Asisten Program : Mawardi,S.Fil.I,Nurhayati Aida, SS
Staff Dokumentasi dan Informasi : Ulfah Mutiah Hizma, S.Sos
Staff Rumah Kesekertariatan : Binta Ratih Pelu, Andi Nasori Riyanto
Struktur Organisasi Rahima
4. Jenis Kegiatan
Sebagai sebuah lembaga tentunya Rahima memiliki berbagai macam jenis kegiatan-kegiatan yang menjadi fokus lembaga tersebut, ketika berdiri lembaga
Rahima mengusung isu pusat informasi Islam dan hak-hak perempuan.
7
Terdapat dua program besar di Rahima;
a. Pendidikan
Pendidikan yang berdasarkan perspektif hak-hak perempuan merupakan pandangan pengetahuan yang dikira cukup untuk menjawab
tantangan realitas sosial. Dalam aspek pendidikan ini lembaga Rahima berfokus pada upaya memasyarakatkan hak-hak perempuan dalam
perspektif Islam melalui pelatihan dan lokakarya.
8
Pendidikan yang saat ini sedang dilakukan Rahima adalah pendidikan Pengkaderan Ulama
Perempuan, pendidikan Pengkaderan Ulama Perempuan merupakan pendidikan dengan dasar keprihatinan atas masih sedikitnya Ulama di
kalangan kaum Perempuan serta masih memandang sebelah mata keilmuan yang dimiliki oleh ulama-ulama perempuan yang sudah ada.
b. Publikasi dan Penyebaran Informasi
Pada publikasi ini memiliki dua bentuk, yaitu dalam bentuk materi cetak maupun dialog verbal. Penyebaran Informasi kegiatannya berupa
penyebarluasan isu-isu Islam dan hak-hak perempuan melalui berbagai forum publik seperti diskusi regular, dialog terbatas, seminar, dan juga
melalui penerbitan baik berupa majalah Swara Rahima, buku-buku dan terbitan lainnya, perpustakaan, juga website, namun belakangan ini
penyebaran isu-isu kesetaraan juga dilakukan Rahima melalui pendekatan budaya yakni dengan mengembangkan shalawat kesetaraan.
9
7
AD Eridani, Direktur Rahima, Wawancara Pribadi, Jakarta 2 Mei 2014
8
Hilmi ali Yafie , The Rahima Story , Jakarta : Rahima , 2010 , Cet.I, h. vi
9
Ibid.
B. Deskripsi Penelitian
Peran Lembaga Rahima Terhadap Pendidikan Pengkaderan Ulama Perempuan
1. Sejarah Pengkaderan Ulama Perempuan PUP
Istilah ulama` di Indonesia berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk plural dari kata `aliim, artinya orang yang pintar. Terdapat dua kata
yang serumpun dengan ilm yang digunakan untuk menunjukkan orang yang pintar, yaitu `aalimun yang merupakan isim fa`il dari kata `alima, dan
`al ȋ ma yang mempunyai arti sama dengan `ȃ limun atau merupakan șiǵ oh
mubalaghah. Bentuk jamk kata ` ȃ limun adalah `ȃ limȗ na, yakni jama`
mudzakar salim. Sementara bentuk jamak `aalimun adalah `ulama , yakni jama` taksir. Namun apabila di Arab pemaknaan ulama bisa memasukkan dua
kelamin, sedangkan di Indonesia makna ulama hanya memasukkan jenis kelamin tertentu yaitu laki-laki.
10
Insiatif pembentukan pengkaderan ulama perempuan dimulai tahun 20032004, terdapat yang pada
saat itu masih disebut “Pesantren Rahima” yang berisikan perempuan-perempuan untuk dididik menjadi ulama
perempuan, berangkatnya dari keprihatinan bahwa; Pertama , Jumlah ulama perempan tidak terlalu banyak. Kedua, kapasitas ulama perempuan dianggap
tidak setara dengan ulama laki-laki. Ketiga, diharapkan ulama perempuan tidak hanya mampu berdakwah bil lisan namun juga mampu melakukan
dakwah dengan perbuatan.
11
Selain itu kebanyakan pesantren yang berdiri di jawa adalah pesantren yang kebanyakan di huni oleh mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Kita
masih sulit sekali menemukan pesantren perempuan, mungkin memang sekarang ada namun masih sangat jarang semisal pesantren putri Cintapanda
yang didirikan oleh Hj. Nonoh Hasanah di Tasikmalaya. Kemudian Hj. Suwa sebagai perempuan yang tegas berdakwah serta masih banya ulama-ulama
perempuan lainnya semisal Rahmah el Yunusiyah yang mendirikan sekolah
10
AD Kusumaningtyas , koord. Dokumentasi dan informasi , Wawancara Pribadi, Jakarta 6 Mei 2014.
11
AD Eridani, Direktur Rahima, Wawancara Pribadi, Jakarta 2 Mei 2014