Karakteristik Responden UsahataniKangkung Organik Petani Binaan

3. Status Kepemilikan Lahan dan Luas Lahan Secara keseluruhan status kepemilikan lahan petani responden milik sendiri yaitu sebanyak 16 orang 100. Hal ini disebabkan karena adannya kepemilikan secara turun-temurun dimana kepemilikan tersebut biasanya jatuh ke tangan keluarganya sendiri. Luas lahan petani responden yang digunakan untuk berusahatani sayuraan kangkung organik yang terluas 1500 M 2 . Tabel 6, menyajikan sebaran luas lahan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center ADC di Kabupaten Bogor. Tabel 6. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development Center ADC di Kabupaten Bogor No Luas Lahan M 2 Jumlah Orang 1 700 12 75 2 700-1500 4 25 3 1500 Jumlah 16 100 Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Diolah Berdasarkan Tabel 6, petani responden dengan kelompok luas lahan kangkung organik 700 M 2 merupakan jumlah terbanyak yaitu mencapai 12 orang 75. Hal tersebut menerangkan bahwa secara umum petani responden merupakan petani gurem, karena petani yang memiliki lahan usahatani 0,5 Ha. Sempitanya luas lahan kangkung organik sebagian besar disebabkan oleh pembagian lahan warisan ataupun adanya konversi lahan menjadi pemukiman maupun pengusahan komoditas selain kangkung. Faktor ini mempengaruhi luas lahan petani responden yang akan berdampak pada volume produksi dan pendapatan yang dihasilkan. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

Hasil penelitian analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center di Kabupaten Bogor dengan rata-rata luas lahan 575 M 2 tahun. Hasil tersebut merupakan jumlah dari seluruh petani binaan sejumlah 16 orang meliputi 4 kecamatan. Terdapat penjabaran hasil penelitian diantaranya; analisis biaya, analisis pendapatan serta analisis tingkat pendapatan dengan menggunakan RC rasio, BC rasio, Break Even Point BEP dan Payback Period PP. 5.1.1. Hasil Analisis Biaya Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development Center ADC di Kabupaten Bogor Biaya usahatani atau biasa disebut biaya total Total Cost merupakan jumlah dari biaya tetap Fixed Cost dan biaya tidak tetap Variable Cost Rahim dan Hastuti, 2007 dalam Amalia, 2013. Biaya usahatani petani responden berbeda satu dengan lainnya, hal tersebut dipengaruhi oleh penggunaan input, luas lahan, banyak pupuk dan banyaknya benih Lampiran 4. Faktor tersebut mempengaruhi biaya usahatani masing-masing petani. Tabel 7, menyajikan rata- rata biaya usahatani kangkung organik binaan ADC dengan luas lahan 575 M 2 tahun. 6 Tabel 7. Rata-rata Biaya Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development Center ADC di Kabupaten Bogor dengan Luas Lahan 575 M 2 tahun No Uraian Jumlah Biaya 1 Biaya Tetap Pajak Lahan 66.220 Total 66.220 2 Biaya Variabel Benih 246.000 Pupuk 8.670.000 Listrik 356.250 Tenaga kerja 6.656.250 Transportasi 825.000 Penyusutan Alat 1.165.500 Total 17.919.000 Biaya Total Usahatani FC+VC 17.985.220 Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Diolah Berdasarkan Tabel 7, rata-rata total biaya usahatani pada petani kangkung organik binaan ADC Tahun 2014 adalah sebesar Rp17.985.220,-. Nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan total biaya tetap sebesar Rp66.220,- dan total biaya variabel sebesar Rp17.919.700,-.

5.1.2. Hasil Analisis Pendapatan Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan

Agribusiness Development Center ADC di Kabupaten Bogor Pendapatan usahatani memberikan gambaran mengenai keuntungan usahatani. Pendapatan yang diterima oleh petani kangkung organik binaan ADC sangat bervariasi. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan cara dan penggunaan pengelolaan lahan ataupun proses panen yang mempengaruhi output baik jumlah produksi maupun biaya usahatani. Tabel 8, menyajikan rata-rata produksi, biaya total, harga jual, penerimaan dan pendapatan usahatani pada petani kangkung organik binaan Agribusiness Development Center ADC. Tabel 8. Rata-rata Produksi, Biaya Total, Harga Jual, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development Center ADC dengan Luas Lahan 575 M 2 tahun Uraian Produksi Kg Biaya Total Rp Harga Jual Rp Penerimaan Rp Pendapatan Rp Jumlah 9.113 17.985.220 7.000 63.787.500 45.802.280 Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Diolah Berdasarkan tabel 8, rata-rata pendapatan petani responden kangkung organik binaan ADC, yaitu sebesar Rp45.802.280,-. Nilai tersebut diperoleh dari hasil selisih antara jumlah penerimaan dengan biaya produksi.

