BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada sistem pemerintahan yang ada dan berlaku saat ini, desa mempunyai peran yang strategis dan penting dalam membantu pemerintah daerah dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pembangunan. Semua itu dilakukan sebagai langkah nyata pemerintah daerah dengan kemandiriannya dalam
mendukung pelaksanaan otonomi daerah di wilayahnya. Pembangunan pedesaan mempunyai peranan penting dalam konteks pembangunan nasionl karena
mencakup bagian terbesar wilayah nasional. Sekitar 65 penduduk Indonesia bertempat tinggal di daerah pedesaan Rahardjo Adisasmita, 11:2006. Oleh
karena itu, pembangunan masyarakat pedesaan harus terus ditingkatkan melalui pengembangan kemampuan sumberdaya manusia yang ada di pedesaan sehingga
kreativitas dan aktivitasnya dapat semakin berkembang serta kesadaran lingkungannya semakin tinggi.
Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah juga telah banyak bertujuan pada pemberdayaan dan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
serta masyarakat pedesaan. Hal tersebut ditandai semakin meningkatnya anggaran pembangunan yang dialokasikan untuk kegiatan pembangunan pedesaan, baik
menyangkut pembangunan fisik maupun pemberdayaan masyarakat pedesaan. Salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap pemberdayaan masyarakat desa
dan pengembangan wilayah pedesaaan adalah adanya anggaran pembangunan secara khusus yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Universitas Sumatera Utara
APBD untuk pembangunan wilayah pedesaan, yakni dalam bentuk Alokasi Dana Desa ADD.
Desa sebagai ujung tombak pemerintahan dalam hirarki susunan pemerintahan di negara Indonesia juga mengemban amanat otononomi sebagai konsekuensi
pelaksanaan otonomi daerah yang mulai diberlakukan semenjak tahun 1999. Dalam upaya peningkatan peran pemerintahan desa dalam memberikan pelayanan
dasar kepada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat maka pemerintahan desa perlu didukung dana dalam melaksanakan tugas-tugasnya baik di bidang
pemerintahan maupun bidang pembangunan. Dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah
diatur mengenai pelaksanaan sistem desentralisasi di Negara Indonesia, dimana pemerintah pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk
melakukan serangkaian proses, mekanisme dan tahapan perencanaan yang dapat menjamin keselarasan pembangunan. Pemberian otonomi daerah seluas-luasnya
berarti pemberian kewenangan dan keleluasaan kepada daerah untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya daerah secara optimal. Agar tidak terjadi
penyimpangan dan penyelewengan, pemberian wewenang dan keleluasaan yang luas tersebut harus diikuti dengan pengawasan secara intens. Meskipun titik berat
otonomi diletakkan pada tingkat KabupatenKota, namun secara esensi sebenarnya kemandirian tersebut harus dimulai dari level pemerintahan di tingkat
paling bawah, yaitu Desa. Inilah yang menggambarkan pemerintahan yang ideal dan terstruktur nyata.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat ini, pembangunan desa masih banyak bergantung dari pendapatan asli desa dan swadaya masyarakat yang jumlah maupun sifatnya tidak dapat diprediksi
demikian halnya terjadi di Kabupaten Dairi. Dengan adanya peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang Desa sangat jelas mengatur tentang pemerintahan
desa, termasuk di dalamnya tentang kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi oleh pemerintah kabupaten untuk merumuskan dan membuat peraturan daerah
tentang Alokasi Dana Desa ADD sebagai bagian dari kewenangan fiskal desa untuk mengatur dan mengelola keuangannya. Untuk melaksanakan kewenangan
tersebut, pemerintah desa memiliki sumber-sumber penerimaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang dilakukan. Hal yang penting untuk diperhatikan
adalah adanya kepastian untuk pembiayaannya. Dengan bergulirnya dana-dana perimbangan tersebut melalui Alokasi Dana Desa
ADD harus menjadikan desa benar-benar sejahtera. Untuk itu, seharusnya proses tranformasi ke arah pemberdayaan desa terus dilaksanakan dan didorong
semua elemen untuk menuju Otonomi Desa. Ada beberapa program bantuan dari pemerintah pusat ke kabupaten Dairi sebagai
bentuk kepedulian untuk memajukan dan mengembangkan Kabupaten Dairi yaitu Dana Bantuan Operasional Sekolah BOS yang bertujuan untuk memajukan
pendidikan bagi anak-anak sekolah mulai dari SD, SMP sampai dengan SMA, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin berbasis pemberdayaan masyarakat secara mandiri. Program Sanitasi Air Bersih
Masyarakat PASIMAS , dimana pada praktek di lapangan tujuannya untuk membangun, memperbaiki air bersih pada desa-desa di Kabupaten Dairi.
