar atas apa yang akan dilakukan kedepannya.

e. Tidak Beraliansi dengan Partai Politik

Maksud dari aliansi disini adalah mereka yang memiliki hubungan yang kuat terhadap sebuah partai politik, semisal menjadi ketua cabang sebuah partai politik, ataupun mempunyai fanatisme yang tinggi terhadap sebuah partai politik. Hal ini dimaksudkan agar para peserta memiliki keterbukaan yang luas terhadap segala hal yang masuk, tidak terkekang atau terbatasi dengan tujuan yang dianut oleh partainya.

6. Lulusan Pengkaderan Ulama Perempuan Rahima

Sebagaimana yang telah di disebutkan di atas, bahwasannya mereka yang mengikuti Pengkaderan Ulama Perempuan adalah orang-orang yang memiliki basic komunitas atau orang yang memiliki peran penting di komunitasnya semisal menjadi Ketua Pesantren, Ketua LSM Lembaga Swadaya Masyarakat , Dosen, maupun Guru Mata Pelajaran Agama Islam di sekolah. Berikut merupakan peran para lulusan Pengkaderan Ulama Perempuan di komunitas dan masyarakat sekitanya ;

a. Pesantren

Mereka para lulusan Pengkaderan Ulama Perempuan Rahima adalah para kepala pondok pesantren ataupun mereka istri-istri kyai yang mempunyai pesantren. Tentunya setelah diadakan pelatihan Pengkaderan Ulama Perempuan tersebut terdapat beberapa perubahan terhadap pola berfikir dan cara dakwah yang akan diberikan, semisal yang dilakukan oleh ibu nyai Afwah Mumtazah dari pondok pesantren Kempek, Ciwaringin sebagai upaya yang beliau lakukan dalam pengaplikasian Pendidikan Pengkaderan yang telah dilakukan oleh lembaga Rahima sebagai contoh upaya awal yang dilakukan oleh ibu afwah adalah ; “Di dalam kelas mengaji kitab, banyak materi yang semula hanya diberikan kepada santri putera disampaikan Afwah kepada santri putri. Perubahan ini pada awalnya menimbulkan reaksi keras dan sinis dari para ustadz pondok putera, karena materi tersebut dianggap tidak bermanfaat bagi santri puteri.” 34 Selain itu hal yang dilakukan dimasyarakat adalah beliau sebagai tempat bertanya atas permasalahan masyarakat yang ada disekitarnya khususnya mereka kaum perempuan. Pesan yang sering ia sampaikan dari perolehan yang didapat dari pelatihan yang telah ia lalui adalah tentang kemandirian perempuan, terutama dalam hal ekonomi. 35

b. Akademis

Diantara para lulusan Pengkaderan Ulama Perempuan Rahima adalah mereka yang memiliki basic sebagai dosen ataupun yang sering melakukan kajian di seputar dunia kampus. Sebagai lulusan peserta Pengkaderan Ulama Perempuan Rahima banyak diantara mereka yang mampu mengaplikasikannya di dalam pembelajaran perkuliahan. Adapun hasil yang terlihat ketika melakukan pengajaran seperti yang diungkapkan oleh ibu Izzatul Mardhiah dalam mengisi perkuliahan Hadist; Terutama terkait kajian Hadits-hadits biasanya hadits yang membicarakan tentang perempuan periwayatannya itu terputus- putus namun kalau di Pengkaderan Rahima itu semuanya disebutkan jadi lebih luas jangkauannya dan lebih utuh matan- matannya.yang dapat membuat kesalahpahaman prakteknya dimasyarakat itu banyak hadits tentang perempuan di riwayatkan hanya sepenggal-sepenggal. 36

c. Aktivis

Sebagai seorang aktivis, kepemilikan analisis sosial yang baik sangatlah diperlukan bahkan ini merupakan hal terpenting dalam upaya membaca wacana kemaslahatan yang terjadi dimasyarat. Rahima sebagai sebuah lembaga yang menjebatani itu mampu memberikan peran yang 34 AD. Eridani, dkk. Merintis Keulamaan untuk Kemanusiaan: Profil Kader Ulama Perempuan Rahima, Jakarta : Penerbit Rahima, 2014 , Cet.I, h.6. 35 Ibid., h.13 36 Izzatul Mardhiah, Peserta Pengkaderan Ulama Perempuan Rahima “ Wawancara Pribadi, Depok, 20 Oktober 2014