5.1.3. Hasil Analisis Tingkat Pendapatan dengan Menggunakan RC Rasio, BC Rasio,

Break Even Point BEP, dan Payback Period PP Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development Center ADC di Kabupaten Bogor Analisis tingkat pendapatan dengan menggunakan RC rasio, BC rasio, BEP dan PP pada pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center ADC di Kabupaten Bogor digunakan untuk melihat kelayakan usaha dan mengevaluasi agar lebih optimal dalam mendapatkan keuntungan. Tabel 9, menyajikan hasil analisis tingkat pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center ADC. Tabel 9. Hasil Analisis Tingkat Pendapatan dengan Menggunakan RC Rasio, BC Rasio, Break Even Point BEP, dan Payback Period PP Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development Center ADC dengan Luas Lahan 575 M 2 tahun No Uraian Hasil 1 RC Rasio 3,55 2 BC Rasio 2,55 3 Break Even Point BEP BEP Produksivolume 2.569 Kg BEP Harga 1.973 Rp 4 Payback Period PP 1,48 Sumber: Data Primer, 2015 Diolah 8 Berdasarkan tabel 9, dapat disimpulkan bahwa nilai RC rasio dan BC rasio layak dan memberikan manfaat dari usahatani kangkung organik. Nilai BEP produksivolume 2.569 dan BEP harga Rp1.973,-. Sedangkan PP mendapatkan nilai 1,48. Berikut ini merupakan Tabel 10, yang akan merangkum seluruh hasil perhitungan dari analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan ADC. Perhitungan tersebut meliputi penerimaan, pendapatan, RC rasio, BC rasio, break event point dan payback period. Tabel 10. Hasil Analisis Pendapatan Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development Center ADC di Kabupaten Bogor dengan Rata-rata Luas Lahan 575 M 2 tahun No Uraian Nilai Rp 1 Penerimaan 63.787.500 2 Pendapatan 45.801.580 3 Biaya Tetap Pajak Lahan 66.220 Total Biaya Tetap Fixed Cost 66.220 4 Biaya Variabel Benih 246.000 Pupuk 8.670.000 Listrik 356.250 Tenaga Kerja 6.656.250 Transportasi 825.000 Penyusutan 1.165.500 Total Biaya Variabel Variable Cost 17.919.700 5 Total Biaya 17.985.220 6 Total Produksi Kg 9.113 7 Harga Perkilogram 7.000 8 RC Rasio 3,55 9 BC Rasio 2,55 10 Break Even Point ProdukVolume Kg 2.569 11 Break Even Point Harga 1.973 12 Payback Period 1,48 Sumber: Data Primer, 2015 Diolah + 9

5.2. Pembahasan

Pembahasan penelitian analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center di Kabupaten Bogor dengan rata- rata luas lahan 575 M 2 tahun. Pembahasan penelitian analisis yang meliputi; analisis biaya, analisis pendapatan serta analisis tingkat pendapatan dengan menggunakan RC rasio, BC rasio, Break Even Point BEP dan Payback Period PP.

5.2.1. Pembahasan Analisis Biaya Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan

Agribusiness Development Center ADC di Kabupaten Bogor Biaya usahatani terdiri dari biaya tetap fix cost dan biaya variabel variable cost. Biaya tetap hasil analisis hanya terdiri dari biaya pajak lahan. Sedangkan, biaya variabel hasil analisis terdiri dari biaya benih, pupuk, tenaga kerja, listrik dan biaya penyusutan. Berikut ini merupakan kategori biaya tetap yaitu pajak lahan. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1. Pajak Lahan Terdapat pajak lahan yang dibayarkan oleh petani kangkung organik binaan ADC. Rata-rata pajak lahan PBB yang dibayarkan petani responden adalah sebesar Rp66.220,- m 2 Tahun. Biaya yang dikeluarkan petani berbeda- beda seperti yang dijelaskan sebelumnya lampiran 4. Pajak lahan berupa tanah Kabupaten Bogor telah disesuaikan dengan kebijakan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan. Lampiran 5.