Universitas Sumatera Utara
Dasar hukum Alokasi Dana Desa ADD ini yaitu Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan pemerintah nomor 72 tahun
2005 tentang Desa, Peraturan menteri dalam negeri nomor 37 tahun 2007 tentang pengelolaan keuangan desa, Surat edaran menteri dalam negeri Nomor 140640SJ
tanggal 22 maret tahun 2005 tentang pedoman alokasi dana desa dari pemerimtah KabupatenKota kepada pemerintah Desa, Surat edaran menteri dalam negeri
nomor 140286SJ tanggal 17 tahun 2006 perihal pelaksanaan alokasi dana desa dan Surat edaran menteri dalam negeri nomor 14017842006 tanggal 3 oktober
tahun 2006 perihal atas tanggapan pelaksanaan alokasi dana desa ADD dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Menindaklanjuti peraturan tersebut, Pemerintah Kabupaten Dairi telah merealisasikan kebijakan pemberian Alokasi Dana Desa ADD kepada setiap
desa. Hal ini mengingat bahwa desa yang dulunya sebelum melaksanakan pembangunan hanya mendapat bantuan keuangan yang terbatas dan
pengelolaannya masih sangat sentralistis oleh satuan instansi pemerintahan, akan tetapi setelah kebijakan alokasi dana desa diberlakukan sekarang ini, desa
mendapatkan alokasi anggaran yang cukup besar dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri, sehingga keraguan terhadap kemampuan desa secara internal
untuk mengelola alokasi dana tersebut masih dipertanyakan. Dengan kedudukannya tersebut, saatnya pemerintah Desa berupaya melakukan
pembenahan menuju arah kemandirian desa. Pasal 215 ayat 1 undang-undang nomor 32 tahun 2004 pun secara tegas menyebutkan bahwa pembangunan
kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupatenkota dan atau pihak ketiga, harus mengikut sertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini menunjukkan bahwa fungsi desa telah didudukkan sebagai komponen pelaksana pembangunan yang sangat penting. Pengelolaan keuangan desa pun
menjadi wewenang desa yang mesti terjabarkan dalam peraturan desa Perdes tentang anggaran pendapatan dan belanja desa APBDes. Dengan sumber
pendapatan yang berasal dari pendapatan asli desa seperti dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotongroyong, dan lain-
lain pendapatan asli desa yang sah. Selanjutnya bagi hasil pajak daerah KabupatenKota paling sedikit 10 sepuluh per seratus untuk desa dan dari
retribusi KabupatenKota sebagian diperuntukkan bagi desa, dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh KabupatenKota
untuk Desa paling sedikit 10, yang pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan Alokasi Dana Desa ADD.
Pemerintah Kabupatenlah yang berkewajiban untuk merumuskan dan membuat peraturan daerah tentang Alokasi Dana Desa ADD sebagai bagian dari
kewenangan fiskal desa untuk mengatur dan mengelola keuangannya. Pendapatan itu bisa bersumber lagi dari bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah KabupatenKota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan, serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
Selanjutnya regulasi juga membolehkan desa untuk mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Artinya desa sesungguhnya telah
didorong, diupayakan dan diharapkan menjadi mandiri dan berdikari. Apalagi bergulirnya dana-dana perimbangan tersebut melalui Alokasi Dana Desa ADD
harusnya menjadikan desa benar-benar sejahtera.
Universitas Sumatera Utara
Dari data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Masyarakata Desa BAPPEMAS diketahui bahwa Alokasi dana desa di Kabupaten Dairi tahun 2012
tersebar pada 15 Kecamatan dengan jumlah 161 desa. Pengalokasian Dana Desa di Kabupaten Dairi dibagi dalam dua tahap. Jumlah keseluruhan alokasi dana desa
pada 161 desa di 15 Kecamatan di Kabupaten Dairi sebesar Rp.16.804.484.000 enam belas milyard delapan ratus empat juta empat ratus delapan puluh empat
ribu rupiah dengan perincian alokasi untuk tahap I sebesar Rp.8.402.242.000 delapan milyard empat ratus dua juta dua ratus empat puluh dua ribu rupiah dan
tahap II sebesar Rp. 8.402.242.000 delapan milyard empat ratus dua juta dua ratus empat puluh dua ribu rupiah.
