Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian

43

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Objek Penelitian

1. Sejarah lembaga Rahima

Rahima, Pusat Pendidikan dan Informasi tentang Islam dan Hak-hak Perempuan adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dalam perpektif Islam. 1 Rahima, merupakan Organisasi Non Pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat, mencita- citakan keadilan bagi perempuan, hak-haknya terpenuhi, dan memperoleh penghargaan serta perlakuan setara dengan Laki-laki. 2 Cita-cita itu dirumuskan dalam sebuah tema besar “tegaknya hak-hak perempuan dalam satu tatanan masyarakat yang demokratis ”. Awalnya Rahima merupakan sebuah divisi bernama Fiqh an-Nisa yang bernaung dibawah Perhimpunan Pengembangan Pesantren yang biasa disingkat P3M. Rekan kerja Fiqh an-Nisa yang utama selama masa kerja enam tahun sejak 1994-2000 adalah pesantren, lembaga keagamaan tradisional yang berpengaruh dalam masyarakat Indonesia. 3 Rahima didirikan untuk merespon kebutuhan informasi mengenai gender dan Islam. Rahima berdiri pada tanggal 5 Agustus 2000 dan keberadaannya disahkan oleh Notaris pada tanggal 11 September 2000 di Jakarta. Lembaga ini memulai aktivitasnya pada bulan Pebruari 2001. Bertepatan dengan rangkaian perayaan Ulang Tahunnya yang ke-10, dalam momentum Seminar Masa Depan Kepimipinan Ulama Perempuan pada tanggal 23 November 2010, secara resmi diumumkan perubahan bentuk kelembagaan Rahima dari Yayasan ke Perhimpunan. Dengan demikian lembaga ini kemudian dikenal dengan nama Perhimpunan Rahima. Tema 1 Www.rahima.or.id April 2014 2 Modul Pengkaderan Ulama Perempuan Perspektif kesetaraan Jakarta : Rahima, 2011 , hal ix 3 Swara Rahima , No I, Thn I, Mei 2001, Hal.3 utama yang diangkat oleh Perhimpunan Rahima adalah Ulama Perempuan untuk Kemaslahatan Manusia. Nama “Rahima” sendiri diambil karena terinspirasi oleh 2 hal, Yaitu; “Dalam bahasa Arab, rahim nerupakan bagian dari asmaul husna,Maha Pengasih. Rahim juga bisa dimaknai sebagai tempat Tuhan menyemai kasih sayang-Nya. Allah SWT pun menciptakan manusia melalui rahim perempuan itu. Selain itu, dengan nama ini Rahima bercita-cita agar martabat manusia bisa dijunjung tinggi serta dihormati, oleh karena manusia diciptakan melalui rahim, tempat kita mengawali kasih sayang. Bagian dari itu, bagaimana pula menghormati eksistensi perempuan. Karena dengan rahim perempuan, kita bisa beranak pinak dan berperadaban. Di situlah urgensinya.” 4 . Dengan demikian “rahima” dimaknai sebagai upaya untuk merayakan kehidupan dengan semangat welas asih. Pada awalnya Rahima berfokus pada pendidikan kritis dan penyebaran informasi tentang hak-hak perempuan di lingkungan pesantren. Kemudian karena tuntutan kebutuhan masyarakat , Rahima memperluas jangkauannya pada berbagai kelompok di luar pesantren seperti pada madrasah, para guru di lingkungan sekolah agama maupun guru agama Islam di sekolah negeri, majelis ta’lim, organisasi perempuan muslim, organisasi kemahasiwaan, dan berbagai LSM. Maksud pendidikan kritis sebagaimana yang disinggung diata adalah pendidikan yang menganut paham Paulo Fereira, yaitu pendidikan yang membebaskan pendidikan kritis tetapi yang membebaskan jadi pendidikan bisa melalui pelatihan, workshop, seminar, halaqah, tapi yang menjadi titik tekannya adalah pendidikan yang membebaskan itu, artinya disini merupakan suatu pendidikan kritis yang mana pesertanya itu juga menjadi narasumber, masing-masing peserta adalah sumber pengetahuan. Misalnya tentang gender teorinya seperti itu, namun ketika masuk kedalam kelas tidak serta merta langsung dilahap, tapi kami membangun dari pesertanya, apa yang ia ketahui 4 Hilmi ali Yafie , The Rahima Story , Jakarta : Rahima , 2010 , Cet.I, h. 36-37.