Tekhnik Pengumpulan Data METODOLOGI PENELITIAN
utama yang diangkat oleh Perhimpunan Rahima adalah Ulama Perempuan untuk Kemaslahatan Manusia.
Nama “Rahima” sendiri diambil karena terinspirasi oleh 2 hal, Yaitu;
“Dalam bahasa Arab, rahim nerupakan bagian dari asmaul husna,Maha Pengasih. Rahim juga bisa dimaknai sebagai tempat Tuhan menyemai kasih
sayang-Nya. Allah SWT pun menciptakan manusia melalui rahim perempuan itu. Selain itu, dengan nama ini Rahima bercita-cita agar martabat manusia bisa
dijunjung tinggi serta dihormati, oleh karena manusia diciptakan melalui rahim, tempat kita mengawali kasih sayang. Bagian dari itu, bagaimana pula
menghormati eksistensi perempuan. Karena dengan rahim perempuan, kita bisa beranak pinak dan berperadaban. Di situlah urgensinya.”
4
. Dengan demikian “rahima” dimaknai sebagai upaya untuk merayakan kehidupan dengan
semangat welas asih. Pada awalnya Rahima berfokus pada pendidikan kritis dan penyebaran
informasi tentang hak-hak perempuan di lingkungan pesantren. Kemudian karena tuntutan kebutuhan masyarakat , Rahima memperluas jangkauannya
pada berbagai kelompok di luar pesantren seperti pada madrasah, para guru di lingkungan sekolah agama maupun guru agama Islam di sekolah negeri,
majelis ta’lim, organisasi perempuan muslim, organisasi kemahasiwaan, dan berbagai LSM.
Maksud pendidikan kritis sebagaimana yang disinggung diata adalah pendidikan yang menganut paham Paulo Fereira, yaitu pendidikan yang
membebaskan pendidikan kritis tetapi yang membebaskan jadi pendidikan bisa melalui pelatihan, workshop, seminar, halaqah, tapi yang menjadi titik
tekannya adalah pendidikan yang membebaskan itu, artinya disini merupakan suatu pendidikan kritis yang mana pesertanya itu juga menjadi narasumber,
masing-masing peserta adalah sumber pengetahuan. Misalnya tentang gender teorinya seperti itu, namun ketika masuk kedalam kelas tidak serta merta
langsung dilahap, tapi kami membangun dari pesertanya, apa yang ia ketahui
4
Hilmi ali Yafie , The Rahima Story , Jakarta : Rahima , 2010 , Cet.I, h. 36-37.
tentang gender contohnya seperti apa. Jadi semuanya itu kembali kepada pesertanya.
5
Selain memperluas jangkaun dalam kegiatannya, rahima pun melakukan kegiatan yang sedikit kontroversial dikalangan pesantren yang selama ini
menjadi pangkuannya, dimana rahima melakukan dekontruksi terhadap wacana keagamaan yang mengandung bias gender atau fiqh klasik yang bersifat
patriarkhal, yang selanjutnya diperbaharui menjadi wacana fiqh egaliteria yang berspeksif keadilan tanpa menghilangkan unsur utama sumber hukum islam.
Hal ini sebenarnya bertolak belakang dengan ideologi yang selama ini di adopsi oleh rahima dari tradisi dan kultur salah satu ormas terbesar indonesia
yaitu NU, karena di kalangan pesantren yang berlabel NU terutama para ulamnya sangat menjunjung tinggi akan nilai-nilai keagamaan yang bersifat
patriarkhal dan sangat menentang terhadap hal-hal yang merubah nilai-nilai tersebut, serta melakukan kesetaraan gender yang berasumsi kegiatan tersebut
akan menghancurkan islam sesuai perkembangan zaman. Namun, rahima sesuai dengan visi dan misinya tetap istiqomah dalam menjalankan
programnya dengan bekal selagi tidak menyimpang ajaran islam dan tetap berpegang teguh terhadap perspektif islam, serta demi memperjuangkan
keadilan dan kesetaraan gender.