C. Ulama Perempuan
a. Pengertian Ulama
Ulama Perempuan terdiri atas dua suku kata “ ulama” dan “perempuan”. Adapun pegertian dari ulama yaitu, Ulama umumnya didefinisikan secara
intelektual sebagai orang yang memiliki kelebihan pengetahuan tentang Islam paling tidak, ia dikenal sebagai penceramah, penulis Islam, atau pemimpin
pesantren. Menurut Jalaluddin Rakhmat ada beberapa definisi makna pemimpin Islam. Pertama, pemimpin Islam sebagai pemimpin masyarakat yang beragama
Islam. Kedua, Pemimpin Islam ialah para ulama yang memiliki pengikut ditengah-tengah masyarakat. Ulama tak lagi diisyaratkan sebagai ahli faqih,
tetapi boleh juga cendikiawan islam yang memiliki pengetahuan mendalam tentang disiplin ilmu tertentu.
14
Menurut prof. Dr. Quraish Shihab kata `Ulama adalah bentuk jama` dari kata alim yang terambil dari kata alima yang berarti mengetahui secara jelas. Lebih
lanjut lagi dijelaskan bahwa definisi ulama yaitu orang yang mengetahui tentang fenomena sosial dan alam yang terkandung didalam kitab suci. Hanya saja dari
pengetahuan fenomena sosial dan alam serta kandungan kitab suci harus memiliki rasa khassyah rasa takut dan kagum kepada Allah SWT .
15
Adapun kata al-`ulama` dinyatakan dalam firman Allah:
“dan demikian pula di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan
jenisnya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-
14
Jajat Burhanudin, Ulama Perempuan Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002 , Hal 290-291
15
M.Quraish Shihab, Secerah Cahaya illahi; Hidup bersama Al-Qur`an, Bandung : Mizan , 2000 , hal 39
Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Q.S Fathir :28
Dari penjelasan ayat diatas mengisyaratkan bahwa definisi ulama merupakan hamba Allah SWT yang beriman , bertaqwa, menguasai ilmu kawniyyah
fenomena alam maupun bersifat qur`aniyah, berpandangan hidup yang luas, dan beribadah dengan landasan rasa takut dan kagum kepada ALLAH SWT, takut
khasyyah merupakan sifat khusus ulama.
16
Ibnu Asyur dan Thabathaba`i sebagaimana yang dikutip oleh Quraisy Shihab mengatakan bahwa ulama adalah
orang yang mendalami ilmu agama.
17
Selanjutnya Thabathaba`i menulis bahwa ulama adalah “ orang yang mengenal Allah SWT dengan nama-nama, sifat-sifat,
dan perbuatan-perbuatanNya, pengenalan yang bersifat sempurna sehingga hati mereka menjadi tenang dan keraguan serta kegelisahan menjadi sirna, dan
nampak pula dampaknya dalam kegiatan mereka sehingga amal mereka mem
benarkan ucapkan”.
18
Ahmad Mustafa Bisri, yang dikutip oleh Subhan bahwa ulama memang berasal dari bahasa arab dan semua merupakan bentuk jamak dari kata `alim
yang berarti mengetahui, orang pandai, orang yang pandai dalam ilmu apapun dikategorikan sebagai ulama istilah itu kemudian berkembang dan tepatnya
menciut sehingga lebih banyak digunakan untuk menyebut mereka yang ahli ilmu agama Islam, bagi mereka yang mengerti literature “ Kitab Kuning “ istilah
ulama umumnya difahami dalam konotasi yang tidak terbatas untuk menunjukan orang-orang yang berilmu agama.
19
Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa ulama selalu di identikkan dengan orang yang mengusai ilmu agama, terutama sebutan bagi
16
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan keserasian al-Qur`an volume 11, Jakarta : Lentera Hati, 2000 , hal.465
17
Ibid hal.466
18
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan keserasian al-Qur`an volume 11, Jakarta : Lentera Hati, 2000 , hal.466
19
Subhan, Ulama-ulama Oposan, Bandung : PT.Hidaya IKAPI, 2000 , hal 7
agama islam. Di mana ulama memiliki peran yang cukup andil dalam usaha mengeksiskan penyiaran dan pengajaran agama islam. Namun bukan sampai
disitu saja mereka ulama adalah yang mempunyai rasa taqwa kepada Allah serta mempunyai hubungan sosial yang baik kepada masyarakat.
Sedangkan ulama perempuan adalah mereka yang berjenis kelamin perempuan yang menguasai ilmu agama serta menyebarkan agama tersebut, serta
mempunyai rasa taqwa kepada Allah. Sebenarnya kata ulama sendiri pun sudah mewakili laki-laki ataupun perempuan. Menurut Azyumardi Azra seperti yang
dikutip oleh Jajat Burhanuddin mengatakan, beliau mengkritik bahwa “
penggunaan istilah “ ulama perempuan” justru mengandung bias gender. Menurutnya, istilah “ ulama perempuan “ jika dilihat dari perspektif gender
merupakan sebuah ironi, sebab istilah “ ulama” sejak awal penggunaan kata ini pada dasarnya merupakan istilah “ gender neutral “. Dalam bahasa Arab tidak
ada padanan muannats- nya. Artinya , istilah” ulama “ bisa mengacu pada laki-
laki atau perempuan tanpa harus menambahkan kata laki-laki atau perempuan dibelakangnya.
”
20
Dari kutipan tersebut diatas terlihat jelas bahwa sebenarnya penamaan “ Ulama Perempuan “ justru akan mengandung unsur bias gender yaitu pemisahan
antara laki-laki dan perempuan padahal seperti yang kita ketahui diatas bahwa kata Ulama adalah kata majmu` atau jama`, di maksudkan didalam unsur laki-
laki sebenarnnya sudah mengandung unsur perempuan didalamnya. Dengan demikian Istilah Ulama di mempunyai makna yang sangat luas di banding
dengan ketika kita menyebutkan istilah Ulama Perempuan.
b. Tugas dan Fungsi Ulama
Menurut M. Dawan Raharjo sebagaimana yang dikutip oleh Armai Arief dalam buku Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik, disebutkan bahwa: “ para ulama, menurut suatu Hadits Nabi SAW
20
Jajat Burhanudin ed., Ulama Perempuan Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002 , Hal. xxviii