Kangkung dapat tumbuh pada ketinggian sampai 1000 mdpl. Tanaman ini akan tumbuh bagus jika ditanam pada tanah yang gembur dan subur dengan pH 6,0-7,0
dengan kelembapan 80-90.
2.5.2. Penanaman Kangkung
Ada dua jenis penanaman kangkung yang bisa dilakukan, yaitu penanaman dalam keadaan kering kangkung darat dan penanaman dalam keadaan basah
kangkung basah atau kangkung air. Kedua jenis penanaman ini memerlukan bahan organik berupa kompos dan air dalam jumlah besar agar kangkung dapat
tumbuh dengan subur. Waktu kangkung yang baik adalah pada musim hujan untuk kangkung darat dan musim kemarau untuk kangkung air. Sementara waktu
tanam kangkung yang dibudidayakan menggunakan biji adalah pada musim kemarau.
Pada penanaman kering, kangkung ditanam pada jarak 5 inci 12,7 cm dan ditunjang dengan kayu sangga. Sementara pada penanaman basah, biasanya
menggunakan potongan kangkung dari batang sampai ke akar sepanjang 12 inci 30,48 cm ditanam dalam lumpur tanah dan dibiarkan basah.
2.5.3. Manfaat Kangkung
Menurut Rukmana 1994 sayuran kangkung merupakan sumber gizi yang murah harganya dan mudah didapatkannya. Kandungan gizi dalam kangkung
dapat disimak pada Tabel 3.
8
Tabel 2. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Kangkung
No Komposisi Gizi
Banyaknya Kandungan Gizi 1
2 1
Kalori 30,00 cal
29,00 kal 2
Protein 3,90 gr
3,00 gr 3
Lemak 0,60 gr
0,30 gr 4
Karbohidrat 4,40 gr
5, 40 gr 5
Serat 1,40 gr
- 6
Kalsium 71, 00 mg
73, 00 mg 7
Fosfor 67,00 mg
50,00 mg 8
Zat Besi 3,20 mg
2,50 mg 9
Natrium 49,00 mg
- 10
Kalium 458,00 mg
- 11
Vitamin A 4825,00 S.I
6300,00 S.I 12
Vitamin B1 0,09 mg
0,07 mg 13
Vitamin B2 0,24 mg
- 14
Vitamin C 59,00 mg
32,00 mg 15
Niacin 1,30 mg
- 16
Air -
89,70 gr Sumber: 1. Food and Nutrion Center Hand-Book No.1 Manila, 1994
2. Direktorat Gizi Depkes R.I 1981
2.5.4. Hama dan Penyakit Kangkung
Hama yang menyerang tanaman kangkung, antara lain ulat grayak Spodoptera litura F, kutu daun Myzus persicae sulz dan Aphis gossypii.
Penyakit yang menyerang kangkung adalah karat putih yang disebabkan oleh Albugo ipomea reptans.
Perlakuan untuk pengendalian, gunakan jenis pestisida yang aman dan mudah terurai, seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid
sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus digunakan dengan baik dan benar. Jika sudah parah, dapat menggunakan pestisida hayati, seperti daun nimba,
gadung dan sereh wangi Cahyo dan Rini, 2014.
9
2.6. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pendapatan usahatani sayuran organik dan anorganik. Pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan
biaya produksi dikali dengan harga jual. Sedangkan biaya produksi berasal dari jumlah antara total biaya tetap dan total biaya tidak tetap. Analisis pendapatan
usahatani sayuran organik dan anorganik ini menggunakan indikator RC rasio, BC rasio, Break Even Point BEP dan Paybak Period PP. Berdasarkan uraian
diatas maka gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Usahatani Sayuran
Kangkung Organik
Petani Binaan Agribusiness Development Center ADC
Biaya Produksi : -
Biaya Tetap -
Biaya Variabel Penerimaan
Analisis Pendapatan RC Rasio
BC Rasio BEP Break Even Point
PP Payback Period
Pendapatan Usahatani Kangkung Organik
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sitanggang 2008 dengan judul Analisis
Usahatani Bawang Daun Organik dan Anorganik Studi Kasus : Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan
penelitian tersebut yaitu: 1 Menganalisis keragaan usahatani bawang daun organik pada kelompok tani Kalicimandala di desa Batulayang,
2 Menganalisis perbandingan tingkat pendapatan dan efisiensi antara petani yang menerapkan sistem usahatani bawang daun organik dengan
yang menerapkan sistem usahatani bawang daun anorganik pada kelompok tani Kalicimandala di
desa Batulayang. Hasil analisis pendapatan menunjukan bahwa produksi rata-rata bawang daun organik
per luasan lahan rata-rata 0,3 ha per musim tanam adalah 2.250 kg, sehingga penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp27.000.000,-,
sedangkan produksi rata-rata bawang daun organik per hektar per musim tanam adalah 18.000 kg, sehingga penerimaan yang diperoleh petani
sebesar Rp216.000.000,-. Produksi rata-rata bawang daun anorganik per luasan lahan rata-rata 0,3 ha per musim tanam adalah 2.812 kg, sehingga
penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp16.872.000,-, sedangkan produksi rata-rata bawang daun anorganik per hektar per musim tanam
adalah 22.500 kg, sehingga penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp135.000.000,-.
Penelitian lain yang sejenis juga telah dilakukan oleh Marissa dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Tebu Studi Kasus:
1
PT. PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru, Babakan, Cirebon, Jawa Barat. Tujuan penelitian tersebut, yaitu 1 Mengetahui pendapatan usahatani
tebu di PT. PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru Cirebon,
2 Menganalisis keberlanjutan usahatani tebu di PT. PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru dengan menggunakan RC Rasio, BC Rasio, BEP
Break Even Point, dan PP Payback Periode. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa, untuk luas areal tebu 1 ha membutuhkan
dana investasi sebesar Rp77.395.000,-. Total biaya yang dikeluarkan untuk usahatani tebu tersebut sebesar Rp40.326.500,- dan menghasilkan tebu 70
ton setara dengan 70.000 kg, dengan harga Rp975kg. dari total biaya serta harga yang berlaku tersebut, penerimaan usaha yang diperoleh sebesar
Rp68.250.000,-. Sehingga
pendapatan usaha
yang diterima
Rp27.923.500,-. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Amalia 2013 dengan
judul Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi sawah Studi Kasus: Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian tersebut, yaitu 1 Mengetahui tingkat pendapatan usahatani padi sawah varietas Inpari 13
di Gapoktan Mekarsari, desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, 2 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
usahatani padi sawah varietas Inpari 13 di Gapoktan Mekarsari, desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, 3 Mengetahui
seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi pendapatan petani yang berusahatani padi sawah varietas Inpari 13 di Gapoktan Mekarsari,
desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1 tingkat pendapatan usahatani padi sawah varietas
Inpari 13 sebesar Rp9.321.670,- MTHa, 2 faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi sawah varietas Inpari 13 adalah
produksi, benih, tenaga kerja, biaya pupuk petroganik, biaya pupuk urea, biaya pupuk phonska dan biaya panen serta
pascapanen dan 3 variabel produksi X
1
berpengaruh positif dan nyata, variabel biaya pupuk petroganik X
4
berpengaruh positif dan nyata, variabel biaya pupuk urea X
5
dan biaya pupuk phonska X
6
berpengaruh negative dan nyata serta variabel benih X
2
, variabel tenaga kerja X
3
dan variabel biaya panen dan pascapanen X
7
tidak berpengaruh nyata.