Tabel 1.1. Alokasi Dana Desa ADD Tahun 2012 di Kabupaten Dairi
No Nama Kecamatan Alokasi Dana
Desa Tahap I
Rupiah Alokasi Dana
Desa Tahap II Rupiah
Jumlah Rupiah
1 Sidikalang
313.924.700 313.924.700
627.849.400 2
Silima Pungga Pungga 842.189.000
842.189.000 1.684.378.000
3 Siempat Nempu
667.299.400 667.299.400
1.334.598.800 4
Tigalingga 743.457.400
743.457.400 1.486.914.800
5 Tanah Pinem
928.213.550 928.213.550
1.856.427.100 6
Parbuluan 542.125.350
542.125.350 1.084.250.700
7 Pegagan Hilir
698.459.900 698.459.900
1.396.919.800 8
Siempat Nempu Hulu 624.148.900
624.148.900 1.248.297.800
9 Siempat Nempu Hilir
564.022.800 564.022.800
1.128.045.600 10 Gunung Sitember
404.301.350 404.301.350
808.602.700 11 Berampu
251.500.650 251.500.650
503.001.300 12
Sitinjo 152.639.100
152.639.100 305.278.200
13 Sumbul 942.703.000
942.703.000 1.885.406.000
14 Silahisabungan 239.300.150
239.300.150 1.885.406.000
15 Lae Parira
487.956.750 487.956.750
975.913.500
Total 8.402.242.000
8.402.242.000 16.804.484.000
Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Dairi
Setiap desa memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda baik dari segi mata pencaharian, pendidikan, pengangguran, sarana kesehatan, jumlah koperasi
unit desa, kepadatan penduduk, luas wilayah desa dan keterjangkauan desa ke
Universitas Sumatera Utara
pusat ibu kota kecamatan. Adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki setiap desa di Kabupaten Dairi tentunya menjadi ukuran atau tolak ukur bagi pemerintah
daerah dalam memberikan alokasai dana desa pada desa di Kabupaten Dairi. Hal ini juga menjadi acuan atau dasar bagi pemerintah Kabupaten Dairi dalam
menghitung Alokasi Dana Desa ADD sesuai dengan rumus yang telah diatur di dalam Surat edaran menteri dalam negeri nomor 140640SJ tanggal 22 maret
tahun 2005 perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah KabupatenKota kepada Pemerintah Desa. Sehingga ada perbedaan alokasi dana desa pada desa-
desa di Kabupaten Dairi. Namun apakah sudah sesuai penilaian tersebut dengan karakteristik yang menonjol dan yang dibutuhkan setiap desa yang menjadi acuan
alokasi dana desa sesuai peraturan pemerintah yang dilakukan pemerintah Kabupaten Dairi. Sehingga tidak ada desa yang merasakan ketidak adilan yang
berujung pada pemberdayaan masyarakat desa dan pembangunan wilayah desa yang berbeda di desa-desa di Kabupaten Dairi.
Hal ini sesuai pendapat dari kepala desa Juma Teguh, Dame Nababan yang mewakili sebahagian besar pendapat kepala desa di Kabupaten Dairi yang
menyatakan bahwa “dalam pelaksanaannya sering kali anggaran Alokasi Dana Desa dirasakan oleh Desa masih kurang adil, karena pembagiannya tidak
berdasarkan kebutuhan, karakteristik serta sosial budaya desa. Desa yang memiliki jumlah pengangguran yang lebih sedikit memperoleh Alokasi Dana
Desa yang hampir sama dengan desa yang penganggurannya besar. Atau bahkan Desa yang memiliki kepadatan penduduk yang lebih besar memperoleh bagian
Alokasi Dana Desa yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan desa yang memiliki kepadatan penduduk lebih kecil. Dan ada juga desa yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
sarana kesehatan yang jumlahnya banyak malah sedikit menerima alokasi dana desa dibanding desa yang memiliki sarana kesehatan yang sedikit. Sehingga pihak
desa sering mempertanyakan bagaimana Pemerintah Daerah menghitung besaran anggaran Alokasi Dana Desa ADD khususnya terhadap alokasi dana desa
proporsional”. Selain itu, menurut pendapat kepala desa hutarakyat Hasiholan ujung,
mewakili beberapa pendapat kepala desa yang memiliki pernyataan yang sama, “bahwa cara perhitungan alokasi dana desa tidak dimerngerti dan tidak diberikan
kejelasan secara terperinci tentang penetapan karakteristik desa dan pemberian nilai bobot karakteristik desa, desa hanya tinggal menerima jumlah alokasi dana
desa”. Hal ini juga yang menjadi batasan masalah yang akan penulis teliti. Dari sisi penganggran , Menurut pendapat Hotlan Situmorang, Kepala
seksi pemberdayaan masyarakat desa Bappemas Kabupaten Dairi, “bahwa dalam penyusunan kegiatan yang didanai dari Alokasi Dana Desa ADD sebelum
disahkan oleh Pemerintah Kabupaten Dairi, cenderung mengalami perubahan, hal ini terjadi saat dilakukannya musyawarah pembangunan desa musrembang-desa.
Ini menunjukkan ketidaksiapan dan kurangnya keahlian, kecakapan dan pengetahuan sumber daya manusia dari perangkat desa yang memahami tentang
Alokasi Dana Desa ADD”. Penggunaan Anggaran Alokasi Dana Desa adalah sebesar 30 tigapuluh persen untuk belanja aparatur dan operasional pemerintah
desa dan sebesar 70 tujuhpuluh persen untuk biaya pemberdayaan masyarakat, bagi belanja pemberdayaan masyarakat digunakan untuk biaya perbaikan sarana
publik dalam skala kecil, penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDesa, biaya untuk pengadaan ketahanan pangan, perbaikan lingkungan dan pemukiman,
Universitas Sumatera Utara
teknologi tepat guna, perbaikan kesehatan dan pendidikan dan pengembangan sosial budaya. Adanya perbedaan nilai alokasi dana desa di setiap desa di
Kabupaten Dairi tentu akan menjadikan pembangunan desa di desa-desa di Kabupaten dairi akan berbeda.
Evaluasi dan pengawasan atas pengelolaan dan penyaluran Alokasi Dana Desa pada desa di Kabupaten Dairi ini perlu dilakukan, karena dari hasil evaluasi
tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan terhadap perencanaan dan pelaksanaaan kegiatan serta sebagai dasar untuk memperbaiki
kinerja pada masa yang akan datang. Selain dairi sisi penganggaran, Menurut pendapat Hotlan Situmorang, Kepala seksi pemberdayaan masyarakat desa
Bappemas Kabupaten Dairi, “bahwa jika dilihat dari sisi pertanggungjawaban, pihak desa belum mampu menyusun laporan pertanggungjawaban alokasi dana
desa, sehingga sering mendapat bantuan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan pemerintahan Desa. Partisipasi masyarakat dairi tentunya sangat diperlukan
dalam pengawasan Alokasi Dana Desa ADD ini, apa memang sudah tepat sasaran sebagaimana tujuan Alokasi Dana Desa ADD untuk pembangunan desa
di Kabupaten Dairi. Untuk itu perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, khususnya pembangunan pedesaan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa
ADD di Kabupaten Dairi, perlu didukung suatu studi evaluasi kinerja sebagai bagian terpadu dengan sistem perencanaan dan manajemen pembangunan daerah
yang pro rakyat. Dikarenakan adanya masalah-masalah yang ada dalam penyaluran alokasi
dana desa ADD, maka penulis menawarkan simulasi perhitungan alokasi dana desa ADD berdasarkan karakteristik desa yang dominan yang ada pada desa-
Universitas Sumatera Utara
desa atau karakteristik apa yang perlu mendapat bantuan anggaran dari setiap desa Kabupaten Dairi. Sehingga memberikan keadilan dalam hal penyaluran alokasi
dana desa ADD pada setiap desa di Kabupaten Dairi. Simulasi dalam penelitian ini tetap berpedoman pada surat edaran menteri dalam negeri nomor 140640SJ
tanggal 22 maret 2005 perihal pedoman alokasi dana desa dari pemerintah KabupatenKota kepada pemerintah desa dan jumlah keseluruhan alokasi dana
desa tetap dan tidak diubah. Hal ini sangat perlu sebagai pedoman bagi pemerintah Kabupaten Dairi dalam menyalurkan alokasi dana desa pada setiap
desa pada tahun berikutnya. Berdasarkan penjelasan dan pernyataan-pernyataan masalah yang ada, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkannya dalam sebuah
judul tesis yaitu Analisis Alokasi Dana Desa ADD Berdasarkan Karakteristik Desa di Kabupaten Dairi”.
1.2. Perumusan Masalah